S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 9 Tahun 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

8. Unit Organisasi Layanan Campuran adalah unit organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan secara internal dan eksternal.

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN SAL;SSA

Drs.H.Adang Tadjuddin,M.Si. Drs.H.ADANG TADJUDDIN,M.Si

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pemantauan, dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkunga

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,


BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman.

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG


ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 121 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

NOMOR 5 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 20 TAHUN No. 20, 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

PERATURAN BUPATI PINRANG

PRINSIP, JENIS SOP AP, FORMAT DOKUMEN, KETENTUAN PENULISAN, DAN PENETAPAN SOP AP

TEKNIS PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 31 TAHUN No. 31, 2016 TENTANG STANDAR BIAYA TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

Memahami Standar Operasional Prosedur. Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG


PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 26 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

2016, No Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR 41 TAHUN 2013

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN PROFIL INVESTASI DAERAH

MANNA, 04 DESEMBER 2014

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 13 TAHUN No. 13, 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

BUPATI MURUNG RAYA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 98 TAHUN 2014

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2017, No Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indo

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 80 TAHUN 2014

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 89 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENCAIRAN BELANJA HIBAH BERUPA UANG

Transkripsi:

- 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 20 Tahun 2011 telah ditetapkan Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi kalimantan Barat; b. bahwa Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud huruf a sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kondisi saat ini dan dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi dipandang perlu mengganti Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional

- 2 - Prosedur Admnistrasi Pemerintah di Lingkungan Provinsi Kalimantan Barat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,maka perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintah di Provinsi Kalimantan Barat Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106); 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, dan Tambahan Lembaran Negara Negara Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

- 3 - sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4595); 6. Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Biirokrasi RI Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan; 7. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7);

- 4 - M E M U T U S K A N: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Barat; 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom; 3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Barat ; 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; 5. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses pengelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan; 6. Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SOP AP

- 5 - adalah standar operasional prosedur dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; BAB II TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Penetapan Pedoman Penyusunan SOP AP bertujuan untuk memberikan panduan bagi perangkat daerah dalam mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan, memonitor serta mengevaluasi Standar Operasional Prosedur dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Bagian Kedua Sasaran Pasal 3 Sasaran penetapan SOP AP, yaitu: a. Agar setiap unit organisasi yang terkecil memiliki SOP AP; b. Optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan di Daerah c. Peningkatan tertib administrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan d. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

- 6 - Manfaat SOP AP adalah: Bagian ketiga Manfaat Pasal 4 a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan, memperbaiki serta mengevaluasi pekerjaan yang menjadi tugasnya b. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan seorang pegawai dalam melaksanakan tugas c. Meningkatkan akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan d. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat dari aspek mutu, waktu dan prosedur; e. Membantu penelusuran kesalahan prosedur dalam memberikan pelayanan serta menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugasnya; f. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya; dan g. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.

- 7 - BAB III PRINSIP Bagian Kesatu Umum Pasal 5 Prinsip SOP AP terdiri atas: a. prinsip penyusunan SOP AP; dan b. prinsip pelaksanaan SOP AP. Bagian Kedua Prinsip Penyusunan SOP AP Pasal 6 Prinsip penyusunan SOP AP sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, meliputi: a. Kemudahan dan kejelasan, yaitu prosedur yang distandarkan harus mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai; b. Efisiensi dan efektivitas, yaitu prosedur yang di standarkan harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas; c. Keselarasan, yaitu prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur standar lain yang terkait; d. Keterukuran, yaitu keluaran prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas / mutu baku tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya; e. Dinamis, yaitu prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang;

- 8 - f. Berorientasi pada pengguna, yaitu prosedur yang di standarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna; g. Kepatuhan hukum, yaitu prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan; dan h. Kepastian hukum, yaitu prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrument untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum. Bagian Ketiga Prinsip Pelaksanaan SOP AP Pasal 7 Prinsip Pelaksanaan SOP AP sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b, meliputi: a. Konsisten, yaitu harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu kewaktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi yang relatif sama, oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan; b. Komitmen, yaitu harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan yang tertinggi; c. Perbaikan berkelanjutan, yaitu pelaksanaan harus terbuka terhadap penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif; d. Mengikat, yaitu harus mengikat pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah di tetapkan;

- 9 - e. Seluruh unsur memiliki peran penting, yaitu seluruh pegawai mempunyai peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan; dan f. Redokumentasi, yaitu seluruh prosedur yang telah di standrakan harus didokumentasikan dengan baik; BAB IV TATA CARA PENYUSUNAN SOP AP Bagian Kesatu Jenis Pasal 8 (1) SOP AP disusun secara umum dan tidak rinci, dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang pelaksana, dengan lebih dari satu peran atau jabatan. (2) SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam format diagram alir bercabang (branching flowcharts, dengan ketentuan: a. Unsur pelaksanaan terpisah dari kolom kegiatan; dan b. Prosedur kegiatan digambarkan dalam bentuk simbol yang dihubungkan secara bercabang. Pasal 9 Perangkat Daerah dapat membentuk Tim Penyusun SOP AP, yang telah ditetapkan dengan kepala SKPD

- 10 - (1) Dokumen SOP AP : Bagian Kedua Dokumentasi SOP AP Pasal 10 a. Halaman judul(cover), yang memuat : 1. Lambang daerah; 2. Judul dokumen SOP AP; 3. Tahun pembuatan; dan 4. Alamat OPD b. Keputusan Kepala SKPD tentang SOP AP SKPD ditandatangani oleh Kepala SKPD atas nama Gubernur; c. Format SOP AP, terdiri dari: 1. SOP 1, meliputi deskripsi Unit Organisasi yang memuat: a) Visi; b) Misi; dan c) Moto/janji layanan. 2. SOP 2, merupakan identitas/informasi mengenai prosedur yang akan di standarkan, memuat; a) Lambing Daerah dan nama OPD; b) Nomor SOP AP; c) Tanggal pembuatan; d) Tanggal revisi; e) Tanggal efektif; f) Pengesahan oleh pejabat yang berkompeten; g) Nama SOP; h) Dasar hukum; i) Keterkaitan; j) Peringatan; k) Kualifikasi pelaksana;

- 11 - l) Peralatan/perlengkapan; dan m) Pencatatan dan pendataan; 3. SOP 3, memaparkan tentang uraian mengenai langkah-langkah kegiatan beserta mutu baku dan keterangan secara sistematis dari prosedur yang distandarkan, memuat: a) Nomor urut kegiatan; b) Uraian kegiatan yang berisi langkah/prosedur; c) Pelaksana yang merupakan pelaku kegiatan; d) Mutu baku, meliputi kelengkapan, waktu dan output; dan e) Keterangan. (2) Format halaman judul (cover), Keputusan Gubernur SOP AP SKPD dan Format SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PENGAWASAN Pasal 11 Kepala SKPD penyelenggara kegiatan, wajib melakukan monitoring dan pengawasan internal terhadap pelaksanaan SOP AP. Pasal 12 (1) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan SOP AP, dilakukan evaluasi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Evaluasi sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD penyelenggara kegiatan, lembaga

- 12 - yang berwenang melakukan evaluasi dilingkungan Pemerintah Daerah atau lembaga independen yang diminta bantuannya oleh Pemerintah Daerah. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Administrasi Pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Nomor 20, dicabut dan di nyatakan tidak berlaku. Pasal 14 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Ditetapkan di Pontianak Pada tanggal 2 mei 2016 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, T.T.D CORNELIS

- 13 - Diundangkan di Pontianak Pada tanggal 2 mei 2016 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT T.T.D M. ZEET HAMDY ASSOVIE BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 NOMOR 19

- 14 - LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT FORMAT DOKUMEN A. HALAMAN JUDUL (COVER)

- 15 - B. KEPUTUSAN GUBERNUR (ditandatangani Kepala SKPD a.n. Gubernur) KOP SKPD KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR: TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PADA BADAN/DINAS. GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa b. bahwa c. dan seterusnya; Mengingat : 1. Undang-undang 2. Peraturan Pemerintah 3. dan seterusnya; MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG SOP AP PADA. (NAMA SKPD) KESATU : (Memuat tentang cara penyusunan SOP AP, nama kegiatan yang di SOP kan, visi, misi dan moto/janji layanan serta informasi dan prosedur SOP SKPD)

- 16 - KEDUA : (Memuat tentang maksud dan tujuan dibuatnya SOP AP oleh SKPD) KETIGA : (Memuat tentang evaluasi SOP AP) KEEMPAT : (Memuat tentang kapan ditetapkannya keputusan gubernur ini) Ditetapkan di Pada tanggal.. a.n. GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Kepala SKPD NAMA

- 17 - C. Standar Operasional Prosedur 1) Standar Operasional Prosedur 1, Deskripsi Unit Organisasi LAMBANG DAERAH (Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah) PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT VISI MISI MOTO/JANJI LAYANAN 1 2 3 Cara Pengisian: Penyusunan Standar Operasional Prosedur 1 diisi dengan mendeskripsikan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Diisi dengan nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Kolom 1 Diisi Dengan visi yang ada dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kolom 2 Diisi dengan misi yang ada

- 18 - Kolom 3 dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Diisi dengan moto/janji layanan yang ada kaitannya dengan pelayanan umum/publik. 2) Standar Operasional Prosedur 2, Identitas mengenai prosedur yang akan di standarkan LAMBANG DAERAH NAMA SKPD Dasar Hukum Nomor SOP Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan Oleh Nama SOP Kualifikasi Pelaksana Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan Peringatan Pencatatan dan Pendataan Peringatan Diisi dengan : - Penjelasan mengenai kemungkinankemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.

- 19 - - Peringatan memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan dan berbagai dampak yang ditimbulkan. - Dalam hal ini dijelaskan pula sebagaimana cara mengatasinya. Kualifikasi Pelaksana Diisi dengan penjelasan mengenai kompetensi (keahlian dan keterampilan) pegawai yang dibutuhkan dalam melaksanakan perannya pada prosedur yang distandarkan. Peralatan/Perlengkapan Diisi dengan penjelasan mengenai daftar peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkanb terkait secara langsung dengan prosedur yang distandarkan. Pencatatan / Pendataan Diisi dengan penjelasan mengenai berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan.

- 20-3) Standar Operasional Prosedur 3, yang merupakan uraian mengenai langkah-langkah kegiatan, pelaksanaan kegiatan, mutu baku dan keterangan. No Uraian Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Pelak 2 Pelak 1 Pelak 3 Pers/ Klkpn Mutu Baku Waktu Output Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 Cara Pengisian: No : Diisi dengan nomor urut dari uraian kegiatan Uraian Kegiatan : diisi dengan proses sejak dari mulai sampai dihasilkannya sebuah output untuk setiap prosedur sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kegiatan masing-masing unit organisasi yang bersangkutan. Pelaksana : Diisi dengan pelaksana kegiatan yang bersangkutan, mulai dari pejabat yang pertama kali melaksanakan kegiatan sampai pejabat yang terakhir melaksanakan kegiatan pejabat struktural/pejabat fungsional angka kredit/pejabat fungsional umum. Mutu Baku : Diisi dengan persyaratan dan kelengkapan yang diperlukan untuk

- 21 - menyelesaikan kegiatan dan output pada setiap aktivitas yang dilakukan. Persyaratan : Diisi dengan persyaratan yang harus dilakukan/ yang tersedia untuk melakukan setiap uraian kegiatan. Waktu : Diisi dengan lamanya waktu yang paling penting maksimal dalam melaksanakan setiap tahapan uraian kegiatan. Output : Diisi dengan hasil yang dicapai dalam setiap tahapan uraian kegiatan. Keterangan : Hal-hal yang perlu diinformasikan atau dapat diisi apabila ada keterkaitan dengan SOP lain baik internal maupun eksternal SKPD. 4) Simbol Flowchart Simbol yang digunakan dalam SOP AP adalah: a. Simbol Kapsul / Terminator ( ) untuk mendeskripsikan kegiatan mulai dan berakhir; b. Simbol Kotak / Process ( ) untuk mendeskripsikan proses atau kegiatan eksekusi; c. Simbol Belah Ketupat / Decision ( ) untuk mendeskripsikan kegiatan pengambilan keputusan; d. Simbol Anak Panah / Panah / Arrow / ( ) untuk mendeskripsikan arah kegiataan (arah

- 22 - proses kegiatan); e. Simbol segi lima / off-page Connector ( ) untuk mendeskripsikan hubungan antar symbol yang berbeda halaman. GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, CORNELIS