BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

SMP NEGERI 3 MENGGALA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pe

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2013 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

-1- PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PENGEMBANGAN MODEL & DESTINASI WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 Perencanaan Kinerja

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

situ berperan dalam rangka mengurangi laju degradasi

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2011 TENTANG KEBUN RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBUN RAYA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi salah satu sarana pengembangan i1mu dan budaya yang penting. Sejak semula lembaga ini selalu bergerak dalam studi sumber daya tumbuhan. Dari sejarahnya bisa klta lihat bahwa peran yang telah dilakukan kebun raya adalah 1) eksplorasi tumbuhan di seluruh bagian dunia untuk dibudidayakan, 2) pengaklimatisasian dan pengintroduksian jenis-jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi untuk dibudidayakan, 3) pendidikan fakta-fakta kehidupan tumbuhan serta ilmu-i1mu terkait botani seperti kehutanan dan pertanian bagi pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum, 4) sarana rekreasi dan pariwisata i1miah, dan 5) kegiatan konservasi (Heywood,1989). " Dengan demikian tiap-tiap kebun raya dapat memainkan peranan yang sangat penting pula dalam perkembangan dunia ekonomi dan bisnis. Hal ini terlihat pada kebun raya yang ada di daerah tropik, yang oleh para penjajah dulu dianggap sebagai suatu sarana penting dalam introduksi dan transfer tanaman ekonomi dari satu bagian dunia ke bag ian dunia yang lain. Kegiatan ini telah meletakkan dan adakaianya mengubah dasar-dasar pola pertanian yang hingga kini masih digunakan (Heywood,1989). Dewasa ini kebun raya dituntut untuk meningkatkan peran sebagai pusat konservasi, penelitian dan pembangunan. Nilai peran kebun raya dalam konservasi adalah sebagai pelengkap mata rantai berbagai aspek botani. Kebun raya memiliki kesempatan untuk menjembatani kepentingan-kepentingan tradisional biologi dasar seperti sistematika dengan kebutuhan-kebutuhan di bidang ilmu pertanian,, ; : '

kehutanan dan kedokteran. Hasil kegiatan eksplorasi yang dikonservasi secara hidup ex situ memegang peran penting dalam program keanekaragaman hayati untuk keperl uan penelitian dan pemanfaatannya. Kebun raya di Indonesia mempuriyaj" karakteristik yang berbeda dengan kebun raya yang ada di negara lain. Penataan koleksi kebun raya di Indonesia yang berbasis sistem klasifikasi tumbuhan sehingga berdasarkan satuan taksonomi merupakan pembeda nyata dengan kebun. raya yang ada di negara lain, bahkan negara yang sudah maju. Berbagai tipe ekosistem di Indonesia seperli dataran rendah, dataran tinggi, gambut dan pantai telah digunakan sebagai bahan perlimbangan untuk mendirikan kebun raya di berbagai kawasan. Oengan demikian pembangunan kebun raya di berbagai pulau, daerah, atau kawasan nantinya akan membuat Indonesia yang kaya dengan floranya juga kaya dengan tipe-tipe kebun raya. Penataan tanaman koleksi yang memperhatikan perannya sebagai komoditi (seperli tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman obat, tanaman buah,., tanaman hias, tanaman perk.ayuan, tanaman upacara adat) yang dipadukan dengan penataan koleksi secara sistem klasifikasi tumbuhan, akan menjadikan kebun raya di Indonesia sangat berbeda dengan kebun raya yang ada di negara lain. Hal ini tentunya perlu ditunjang dengan pengelolaan data tanaman koleksi, rumah kaca, pembibitan, laboratorium, herbarium serla pengelolaan kawasan yang sangat tergantung pada sumber daya manusia yang tersedia. Oi bawah pengarahan L1PI (UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-L1PI, 2000), Kebun Raya Indonesia mempunyai empat fungsi utama yaitu 1)melaksanakan eksplorasi, koleksi, inventarisasi dan penelilian, 2)melakukan. konservasl tumbuhan tropika terutama tumbuhan Indonesia, 3)membantu menyediakan sarana pendidikan, dan 4)menjadi tujuan wisata ilmiah. Sampai saat 2

ini jaringan Kebun Raya Indonesia terdiri dari empat kebun raya memang didatangi lebih dari dua juta pengunjung tiap tahunnya, 90% di antaranya adalah orang Indonesia. Berdasarkan reorganisasi tahun 1986 kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Ketua Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia No.25/Kep/D.5/1987, Kebun Raya Bogor ditetapkan berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang IImu Pengetahuan Alam L1PI, dengan pembinaan harian dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BioJogi. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya- L1PI Bogor membawahi tiga kebun raya yaitu Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang BaJai Pengembangan Kebun Raya Purwodadi dan Cabang. BaJai Pengembangan Kebun Raya "Eka Karya" Bali. Tingginya laju kepunahan jenis tumbuhan Indonesia dan pentingnya fungsi konservasi keanekaragaman hayati dalam gerakan internasional menimbulkan gagasan untuk mengubah status UPT Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor menjadi suatu pusat konservasi tumbuhan. Digagaskan pula agar eselon Pusat Konservasi Tumbuhan tersebut disamakan dengan Pusat Penelitan dan Biologi, yaitu eselon II (L1PI, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, 2001). Perubahan status, organisasi dan penekanan kegiatan ini menambah tugas dan fungsi yang diemban Kebun Raya Bogor.' Lembaga ini dituntut untuk berusaha mengkonservasi koleksinya secara lebih terarah dengan cara mengembangkan tanaman-tanaman langka tertentu dan terancam punah untuk dikembalikan ke habitatnya atau ke tempat lain dan memperkenalkannya kepada masyarakat dibudidayakan. 3 I I

Kebun Raya Bogor merupakan tempat ideal untuk menumbuhkan rasa penghargaan terhadap peran tanaman dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun fungsi utama suatu kebun raya adalah untuk kepentingan i1miah tetapi masyarakat luas lebih berminat menjadikan kebun raya sebagi tempat rekreasi, karena lebih dari 75% jumlah pengunjung datang untuk tujuan rekreasi. Sesuai dengan upaya pencerdasan bangsa KRB harus diperl~kukan lebih dari sekadar tempat wisata sehingga pengunjung diharapkan tidak hanya menikmati keindahannya. Oleh karena itu harus ada sasaran untuk mewujudkan pemahaman keanekaragaman tanaman koleksi, kegunaannya, kepedulian pengunjung tentang pentingnya upaya pelestarian dan pengembangan sumber daya tumbuhan s(;!rta kaitannya dengan budaya bangsa secara keseluruhan. Menghadapi perubahan ini Kebun Raya Bogor telah melakukanlangkahlangkah untuk mempersiapkan diri melakukan tugas dan fungsi baru. Antara lain telah dilakukan evaluasi kerja pada awal tahun 2001 untuk memperbaiki sistem, manajemen, membuat perencanaan strategis, menata kelompok penelitian, menambah sarana dan prasarana, serta meningkatkan sumber daya manusia. Diharapkan dengan adanya perbaikan di segala bidang, KRB akan siap dan mampu menjalankan tugas dan fungsi yang baru secara maksimal. Ini sejalan dengan salah satu tujuan Kebijakan Strategis PembangunEIn Iptek Nasional (2000-2004) yang dikeluarkan KMNRT yang menekankan pada reposisi lembaga. Sebagai akibatnya diperlukan suatu rencana strategis lembaga. Perencanaan strategis ini adalah pedoman dalam menjalankan kegiatan visi dan misi lembaga sesuai dengan arahan L1PI dan kebijakan pemerintah. Perencanaan disusun untuk periode 2001-2005 dan dilengkapi dengan sistem evaluasi agar kegiatan dapat terawasi dan terlaksana dengan sebaik-baiknya. 4

Perencanaan strategis (KMNRT, 19.99) adalah suatu proses yang memerlukan dukungan penuh dari pimpinan lembaga, serta keikutsertaan seluruh pegawai dari setiap tingkatan lembaga. Oalam penentuan misi, tujuan dan tolok ukur kinerja lembaga yang merupakan pilar-pilar perencanaan strategis, kebutuhan serta harapan pelanggan dan stakeholder lembaga serta para penyusun kebijakan pemerintah, perlu sungguh-sungguh diperhalikan. Oalam menyusun perencanaan strategis lembaga harus dapat menjawab empat pertanyaan yang sangat mendasar dalam menentukan arah perkembangannya yaitu : 1. Oi mana posisi lembaga pada saat ini 2. Ke mana lembaga akan menuju 3. Bagaimana lembaga mencapai tujuan 4. Bagaimana mengukur kemajuan lembaga. 1.2. PERUMUSAN MAsALAH Menghadapi fokus penugasan baru dan tuntutan masyarakat luas serta perkembangan ilmiah perkebunrayaan internasional, pengembangan Kebun Raya Bogor harus didasarkan pada perencanaan yang mengarahuntuk menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi, penyedia sarana penelitian, pendidikan dan wisata i1miah. Untuk menjawab tantangan permasalahan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah ancangan visi dan misi Kebun Raya Bogor yang tepat untuk lima tahun ke depan? 2. Bagaimana kondisi Iingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi posisi Kebun Raya Bogor? 5 I!

, 3. Bagaimana sasaran dan program jangka panjang yang sebaiknya harus dirumuskan dalam rangka perencanaan strategis untuk menunjang kegiatan di Kebun Raya Bogor, termasuk kebutuhan fasilitas pendukung yang dibutuhkan? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Menghimpun pandangan masyarakat untu~ merumuskan ancangan visi dan misi dari Kebun Raya Bogor untuk lima tahun ke depan. 2. Mengidentifikasikan serta menganalisis Iingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi posisi Kebun Raya Bogor. 3. Merumuskan dan merekomendasikan alternatif sasaran dan program jangka panjang dalam rimgka perencanaan strategik untuk menunjang kegiatan di Kebun Raya Bogor. 1.4. MANFAAT PENELITIAN Penelitian diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi pihak Kebun Raya Bogor, sebagai bahan masukan dan informasi untuk menyempurnakan atau melengkapi rumusan pengembangan Kebun Raya Bogor dalam menentukan kebijakan operasional yang bersifat strategis, serta diharapkan dapat menjaga kontinuitas usaha dan meningkatkan pertumbuhan usaha lembaga untuk mencapai masa depan yang lebih baik. 2. Selain itu kegiatan penelitian ini berguna bagi penulis sebagai sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi penulisan dalam mengaplikasikan teori manajemen khususnya manajemen strategi. 6

3. Bagi pengembangan IPTEK sebagai data dasar (benchmark data) bagi penelitian selanjutnya dalam bidangnya. 1.5. RUANG L1NGKUP DAN PENDEKATAN PENELITIAN Ruang Iingkup kegiatan penelitian difokuskan pada analisis kondisi eksternal dan internal dari Kebun Raya Bogor untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,.yang mungkin dihadapinya. Dengan melakukan analisis eksternal dan internal dapat dilakukan penyusunan perencanaan strategik, kegiatan untuk jangka panjang yang sesuai dengan visi, misi, sasaran serta kebijakan lembaga. Responden yang dijadikan sumber informasi terdiri dari responden internal yaitu pihak manajemen dan staf peneliti dari Kebun Raya Bogor. Adapun respoden eksternai yang dijadikan sumber informasi adalah lembaga dan stakeholder atau pihak-pihak yang berkontribusi besar terhadap Kebun Raya Bogor seperti akademisi Perguruan Tinggi, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia (L1PI), Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT), Badan 'Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dewan Riset Nasional (DRN), sella para pengunjung Kebun Raya Bogor. 7, I,