BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,


BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

METODE PENELITIAN. n =

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). Menurut Almatsier (2002), status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Namun disamping gizi baik atau gizi optimal terdapat juga gizi buruk. Gizi buruk merupakan masalah umum yang banyak dijumpai pada kebanyakan orang. Dampak dari gizi yang buruk berpengaruh besar bagi setiap kesehatan individu. Kejadian kurang gizi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi rumah sakit dalam upaya penyembuhan pasien. Prevalensi kurang gizi di rumah sakit masih

cukup tinggi (30% - 50%). Asupan gizi di rumah sakit mempunyai hubungan erat dengan status gizi pasien selama perawatan, serta berpengaruh terhadap proses penyembuhan (Weta & Wirasamadi, 2009). Dukungan nutrisi sangat perlu dan merupakan bagian dari terapi yang berperan penting dalam kesembuhan pasien. Dukungan nutrisi yang optimal akan meningkatkan daya tahan tubuh pasien sehingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit. Hasil dari berbagai penelitian, ditemukan angka prevalensi malnutrisi di rumah sakit cukup tinggi, tidak hanya di negara berkembang tapi juga negara maju. Di Belanda, prevalensi malnutrisi di rumah sakit 40%, Swedia 17%- 47%, Denmark 28%, dinegara lain seperti Amerika, Inggris angkanya antara 40%- 50% (Lipoeto, Megasari & Putra, 2006). Di negara berkembang seperti Jakarta, dari beberapa studi yang dilakukan (1995-1999) juga menunjukkan sekitar 20%-60% pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum dalam kondisi malnutrisi saat masuk perawatan, dan 69% pasien cendrung menurun status gizinya selama rawat inap di rumah sakit (Dinarto, 2002). Pada pasien rawat inap malnutrisi sudah dapat dideteksi sejak masa rawat 2 minggu atau bahkan kurang. Hal ini terbukti dari studi yang dilakukan di Amerika (2006), didapatkan 69% dari pasien rawat inap di rumah sakit, mengalami malnutrisi sejak 10 hari setelah dirawat (Snigh, 2006). Malnutrisi pada pasien bisa terjadi karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi serta karena tidak adekuatnya asupan kalori

makanan yang dikonsumsi oleh pasien. Umumnya kedua hal ini secara bersama-sama menyebabkan malnutrisi pada pasien (Nur-Fatimah, 2002). Malnutrisi yang terjadi pada pasien di rumah sakit adalah hal yang dapat dihindari dan ditanggulangi, dengan pemberian dukungan nutrisi optimal dan tepat bagi pasien. Pada pasien tersebut sejak awal masuk rumah sakit hendaknya dilakukan penilaian status gizi dan status gizi ini terus dipantau. Hal ini ditujukan untuk mengidentifikasi individu-individu yang membutuhkan dukungan zat gizi segera, mencegah agar seseorang yang masih sehat tidak menderita permasalahan gizi, serta menghindari komplikasi lebih lanjut jika seseorang telah menderita masalah gizi (Lipoeto, Megasari & Putra, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi masalah kurang gizi di rumah sakit diantaranya adalah perkiraan kebutuhan gizi pasien yang tidak akurat, koordinasi yang kurang antar team kesehatan, seperti monitoring dan pencatatan berat badan dan tinggi badan yang tidak dilaksanakan, penggunaan parenteral nutrisi yang terlalu lama, asupan makanan yang kurang, sering memuasakan pasien untuk tujuan test diagnostik, terjadinya gangguan gastrointestinal (mual, tidak nafsu makan, kembung), tingkat beratnya penyakit dan status gizi awal masuk rumah sakit merupakan penyebab menurunnya keadaan gizi. Menurunnya keadaan gizi ini dapat dilihat dari penurunan berat badan. Pasien pasien yang rentan terhadap kejadian kurang gizi diantaranya adalah pasien yang berada pada ruang perawatan penyakit dalam, bedah, anak, geriatri, dan luka bakar. Asupan zat gizi yang adekuat bagi pasien yang dirawat inap di rumah sakit sangat diperlukan untuk membantu mempercepat proses

penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas, dan juga dapat menghemat biaya pengobatan bagi pasien (Weta & Wirasamadi, 2009). Khususnya pada pasien di ruang CVCU penilaian status gizi sangat penting untuk dilakukan. Tujuan diet penyakit jantung adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu gemuk, dan mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air (Almatsier, 2004). Hasil penelitian Weta & Wirasamadi, 2009 mengatakan bahwa secara umum (tanpa memandang jenis kelamin) terjadi penurunan rata rata berat badan dan IMT (Indeks Masa Tubuh) pada pasien rawat inap selama perawatan di rumah sakit karena rata rata asupan zat gizi yaitu energi, protein dan karbohidrat kecuali lemak berada di bawah kebutuhan. Begitu juga dengan hasil penelitian Lipoeto, Megasari & Putra, 2006 mengatakan bahwa sebagian besar pasien rawat inap dengan diagnosa responden yaitu penyakit jantung, diabetes melitus, gangguan ginjal, infeksi, neoplasma dan penyakit paru yang dirawat di rumah sakit mempunyai Indeks Massa Tubuh gizi kurang (56,67%), dan hanya 40% pasien dengan gizi normal serta 3,33% gizi lebih. Setelah 2 minggu perawatan jumlah pasien dengan gizi kurang meningkat menjadi 60%. Terdapat penurunan bermakna IMT pada awal masuk rumah sakit dan setelah 2 minggu perawatan. Terdapat penurunan berat badan yang bermakna pada awal masuk rumah sakit dan setelah 2 minggu perawatan. Sebagian besar pasien (73,33%)

mendapatkan makanan yang kurang dari jumlah kalori yang dibutuhkan sehingga asupan kalori juga tidak mencukupi kebutuhan kalori totalnya. Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk meneliti status gizi pada pasien yang dirawat inap di ruang CVCU karena penilaian status gizi sangat penting khususnya di ruang CVCU untuk mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas. 1.2.Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi status gizi pasien di ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi status gizi pada pasien di ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan berat badan ideal. b. Mengidentifikasi status gizi pada pasien di ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan asupan makanan. 1.3.Pertanyaan penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana status gizi pasien di ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4.Manfaat penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan status gizi pasien di ruang CVCU. 2. Pasien Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi tentang pentingnya mengatur pola hidup sehat dengan mempertahankan status gizi yang baik untuk mencegah timbulnya gejala komplikasi. 3. Rumah sakit Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan bagi pihak rumah sakit tentang kepatuhan untuk melaksanakan diet yang diberikan bagi penderita yang rawat inap dan sebagai bahan masukan bagi pihak instalasi gizi Rumah Sakit mengenai komposisi zat gizi yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien yang berada di ruang CVCU di Rumah Sakit.