I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah sangat berdampak pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Daerah didasarkan asas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan.dengan daerah tidak saja mengurus rumah tangganya sendiri tetapi juga menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintah Pusat di daerah.tentu saja hal ini membuat beban yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah tidaklah ringan, dan untuk menyelenggarakan tugastugas tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang (selanjutnya disebut dengan UU PKPD) menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing masing daerah. Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2001 Otonomi Daerah secara efektif diberlakukan.pad menjadi andalan daerah dalam penyumbang pendapatan

2 daerah, pada sisi lain Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengembangkan dan menumbuhkan kemandirian daerah melalui peningkatan peran serta masyarakat.sebagai pelaku ekonomi maupun sosial budaya, peran sertamasyarakat menempati posisi tertinggi dan karena itu perlu senantiasa dilibatkan dalam mendukung upaya menumbuhkan kemandirian daerah. Dengan sejak diberlakukannya otonomi daerah maka pemerintah daerah perlu berupaya untuk mengoptimalisasikan penghasilan asli daerahnya utamanya yang bersumber dari pajak daerah guna menambah APBD yang digunakan untuk kepentingan masyarakat tanpa harus menggantungkan kepada pemerintah pusat. Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mempunyai kontribusi dan potensi terbesar adalah pajak daerah.pajak Daerah merupakan sumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajak yang diterapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut (Syuhada Sofian, 1997). Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (Pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran. Beberapa macam pajak yang dipungut oleh pemerintah Kota Bandar Lampung diantaranya yaitu pajak reklame, pajak bumi dan bangunan pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan, pajak

3 penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Tabel 1 Target dan Realisasi Total Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2011-2014 Kota Bandar Lampung Tahun 2011 Jenis Pajak Target Penerimaan (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp) % Pajak hotel 5.954.342.000.00 6.642.066.164.00 111.55 Pajak restoran 7.249.896.000.00 8.653.596.301.00 119.36 Pajak hiburan 2.350.000.000.00 2.607.935.632.00 110.98 Pajak reklame 3.700.675.538.00 3.744.573.415.00 101.19 Pajak penerangan jalan 32.000.000.000.00 33.520.637.993.00 104.75 Pajak bumi dan bangunan - - - Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan - - - Jumlah pajak daerah 51.254.913.538.00 56.627.114.786.48 107.63 Pendapatan asli daerah 84.167.470.269.17 87.711.803.840.41 104.21 2012 Pajak hotel 8.850.442.000.00 10.464.084.252.00 118.23 Pajak restoran 18.000.000.000.00 13.500.286.358.00 75 Pajak hiburan 3.000.000.000.00 3.048.834.184.00 101.63 Pajak reklame 8.000.000.000.00 6.315.626.735.00 78.95 Pajak penerangan jalan 33.500.000.000.00 37.551.145.206.00 112.09 Pajak bumi dan bangunan - - - Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 28.200.000.000.00-139.32 Jumlah pajak daerah 104.234.442.000.00 112.602.140.715.00 108.03 Pendapatan asli daerah 156.796.491.183.50 162.722.590.331.88 103.81

4 Tabel 1 Target dan Realisasi Total Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2011-2014 Kota Bandar Lampung (lanjutan) Tahun 2013 Jenis Pajak Target Penerimaan (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp) % Pajak hotel 10.221.724.192.00 10.530.259.469.56 103.02 Pajak restoran 20.000.000.000.00 17.284.202.625.21 86.42 Pajak hiburan 3.693.098.000.00 4.381.068.935.00 118.63 Pajak reklame 11.000.000.000.00 14.462.490.287.00 131.48 Pajak penerangan jalan 44.000.000.000.00 50.747.328.239.00 115.33 Pajak bumi dan bangunan 51.500.000.000.00 39.082.402.187.00 75.89 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 37.500.000.000.00 43.556.504.817.00 116.15 Jumlah pajak daerah 183.315.622.192.00 183.436.575.291.26 100.07 Pendapatan asli daerah 292.272.049.972.25 298.696.062.085.49 102.20 2014 Pajak hotel 15.000.000.160.00 12.335.668.039.50 82.24 Pajak restoran 21.000.000.000.00 20.543.727.774.60 97.83 Pajak hiburan 7.199.999.464.00 5.794.133.258.08 80.47 Pajak reklame 18.000.000.000.00 16.766.782.818.00 76.21 Pajak penerangan jalan 61.251.003.650.00 57.030.428.651.00 93.11 Pajak bumi dan bangunan 80.000.000.000.00 45.891.610.670.00 57.36 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 58.199.999.838.00 79.756.445.254.00 137.04 Jumlah pajak daerah 271.516.090.306.00 242.655.037.332.18 89.37 Pendapatan asli daerah 417.747.740.815.52 367.280.104.011.88 87.92 Memperhatikan tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah terus mengalami peningkatan yang cukup signikan. Pajak reklame sebagai salah satu sektor pendapatan daerah termasuk sektor yang juga mengalami peningkatan setiap tahun nya, walaupun demikian pada praktek nya penyerapan penerimaan daerah dari sektor tersebut masih kurang dari target yang ditentukan oleh

5 Pemerintah Kota Bandar Lampung.Capaian target penerimaan pajak reklame setiap tahun masih berfluktuasi. Pada tahun 2011-2014 secara berurut mencapai 101,19%, 78,95 %, 131,48 % dan 76,21 %. Pajak reklame merupakan salah satu pajak daerah yang sangat potensial di masa mendatang, selain mulai tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan yang baru dan dibangunnya berbagai macam properti serta berbagai usaha lainnya diberbagai sudut kota di Bandar Lampung yang pada akhirnya membutuhkan media reklame agar dikenal luas oleh masyarakat.bertambahnya jumlah jalan-jalan baru dan jalanjalan lingkar kota juga mengakibatkan bertambahnya jumlah reklame pada titik titik tertentu. Perkembangan perekonomian di Bandar Lampung menyebabkan munculnya bangunan baru yang menggunakan reklame.efek dari perkembangan pembangunan insfrastruktur jalan dan jembatan, dimana kondisi yang sebelumnya masih belum diperbaiki dan setelah adanya perbaikan maka status jalan-jalan yang semula hanya sebagai sarana dan prasarana saja telah berubah fungsi ekonomisnya.nilai reklame pada jalan-jalan utama yang telah berubah fungsi tersebut menjadi titik-titik yang lebih strategis untuk pemasangan reklame, juga merubah nilai sewanya. Tabel 2 Kuantitas Pemasangan Reklame dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame di Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011-2014 Tahun Kuantitas Pemasangan Reklame (pemasangan) Persentase kenaikan (%) Jumlah penerimaan Pajak Reklame (Rupiah) Persentase kenaikan (%) 2011 1371 3.744.573.415.00 2012 1967 43.47 % 6.315.626.735.00 68.66 2013 2411 22.57 % 14.462.490.287.00 128.99 2014 2769 14.48 % 16.766.782.818.00 15.93

6 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak dan jumlah penerimaan dari sektor pajak reklame setiap tahun nya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat investasi dan pembangunan di Kota Bandar Lampung. Tetapi secara persentase peningkatan nya belum stabil, dengan kata lain peningkatan wajib pajak belum diimbangi dengan optimal nya jumlah penerimaan nya. Hanya di tahun 2013 penerimaan dari sektor ini mengalami peningkatan yang pesat dari segi jumlah penerimaan nya sebesar 128.99 % dari tahun sebelum nya walaupun tingkat pertumbuhan wajib pajak nya hanya sebesar 22.57 % dari tahun sebelumnya. Penelitian terdahulu yang menganalisis pajak secara umum dan pajak daerah secara khusus juga memasukan pertumbuhan ekonomi sebagai pengaruh. Kondisi perekonomian yang baik akan menciptakan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih bagus serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Sutrisno (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa jumlah penduduk, jumlah industri, dan petugas pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame. B. Permasalahan Pemerintah Kota Bandar Lampung sedang melakukan proses pembangunan yang memerlukan biaya relatif besar. Pajak Reklame merupakan salah satu sumber pendapatan yang dapat dikembangkan sebagai sektor penerimaan untuk melakukan pembiayaan pembangunan. Besarnya penerimaan pajak reklame pada dasarnya tergantung pada kesiapan daerah dan potensi daerah tersebut. Di samping itu partisipasi

7 dan peran serta masyarakat akan sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan pajak reklame khususnya wajib pajak reklame. Berdasarkan uraian latar belakang serta data tentang perkembangan wajib pajak dan total penerimaan dari sektor pajak reklame di Kota Bandar Lampung terlihat bahwa tidak proporsional nya antara perkembangan wajib pajak dan total penerimaan pajak reklame nya. Perkembangan total penerimaan pajak re klame antara tahun 2011 hingga tahun 2014 merupakan total penerimaan dari sektor pajak reklame yang mengacu kepada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang pajak daerah. Dimana tarif pajak dari masingmasing jenis reklame telah diatur di peraturan daerah tersebut dan masih berlaku hingga saat ini.kenaikan pendapatan dari sektor pajak reklame dikarenakan adanya kenaikan jumlah wajib pajak reklame dan bukan karena kenaikan tarif pajak reklame yang dirasionalisasi. Pada umum nya peraturan daerah yang memuat tarif pajak tersebut berlaku dalam jangka waktu yang lama tanpa memperhatikan inflasi rata-rata per tahun di daerah Kota Bandar Lampung, maka perlu adanya penyesuaian tarif pajak reklame serta target penerimaan yang harus dirasionalisasi dengan memperhatikan kenaikan inflasi di daerah Kota Bandar Lampung. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah tarif pajak dari masing-masing jenis pajak reklame telah sesuai dengan rasionalisasi tarif yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu?

8 2. Sejauhmana pertumbuhan kuantitas pemasangan reklame dan tarif yang telah dirasionalisasi berpengaruh terhadap target penerimaan di masa yang akan datang? 3. Apakah target penerimaan pajak reklame dapat meningkat di masa datang dan peningkatannya melampaui inflasi di Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui besarnya tarif yang ideal dari masing-masing jenis pajak reklame di tahun-tahun berikutnya. 2. Untuk mengetahui selisih antara realisasi penerimaan pajak reklame sebelum dan sesudah rasionalisasi. 3. Untuk mengetahui besarnya target penerimaan yang ideal dari sektor pajak reklame di tahun-tahun berikutnya. D. Manfaat penelitian 1. Memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas mengenai keberadaan sektor pajak reklame di Kota Bandar Lampung. 2. Memaparkan hasil rasionalisasi pajak reklame dari segi perbaikan tarif dan target penerimaan untuk tahun-tahun mendatang. 3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi perbandingan atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

9 E. Kerangka Pemikiran Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, pola pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang semula bersifat sentralistik di masa orde baru yang diterjemahkan melalui Undang-Undang No.5 Tahun 1974 telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi, dimanifestasikan melalui dasar hukum UU No.22 Tahun 1999 serta UU No.25 Tahun 1999 yang kini telah direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004. Besaran perubahan yang dikehendaki dalam reformasi tersebut dapat disimak dari pergeseran dari sejumlah model dan paradigma pemerintah daerah, dari structural efficiency model yang menekankan efisiensi dan keseragaman pemerintah lokal dirubah menjadi local democracy model dengan penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan keberagaman di dalam penyelenggaraan pemerintah lokal (Bhenyamin Hoessein, 2002). Salah satu tujuan desentralisasi fiskal adalah meciptakan kemandirian daerah. Dalam perspektif ini pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumbersumber keuangan lokal khusus nya melalui pendapatan asli daerah (Sidik, 2002). Pendapatan asli daerah idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber pendapatan lain relatiffluktuatif dan cenderung di luar kontrol atau kewenangan pemerintah daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwasanya pendapatan asli daerah terdiri dari : 1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah

10 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Namun di dalam perkembangan selanjutnya, diantara semua komponen pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah merupakan penyumbang terbesar. Pajak dareah memiliki peranan penting bagi pembangunan Kota Bandar Lampung. Optimalisasi penerimaan pajak atau upaya fiskal (fiscal effort) yang memperlihatkan seberapa besar upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan pajak hendaknya didukung dengan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas layanan publik masyarakat setempat. Pajak reklame yang merupakan salah satu komponen penerimaan daerah dari sektor pajak daerah sangat menarik untuk diangkat. Mengingat pembangunan daerah di Kota Bandar Lampung cukup mendapat perhatian yang pesat dengan semakin berkembang nya pembangunan saran dan prasarana jalan serta pusatpusat perekonomian di kota ini. Oleh sebab itu perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah yang dalam hal ini wewenang nya dilimpahkan kepada Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung apakah perkembangan penerimaan pajak reklame sesuai atau berjalan lurus dengan pesatnya pembangunan di Kota Bandar Lampung

11 Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian PAD Pajak Daerah Pajak Reklame Rasionalisasi Tarif Tarif Setelah Dirasionalisasi Target Setelah Dirasionalisasi Realisasi Perkembangan Kontribusi Terhadap PAD F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada dan akan diuji kebenarannya secara ilmiah. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

12 1. Realisasi penerimaan pajak reklame akan meningkat di masa yang akan datang yang disebabkan oleh kenaikan kuantitas pemasangan reklame serta rasionalisasi tarif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. 2. Realisasi penerimaan pajak reklame akan lebih besar dibandingkan dengan realisasi penerimaan sebelum tarif dirasionalisasi dan kenaikan nya melampaui inflasi di Bandar Lampung. 3. Jika tarif naik sesuai inflasi maka target penerimaan di masa datang akan meningkat minimal sekian persen. G. Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penulisan ini. Bab III Metode Penelitian yang berisikan Data dan Sumber Data, Alat Analisis, dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung. Bab IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN