BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu, Kehamilan Risiko Tinggi masih menjadi masalah pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang obstetri oleh karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik maternal maupun perinatal yang masih tinggi. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Sampai saat ini kehamilan risiko tinggi masih menjadi ancaman yang besar bagi upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin dimana saja di seluruh dunia. Namun pada beberapa negara maju angka intensitas ancaman tersebut kian menurun. Angka kematian ibu yang masih tinggi menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi para ibu masih memprihatinkan. WHO (Nopember 1999) melaporkan hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini sebagian besar (95%) terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara maju angka kematian ibu pertahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang angka kematian ibu rata-rata dapat mencapai 18 kali lebih tinggi, yaitu 480 per 100.000 kelahiran hidup. Ini disebabkan karena di
negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, hampir 85% persalinan masih ditangani dukun dan bidan yang kurang terlatih. Dalam hal ini, penanganan yang kurang memadai tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Data angka kematian ibu di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di RS dr. Pirngadi Medan, Tobing dalam penelitiannya tahun 1984-1989 menemukan kematian maternal pada 67,9% kelompok tidak terdaftar. Yang dimaksud dengan kelompok tidak terdaftar adalah kelompok ibu hamil yang memeriksakan dirinya kurang dari 4 kali selama kehamilannya. Akibat kurangnya pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih (bidan, dokter dan dokter ahli) banyak kasus dengan penyulit kehamilan tidak terdeteksi. Hal ini tentu saja akan menyebakan terjadinya komplikasi yang lebih besar dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada ibu dan janin. Menurut World Health Organization (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care.
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, oleh pemerintah telah dikembangkan fasilitas kesehatan yang berjenjang, mulai dari masyarakat pedesaan dengan bidan di desa dan Posyandu, Polindes dan KPKIA (kelompok peminat KIA) untuk ibu hamil, nifas, menyusui dan Keluarga Berencana, di tiap kecamatan dengan satu atau dua Puskesmas dengan dokter dan bidannya, serta di kabupaten dengan Rumah Sakit dan Dokter Spesialisnya. Faktor pelayanan kesehatan yang cukup berpengaruh dalam hal ini antara lain adalah kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang baik serta kurangnya tenaga dan obat-obatan yang tersedia. Sedangkan faktor sosial ekonomi yang sangat berpengaruh adalah kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan dan rendahnya status wanita. Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang risiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, dan berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah risiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi risiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana seorang ibu hamil mengetahui upaya pengawasan dan dimulai dari pemahaman ibu hamil tersebut terhadap suatu kehamilan risiko tinggi. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap kehamilan risiko tinggi dapat diambil data mengenai salah satu faktor penentu dalam pengawasan
peningkatan kesejahteraaan ibu hamil dan janin dalam rangka menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan perilaku, sikap dengan perilaku tentang kehamilan risiko tinggi? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi. 1.3.2 TUJUAN KHUSUS 1. Mengetahui karakteristik ibu hamil yang berkunjung ke poli ibu hamil meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. 2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan perilaku, sikap dengan perilaku tentang kehamilan risiko tinggi. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi informasi bagi masyarakat terutama ibu hamil untuk menambah pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi dimana hal ini mempunyai peranan dalam menentukan keputusan selama masa kehamilan dan persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan
dan tindakan ini berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya sehingga dapat dilakukan upaya untuk menurunkan kematian ibu dan anak.