ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN YANG MENGADOPSI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB III METODE PENELITIAN. antara kedua atau lebih objek yang diteliti. keuangannya dimulai dari tahun

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

Sasa Elida Sovia Muhammad Saifi Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

EVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK DALAM KERANGKA ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA PERIODE : PERBANDINGAN CAR, NPL, LDR, EATAR, BOPO, dan ROA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap Audit Delay tidak terdukung. Dengan demikian profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. selama periode tahun 2008 sampai dengan Penilaian periode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK BUMN DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Oleh SYAPUTRI NOVIYANI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN ASURANSI SWASTA

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Dalam era modernisasi saat ini, semua perusahaan yang ingin berhasil tentunya harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

ANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

KINERJA KEUANGAN PT BANK PAN INDONESIA, Tbk DAN ENTITAS ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODE FINANCIAL RATIO DAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang... 1

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN YANG MENGADOPSI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL Maulidya Nurisya 1 Wardoyo 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat 1 mnurisya@gmail.com 2 wardoyo@staff.gunadarma.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada bank yang telah dan belum mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan bank yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2008-2012. Variable yang digunakan adalah rasio keuangan dengan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data dianalisis dengan T-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan IFRS tidak memiliki dampak pada kinerja keuangan Bank, karena pada dasarnya penerapan IFRS tidak secara langsung dan eksplisit ditujukan untuk meningkatkan kinerja, terlebih lagi dalam jangka pendek. Kata kunci : Standar Pelaporan Keuangan Internasional, T-test, bank PENDAHULUAN Dewasa ini dunia bisnis baik perusahaan, perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya dituntut untuk mempersiapkan diri dalam mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional yang mulai diterapkan pada tahun 2012. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) telah menetapkan tahun 2012 Indonesia sudah mengadopsi penuh Standar Pelaporan Keuangan Internasional, khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Tapi rupanya sampai sekarang masih terdapat beberapa entitas perbankan yang belum menerapkan Standar Pelaporan Keuangan Internasional, padahal Indonesia sudah mengacu pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional ini sejak 1994. IAS dan IFRS merupakan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang merupakan produk IASC (International Accounting Standar Committee) dan IASB (International Accounting Standar Board). Standar Pelaporan Keuangan Internasional adalah produk IASB versi baru sedangkan IAS adalah produk IASC versi lama. Beberapa pasal pada standar akuntansi di Indonesia telah mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional yang sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Proses harmonisasi ini memiliki hambatan antara lain nasionalisme dan budaya setiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi, selain itu timbul juga perma- E-24 Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja

salahan lainnya seperti translasi standar internasional, ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional, struktur dan kompleksitas standar internasional dan frekuensi perubahan dan kompleksitas standar internasional. Namun dari semua hambatan dan permasalahan tersebut penerapan Standar Pelaporan Keuangan Internasional memiliki manfaat secara umum diantaranya adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability), meningkatkan arus investtasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan, meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan cara, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management. Adapun alasan yang mendasari perlunya Indonesia mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional adalah a). peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. b). menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan. c). mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis. d). meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice. Karena banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional maka terjadilah ketimpangan antara rencana yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Seperti yang telah dijelaskan diawal, pada tahun 2012 diharapkan Indonesia telah menerapkan PSAK berbasis Standar Pelaporan Keuangan Internasional secara keseluruhan, namun pada kenyataannya belum semua perusahaan maupun perbankan mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional secara keseluruhan sehingga memungkinkan terdapat perbedaan kinerja antara perusahaan yang belum dan telah mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada bank yang telah dan belum mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional di Indonesia. METODE PENELITIAN Objek dari penelitian ini adalah seluruh perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2012. Data yang berhasil diolah sebanyak 27 bank, yaitu 24 bank yang telah mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional dan 3 bank yang belum Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji independen sampel T-test dengan menggunakan Aplikasi SPSS versi 20. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan periode 2008-2012 yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). Varibel yang digunakan adalah rasio keuangan dengan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL). Berikut ini adalah hipotesis dalam penelitian: H 0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank yang telah dan yang belum mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). H a : Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank yang telah dan yang belum mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja E-25

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kelengkapan data yang berhasil diolah sebanyak 27 bank, yaitu 24 bank yang telah mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional dan 3 bank yang belum Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Hasil analisis T- test Sampel Independen secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1, dan T-test Equality of Means dapat dilihat pada Tabel 2. CAR (Capital Adequacy Ratio) hitung untuk CAR dengan Equal variance assumed adalah 6,024 dengan probabilitas 0,015. Karena probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak, atau kedua varians benar-benar berbeda dalam kinerja bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS. Berdasarkan Tabel 1 bahwa t hitung untuk CAR dengan Equal variance not assumed adalah 1,000 dengan probabilitas 0,333. Karena 0,333 > 0,05 maka rata-rata CAR bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS tidak berbeda nyata. Jika dilihat dari rata-rata kedua kelompok, CAR bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS hampir sama, namun CAR yang belum mengadopsi IFRS lebih baik dari bank yang telah mengadopsi IFRS. Tabel 1. T-test Sampel Independen Periode 2008-2012 KEBIJAKAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CAR ROA ROE LDR NPL Belum IFRS 15 18.2600 7.73214 1.99643 IFRS 120 16.2159 4.75976.43450 Belum IFRS 15.1820 5.07363 1.31000 IFRS 120 1.8654 1.15264.10522 Belum IFRS 15-4.5640 50.26563 12.97853 IFRS 120 15.0783 9.75608.89060 Belum IFRS 15 71.1620 16.39222 4.23245 IFRS 120 78.8676 13.21846 1.20667 Belum IFRS 15 3.5700 5.98527 1.54539 IFRS 120 1.9749 1.30530.11916 Tabel 2. T-test Equality of Means E-26 Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja

Dalam penelitian ini rasio CAR bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS telah memenuhi persyaratan berdasarkan aturan Basel II, bahwa setiap bank minimal memiliki CAR sebesar 8%. Bila di lihat dari rata-rata, CAR bank yang belum mengadopsi IFRS lebih tinggi dari CAR bank yang telah mengadopsi IFRS, namun jika dilihat dari nilai CAR masing-masing perbankan, CAR tertinggi terjadi pada bank yang telah mengadopsi IFRS yaitu pada Bank Kesawan, kondisi CAR yang terlalu tinggi menunjukkan kinerja yang tidak baik. Bank Kesawan tidak cukup ekspansif di dalam melakukan investasi pada aktiva yang berisiko dalam memperoleh pendapatan bagi bank. Kehati-hatian Kesawan dapat terlihat dari besarnya rasio CAR sebesar 46,49%, sedangkan CAR terendah pada periode penelitian terjadi pada bank yang belum mengadopsi IFRS yaitu pada Bank Pundi Indonesia ditahun 2009 dengan nilai CAR sebesar 8,20%. Hal ini mengindikasi bahwa Bank Pundi Indonesia harus memperkuat modal lantaran pertumbuhan kredit dan mengimbangi regulasi yang lebih ketat. ROA (Return On Assets) hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed adalah 69,550 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak, atau dapat dikatakan bahwa terdapat varians (data tidak homogen) anatar besarnya ROA bank yang telah mengadopsi IFRS dengan bank yang belum mengadopsi IFRS. Berdasarkan Tabel 1 bahwa t hitung untuk ROA dengan Equal variance not assumed adalah -1,281 dengan probabilitas 0,221. Karena 0,221 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS. Terlihat bahwa nilai t hitung = -1,281 (negatif) artinya bahwa ROA pada bank yang belum mengadopsi IFRS lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan ROA pada bank yang telah mengadopsi IFRS. Jika dilihat dari rata-rata kedua kelompok, ROA bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS juga tidak berbeda nyata. namun ROA bank yang telah mengadopsi IFRS lebih tinggi dibandingkan ROA bank yang belum mengadopsi IFRS. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba. Semakin besar ROA sebuah bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset yang berarti kinerja bank tersebut semakin baik. Perusahaan dikatakan baik apabila mempunyai laba yang besar atau rasio ROA berkisar antara 0,5% sampai dengan 1,25%, dan dikatakan sangat baik apabila mempunyai laba sangat besar dengan ROA diatas 1,25% (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Dimana untuk memperoleh ROA yang besar diperlukan adanya aktiva produktif yang berkualitas dan manajemen yang solid. Kinerja bank yang telah mengadopsi IFRS mampu menghasilkan ROA lebih tinggi dari bank yang belum mengadopsi IFRS. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan IFRS sebagai standar penyajian laporan keuangan perusahaan memberikan dampak positif bagi kinerja perbankan dalam menghasilkan keuntungan. ROE (Return On Equity) hitung untuk ROE dengan Equal variance assumed adalah 96,155 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak, atau dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan varians (data tidak homogen) antara besarnya ROE bank yang telah dengan yang belum mengadopsi IFRS. Berdasarkan Tabel 1 Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja E-27

bahwa t hitung untuk ROE dengan Equal variance not assumed adalah -1,510 dengan probabilitas 0,153. Karena 0,153 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ROE bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS tidak berbeda signifikan. Terlihat bahwa nilai t hitung = - 1,510 (negatif) artinya bahwa ROE pada bank yang belum mengadopsi IFRS lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan ROE pada bank yang telah mengadopsi IFRS. Rasio ROE digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran dividen. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar pula dividen yang diterima investor. Dalam penelitian ini, kinerja bank yang telah mengadopsi IFRS lebih besar daripada bank yang belum mengadopsi IFRS, hal ini juga membuktikan bahwa penerapan IFRS sangat baik dalam meningkatkan kinerja suatu bank. Bank yang telah menerapkan IFRS memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak, karena semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sedangkan bank yang belum mengadopsi IFRS kinerjanya sudah cukup baik namun belum sebaik bank-bank yang telah mengadopsi IFRS dalam penyajian laporan keuangannya. LDR (Loan to Deposit Ratio) hitung untuk LDR dengan Equal variance assumed adalah 2,378 dengan probabilitas 0,125. Karena probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima, atau tidak terdapat perbedaan varians (data homogen) antara besarnya LDR bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS. Berdasarkan Tabel 1 bahwa t hitung untuk LDR dengan Equal variance assumed adalah -2,071 dengan probabilitas 0,40. Karena 0,40 > 0,05 maka rata-rata LDR bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS tidak berbeda nyata. Jika dilihat dari rata-rata kedua kelompok, LDR bank yang telah mengadopsi IFRS hampir sama dari bank yang belum mengadopsi IFRS, namun LDR bank yang telah mengadopsi IFRS tetap lebih tinggi dari bank yang belum mengadopsi IFRS. LDR menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik tingkat kinerja bank untuk rentang 50%-100% karena kredit yang disalurkan bank lancar sehingga membuat pendapatan bank semakin meningkat yang nantinya akan meningkatkan kinerja bank pula. Namun, jika LDR > 100% maka semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi- bermasalah akan semakin besar. Namun rasio LDR yang terlalu tinggi juga tidak baik, seperti yang terjadi pada pada bank yang telah mengadopsi IFRS yaitu pada Bank Tabungan Negara dengan LDR sebesar 108,42% hal menunjukkan bank berlebihan dalam memberikan kredit. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. NPL (Non Performing Loan) hitung untuk NPL dengan Equal variance assumed adalah 44,082 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak, atau kedua varians E-28 Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja

benar-benar berbeda antara besarnya NPL bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS. Berdasarkan Tabel 1 bahwa t hitung untuk NPL dengan Equal variance not assumed adalah 1,029 dengan probabilitas 0,321. Karena 0,321 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara bank yang telah dan belum mengadopsi IFRS. Terlihat bahwa nilai t hitung = 1,029 (positif) artinya bahwa NPL pada bank yang belum mengadopsi IFRS lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan NPL pada bank yang telah mengadopsi IFRS. Jika dilihat dari rata-rata kedua kelompok, NPL bank yang telah mengadopsi IFRS hampir sama dengan bank yang belum mengadopsi IFRS, namun NPL bank yang telah mengadopsi IFRS lebih baik daripada bank yang belum mengadopsi IFRS. Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan (Meliyanti, 2008). Rasio NPL dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi NPL mengakibatkan semakin tinggi tunggakan bunga kredit yang berpotensi menurunkan pendapatan bunga serta menurunkan laba. Demikian sebaliknya, semakin rendah NPL akan semakin tinggi (Muljono, 1999). Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Kredit bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Kriteria rasio NPL dibawah 5%. NPL bank yang telah mengadopsi IFRS lebih baik bila dibandingkan NPL bank yang belum mengadopsi IFRS, Hal ini mengindikasikan kinerja yang buruk dari bank-bank yang belum mengadopsi IFRS. Sedangkan pada bank yang telah mengadopsi IFRS, rasio NPL terendah sebesar 0,28% dan tertinggi sebesar 6,25%. Hal ini menunjukkan kredit bermasalah pada bank yang telah mengadopsi IFRS lebih baik dibandingkan plada bank yang belum mengadopsi IFRS. SIMPULAN Kinerja bank yang telah mengadopsi IFRS tidak berbeda signifikan dengan bank yang belum mengadopsi IFRS. Hal ini tercermin dari tidak adanya perbedaan yang signifikan dari rasio-rasio yang menjadi variabel pada penelitian ini seperti CAR, ROA, ROE, LDR, dan NPL. Meskipun tingkat perbedaannya tidak signifikan, namun kinerja bank yang telah mengadopsi IFRS lebih baik dibandingkan bank yang belum mengadopsi IFRS. Hal ini dikarenakan dengan adanya standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal serta laporan keuangan dapat diakui secara internasional yang dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan perbankan di Indonesia. Penerapan IFRS belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan IFRS tidak memiliki dampak pada kinerja keuangan Bank, karena pada dasarnya penerapan IFRS tidak secara langsung dan eksplisit ditujukan untuk meningkatkan kinerja, terlebih lagi dalam jangka pendek. Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja E-29

DAFTAR PUSTAKA Anjasmoro, M. 2010. Adopsi international financial report standard: Kebutuhan atau paksaan? Studi kasus pada PT. Garuda Airlines Indonesia Skripsi. Dalam http://www.undip.ac.id /diunduh pada 15 Mei 2013. Darmayasa, N. 2012. Konvergensi internasional financial reporting standards (IFRS) dan dampaknya terhadap perpajakan. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, 8. http://www.pnb. ac.id/ diunduh pada 3 Mei 2013. Darsono & Ashari. 2006. Pedoman praktik memahami laporan keuangan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Harahap, S.S. 2007. Analisis kritis atas laporan keuangan. Edisi 1, cetakan 6. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Jakarta: Salemba Empat Pratiwi, C.W. 2013. Implikasi adopsi IFRS terhadap tata kelola, informasi asimetris dan kinerja entitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Disertasi. Program Doktor Universitas Gunadarma. Sadeli, L.M. 2006. Dasar-dasar akuntansi Edisi 1 cetakan ketiga, Jakarta: Bumi Aksara. Saifudin. 2012. Telaah konvergensi pedoman standar akuntansi keuangan menjadi IFRS. http://www.usm.ac.id/ diunduh pada 3 Mei 2013. Soetantjo, C. 2012. Penerapan IFRS di tahun 2012 bagaimana dampaknya terhadap bisnis dan auditor? http://www. jtanzilco.com/, diakses pada 15 Mei 2013. E-30 Nurisya & Wardoyo, Analisis Perbandingan Kinerja