No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

dokumen-dokumen yang mirip
No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 15/38/DPM Jakarta, 10 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

SURAT EDARAN. No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari Kepada BANK UMUM DAN PIALANG

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN NOMOR 16/23 /DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA (OPT)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

FREQUENTLY ASKED QUESTION

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No.11/ 29 /DPNP Jakarta, 16 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

CONTOH PERHITUNGAN SETELMEN TRANSAKSI LENDING FACILITY

SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

No.14/ 14 /DASP Jakarta, 18 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

2012, No Mengingat Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter; : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Neg

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN. Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/18/DPM Jakarta, 15 April 2008 SURAT EDARAN

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan upaya penguatan operasi moneter yang mengarahkan pengelolaan ekses likuiditas untuk mendukung pendalaman pasar uang domestik dan meminimalkan dampak negatif aliran modal asing jangka pendek terhadap stabilitas moneter dan sistem keuangan, perlu dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai Operasi Pasar Terbuka sebagai berikut : 1. Ketentuan Bab I diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : I. KETENTUAN UMUM A. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan : 1. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities). 2. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Peserta OPT dalam rangka Operasi Moneter. 3. Peserta OPT adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai peserta Operasi Moneter sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta...

2 Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 4. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perbankan yang berlaku, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional. 5. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 6. Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara yang digunakan dalam transaksi OPT sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 7. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah Surat Berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 8. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disebut SBN adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. 9. Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah Surat Berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 10. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, sebagaimana...

3 sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 11. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. 12. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan, dengan pembayaran bunga secara diskonto. 13. Zero Coupon Bond yang selanjutnya disebut ZCB adalah Obligasi Negara tanpa kupon, dengan pembayaran bunga secara diskonto. 14. Obligasi Negara Ritel yang selanjutnya disebut ORI adalah Obligasi Negara yang pada pasar perdana dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia. 15. Transaksi Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut transaksi Repo adalah transaksi penjualan Surat Berharga oleh Peserta OPT kepada Bank Indonesia, dengan kewajiban pembelian kembali oleh Peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 16. Transaksi Reverse Repo adalah transaksi pembelian Surat Berharga oleh Peserta OPT dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh Peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 17. Penempatan Berjangka yang selanjutnya disebut Term Deposit adalah penempatan dana rupiah milik Peserta OPT secara berjangka di Bank Indonesia. 18. Transaksi Outright adalah transaksi pembelian dan penjualan Surat Berharga oleh Peserta OPT dari Bank Indonesia secara putus tanpa kewajiban penjualan dan pembelian kembali oleh Peserta OPT. 19. Rekening Giro adalah rekening giro rupiah Peserta OPT di Bank Indonesia. 20. Rekening Surat Berharga adalah rekening Surat Berharga Peserta OPT...

4 OPT yang tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. 21. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah. 22. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement. 23. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 24. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut Sistem-LHBU adalah sarana pelaporan Bank kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari Bank Indonesia. B. Bank Indonesia dalam rangka Operasi Pasar Terbuka dapat melakukan Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas dengan menggunakan satu atau lebih instrumen untuk mempengaruhi likuiditas di pasar uang maupun untuk menjaga ketersediaan instrumen operasi moneter yang diperlukan dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 2. Ketentuan...

5 2. Ketentuan butir II.9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : 9. Pembatasan Transaksi SBI Selama 6 (enam) Bulan Sejak Kepemilikan SBI (Minimum Six Month Holding Period) a. Ketentuan 1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan yaitu 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender sejak tanggal setelmen pembelian, pemilik SBI dilarang mentransaksikan SBI yang dimiliki dengan pihak lain. 2) Transaksi SBI yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam angka 1) mencakup antara lain transaksi repo, transaksi outright, hibah dan pengagunan. 3) Dengan memperhatikan pengaturan pada angka 1) maka transaksi repo sell and buy back SBI tidak dapat dilakukan dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan atau 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender. 4) Dengan memperhatikan pengaturan pada angka 1), dalam hal transaksi SBI memiliki second leg dan tidak terjadi perpindahan kepemilikan, antara lain repo collateralized borrowing, pengagunan (pledge) dan securities lending and borrowing, pemilik SBI telah dapat mentransaksikan kembali SBI dimaksud setelah jatuh tempo second leg. 5) Dengan memperhatikan pengaturan pada angka 1), dalam hal transaksi SBI memiliki second leg dan terjadi perpindahan kepemilikan, antara lain repo sell and buyback SBI, pemilik SBI dapat mentransaksikan kembali SBI dimaksud dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Dalam hal second leg transaksi repo berhasil, SBI dimaksud dapat ditransaksikan kembali oleh penjual repo 6 (enam) bulan atau 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender sejak setelmen second leg transaksi SBI dimaksud. (b) Dalam...

6 (b) Dalam hal second leg transaksi repo tidak berhasil dilakukan, SBI dimaksud dapat ditransaksikan kembali oleh pembeli repo 6 (enam) bulan atau 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender sejak tanggal setelmen first leg transaksi SBI dimaksud. 6) Dalam hal transfer SBI antar Sub-Registry tanpa perpindahan kepemilikan, atau transfer SBI karena merger, akuisisi dan konsolidasi, SBI dapat ditransaksikan kembali 6 (enam) bulan atau 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender sejak SBI dicatat di Sub-Registry awal atau di rekening surat berharga awal. 7) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak berlaku untuk transaksi SBI oleh Peserta OPT dengan Bank Indonesia. 8) Sub-Registry wajib menatausahakan SBI milik nasabahnya dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) sampai dengan angka 7). b. Peralihan 1) Transaksi atas SBI yang dilakukan setelah berlakunya Surat Edaran ini yang merupakan bagian dari transaksi yang telah dilakukan sebelum Surat Edaran ini berlaku, dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan transaksi yang bersangkutan jatuh waktu, namun tetap harus memenuhi ketentuan butir II.9.a.1) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka. 2) Dalam hal dilakukan transaksi yang memiliki second leg dan tidak terjadi perpindahan kepemilikan antara lain repo collateralized borrowing, pengagunan (pledge) dan securities lending and borrowing sebelum Surat Edaran ini berlaku, pemilik SBI dapat mentransaksikan kembali SBI dimaksud 6 (enam) bulan atau 182 (seratus delapan puluh dua) hari kalender sejak SBI dimiliki. c. Pengawasan...

7 c. Pengawasan 1) Bank Indonesia melakukan monitoring dan/atau pengawasan langsung atas pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a oleh Peserta OPT dan Sub-Registry. 2) Dalam hal terdapat indikasi pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia menyampaikan surat permintaan konfirmasi kepada Peserta OPT dan/atau Sub-Registry. 3) Peserta OPT dan/atau Sub-Registry yang menerima surat permintaan konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) wajib menyampaikan tanggapan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal surat konfirmasi dari Bank Indonesia. 4) Dalam hal sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 3) Peserta OPT dan/atau Sub-Registry tidak menyampaikan tanggapan tertulis maka Peserta OPT dan/atau Sub- Registry dianggap mengkonfirmasi indikasi pelanggaran tersebut. 5) Atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia akan mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 3. Ketentuan butir III.8.c. diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : c. Kegagalan Setelmen Second Leg Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka Surat Berharga yang di-repo-kan diperlakukan sebagai berikut: 1) Dalam hal Surat Berharga berupa SBI, Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI sebelum jatuh waktu (early redemption) dan mengenakan biaya Repo. 2) Dalam hal Surat Berharga berupa SBN maka transaksi yang bersangkutan diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright oleh Peserta OPT dan Bank Indonesia mengenakan biaya Repo. 3) Perhitungan...

8 3) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 4) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: (1) dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg setelah dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan; (2) dalam hal harga pada transaksi outright lebih tinggi dari harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro dikredit sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan dan paling banyak sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg. b) Rekening Giro akan dikredit sebesar accrued interest/imbalan dari setelmen first leg sampai dengan setelmen second leg. c) Rekening Giro akan didebit sebesar bunga Repo. 5) Atas batalnya transaksi Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 4. Ketentuan butir IV.8.c. diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : c. Kegagalan Setelmen Second Leg 1) Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka transaksi Reverse Repo diperlakukan sebagai transaksi pembelian secara outright oleh Peserta OPT. 2) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank...

9 Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 3) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: (1) dalam hal harga pada transaksi outright sama dengan atau lebih tinggi daripada harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-reverse Repo-kan dan paling sedikit sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg; (2) dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg dikurangi dengan haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar haircut pada tanggal transaksi first leg. b) Rekening Giro akan didebet sebesar nilai accrued interest/imbalan sejak tanggal transaksi first leg sampai dengan second leg. 4) Atas kegagalan setelmen second leg, Peserta OPT tidak menerima bunga Reverse Repo. 5) Atas batalnya transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 5. Ketentuan butir V.1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 1. Pembelian dan penjualan SBN secara outright dari Bank Indonesia di pasar sekunder dilakukan dalam rangka Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas serta dalam rangka menjaga ketersediaan SBN yang diperlukan sebagai instrumen operasi moneter dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 6. Ketentuan...

10 6. Ketentuan butir VI.9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : 9. Pencairan sebelum jatuh waktu (Early Redemption) transaksi Term Deposit a. Persyaratan Early Redemption hanya dapat dilakukan terhadap Term Deposit yang diterbitkan dengan jangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan. b. Pengajuan Early Redemption 1) Peserta OPT dapat mengajukan dari pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. 2) Nilai nominal setiap pengajuan paling kurang sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 3) Pengajuan dilakukan melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau telepon yang dikonfirmasi dengan faximile kepada Biro Operasi Moneter Direktorat Pengelolaan Moneter. c. Setelmen Early Redemption Bank Indonesia melakukan setelmen pada tanggal pengajuan early redemption (same day settlement) segera setelah pre cut-off Sistem BI-RTGS. d. Perhitungan nilai early redemption Nilai Tunai Nilai Nominal Term Deposit yang diearly redeem 360 hari = Early Redemption RRT diskonto 360 hari + Term Deposit Sisa Jangka Waktu pada saat diterbitkan Biaya = Nominal TermDeposit ygdiearly redeem x Reporate ( - BIRate) LendingFacility Nilai setelmen Nilai tunai = Biaya Early Redemption Early Redemption x Sisa Jangka Waktu 360 Keterangan...

11 Keterangan : RRT = Rata-Rata Tertimbang 7. Ketentuan butir VII.2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : 2. Sanksi Pelanggaran Kewajiban Minimum Six Month Holding Period SBI Dalam hal Bank dan/atau Sub-Registry tidak memenuhi ketentuan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam butir II.9 dikenakan sanksi sebagai berikut : a. Teguran tertulis dengan tembusan kepada: 1) Direktorat Pengelolaan Moneter; 2) Direktorat Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); 3) Tim Pengawas Bank-Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI; dan/atau 4) Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry Bank maupun Sub-Registry Non- Bank. b. Kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBI yang tidak memenuhi ketentuan dimaksud, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per hari. c. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan segera setelah terlampauinya batas waktu penyampaian tanggapan sebagaimana dimaksud dalam butir II.9.c.3). d. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan mendebet Rekening Giro dan/atau rekening giro Bank pembayar yang ditunjuk Sub-Registry. Ketentuan...

12 Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 13 Mei 2011. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, HENDAR DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER