BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. menghambat proses pembangunan. Hal ini banyak terjadi, terutama di negara negara yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

I. PENDAHULUAN. bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak lama pula potensi tersebut sudah disadari oleh bangsa kita. Namun, karena kualitas penduduk yang rendah, untuk menjadikan potensi itu mempunyai manfaat yang tinggi masih diperlukan upaya besar-besaran meningkatkan kualitas dan dinamikanya. Karena itu sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Pemerintah dan Rakyat Indonesia menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap masalah kependudukan. Upaya mengisi kemerdekaan tidak cukup dikerjakan dengan otot dari penduduk yang jumlahnya besar saja, tetapi harus lebih banyak dengan otak dan penemuan-penemuan yang memberi nilai tambah yang tinggi. Karena itu ada pergeseran cara pandang bangsa ini melihat penduduknya. Upaya mempersatukan kekuatan besar diisi lebih lanjut dengan upaya peningkatan kualitas agar penduduk yang besar dapat mengisi kemerdekaan dengan mutu masukan yang dapat dipertanggung jawabkan. Penduduk harus mempunyai tingkat kesehatan yang prima, tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu bekerja keras dalam industri dan perdagangan dengan membawa keuntungan yang besar.

Karena itu sejak tahun 1970, perhatian pemerintah terhadap masalah kependudukan berkembang, yaitu mengusahakan agar kesehatan dan mutunya bertambah tinggi sehingga mampu memberi sumbangan yang berarti dalam mengisi kemerdekaan. Setiap penduduk tidak lagi diharapkan mengisi pembangunan secara seragam, tetapi setiap individu bisa memberi sumbangan sesuai pilihannya. Namun pemerintah tetap sadar bahwa kemampuan setiap anak bangsa memberi sumbangan itu terbatas karena kualitas masyarakat dan keluarga yang kurang menguntungkan. Perbaikan kualitas masyarakat dan keluarga di awal tahun 1970-an dimulai dengan pembangunan terpadu, diantaranya dengan memperingan beban keluarga melalui program pembangunan kependudukan, antara lain melalui program Keluarga Berencana (KB), pendidikan dan pemberdayaan keluarga. Bersamaan dengan berbagai program pembangunan lainnya, program terpadu itu telah membawa dampak yang menggembirakan. Tingkat kelahiran mulai dapat diperkecil, tingkat kematian dapat diturunkan, dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Jumlah anggota keluarga dapat diperkecil, tingkat kesehatan masyarakat makin bertambah baik sehingga usia harapan hidup yang semula berada dibawah angka 50 tahun, berhasil dinaikkan menjadi sekitar 65 tahun, tingkat partisipasi pendidikan dasar juga sangat diperbaiki. Hasil-hasil pembangunan itu mengantar penduduk Indonesia memasuki proses transformasi dalam struktur dan ciri yang lebih menguntungkan dibandingkan keadaannya di masa lalu. Tingkat pendidikan dan tingkat kemiskinan secara umum bertambah baik. Namun harus diakui bahwa dalam beberapa hal, tingkat pendidikan

dan tingkat kemiskinan yang berubah itu masih bersifat awal dan sangat rentan, sehingga hanya dengan gangguan sedikit saja, misalnya krisis sosial ekonomi yang berkepanjangan, keluarga Indonesia goncang, tidak bisa bertahan, tidak berdaya dan jatuh miskin kembali. Masalah utama di bidang kependudukan di Indonesia adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk. Diperkirakan penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1,7 2,1 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Indonesia bertambah lebih kurang tiga juta orang per tahun. Di samping itu terdapat pula kepincangan struktur umur penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk secara relatif lebih besar pada golongan umur muda, yaitu 10 19 tahun (BKKBN, 1994). Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan ketimpangan susunan umur penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini meliputi antara lain pangan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Struktur umur yang muda juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana pendidikan. Hal ini juga berarti bahwa kelompok penduduk yang secara langsung ikut dalam proses produksi adalah lebih kecil dibandingkan dengan penduduk dengan tingkat pertumbuhan lebih rendah dan struktur umur yang lebih seimbang. Kesemuanya ini berarti bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat umumnya maupun peningkatan kesejahteraan keluarga akan terhambat dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah satu tujuan dari Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya melalui program KB (Depkes RI, 1982). Oleh karena itu usaha-usaha KB yang sudah dimulai sejak Repelita I terus ditingkatkan lagi dalam Repelita selanjutnya. Jumlah akseptor baru KB ditingkatkan setiap tahun. Pembinaan akseptor-akseptor yang ada dipergiat untuk menjaga kelangsungannya. Selanjutnya pelaksanaan KB diperluas ke luar pulau Jawa dan Bali. Peningkatan sasaran ini membutuhkan peningkatan kemampuan organisasi dan administrasi pelaksanaan. Selain daripada itu kegiatan-kegiatan pelayanan medis, penerangan dan motivasi, pendidikan dan latihan, serta penelitian ditingkatkan Program keluarga selama ini telah banyak mengubah struktur kependudukan Indonesia dalam pengertian menurunkan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk maupun mengubah pandangan hidup terhadap nilai anak serta kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Program keluarga mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan (BKKBN, 2007). Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu

terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, program KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksinya. Selain itu program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB. Kendala pelaksanaan program KB-Kesehatan Reproduksi (KB-KR), antara lain masih adanya pemahaman tentang KB yang sempit, baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan Intra Uterine Device (IUD) yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat (BKKBN, 2007). Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid dan banyak anak akan membawa rezeki. Kendala lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari para tokoh agama bahwa program KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat program KB dalam kesehatan (Siregar, 2003). Masyarakat selama ini masih belum mendapatkan pelayanan program KB yang utuh. Selama ini banyak orang yang tidak mengetahui atau memilih kenapa dirinya memilih jenis kontrasepsi tertentu. Kebanyakan pilihan itu, karena tetangga atau memang hanya mengetahui satu jenis kontrasepsi saja.

Target utama pelaksanaan program KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang secara alamiah potensial dalam kesehatan reproduksi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran pasangan usia subur terhadap pentingnya program KB untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta kebahagiaan keluarga. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan program KB pada umumnya kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah dengan kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Dalam hal ini kultur yang utama dikalangan masyarakat bahwa perempuan harus tunduk kepada suami, rasa malu berhubungan dengan orang lain dalam hal memasang alat KB, masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, dalam keluarga harus ada anak laki-laki, dan nilai agama yang menyatakan bahwa program KB haram. Nilai budaya dan norma agama yang telah lama ada di dalam masyarakat sedikit banyak akan memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB. Akseptor baru dan pemakaian dari pasangan usia subur di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 2006 sampai 2007 dapat dilihat dari hasil pendataan Keluarga Sejahtera yang dilaksanakan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil pendataan dua tahun tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian akseptor baru sangat rendah, yaitu hanya 14,25 % pada tahun 2006 dan 13,43 % tahun 2007 dengan pertumbuhan yang sangat rendah pula, yaitu hanya 0,73 %. Pencapaian ini masih di bawah target yang telah ditentukan oleh pemerintah dan tidak sebanding dengan

peningkatkan pasangan usia subur yang ada di Kecamatan Nisam tersebut, yaitu 6,88%. Rendahnya pencapaian realisasi persentase akseptor baru ini berhubungan dengan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap persepsi pasangan usia subur dalam hubungan keikutsertaan dalam program KB. Selain itu, ibu-ibu yang mengikuti program KB khususnya di Kecamatan Nisam, ditinjau dari kultur masyarakatnya masih memegang erat nilai-nilai budaya yang dikaitkan dengan agama, sehingga program KB tidak mudah diterima oleh masyarakat tersebut. Ditinjau dari segi adat istiadat masyarakat Kecamatan Nisam, khususnya dalam masalah program KB sangat sulit untuk disosialisasikan, dimana pada ibu-ibu yang mau program KB umumnya ada rasa malu, takut pada suami, dan sebahagian masyarakat menganggap bahwa program KB itu adalah haram hukumnya (membunuh bibit keturunan). Ada juga sebahagian masyarakat beranggapan dan berpendapat bahwa banyak anak banyak rejeki, anak laki-laki lebih berharga dari anak perempuan, serta ajaran agama yang berpendapat bahwa program KB haram, merupakan beberapa faktor kultural dan agama yang memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB. Selain itu, peran pria atau suami pasangan usia subur tersebut juga masih sangat rendah dalam pelaksanaan program KB. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Kabupaten Aceh Utara tergolong tertinggal dalam hal program KB dibandingkan dengan-daerah lain di Indonesia. Selain faktor kultural tersebut, faktor sosio demografis yang turut memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB adalah tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, umur, jumlah keluarga, dan lain-lain. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan secara teori berhubungan positif pada persepsi masyarakat terhadap program KB. Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik cenderung memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat sehingga meningkatkan pemahamannya tentang program KB. Sedangkan pendapatan yang lebih tinggi, menyebabkan keluarga dapat menyekolahkan anak atau anggota keluarga ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dapat mengubah pola pikir atau cara pandang terhadap program KB. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. 1.2. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan terhadap keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis hubungan faktor sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1.4. Hipotesis Sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi BKKBN Kabupaten Aceh Utara khususnya Kecamatan Nisam untuk dapat meningkatkan cakupan program KB. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dalam meningkatkan keikutsertaan WUS dalam program KB. 3. Memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan tentang program keluarga berencana, khususnya yang terkait dengan faktor yang memhubungani persepsi pasangan usia subur tentang program keluarga berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara.