BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam objek, baik gambar, simbol maupun tulisan-tulisan, bahkan replika foto.

KONSTRUKSI SOSIAL TATTOO ARTIST : STUDI KASUS PADA STUDIO TATO DI LEGIAN, KUTA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB II KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMANN. A. Pengaruh Fenomenologi Terhadap Lahirnya Teori Konstruksi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB V PENUTUP KESIMPULAN Konstruksi Gaya Hidup Vegetarian

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB I PENDAHULUAN. tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

Konstruksi Sosial Kesenian Dongkrek. (Studi Deskriptif Dalam Paguyuban Dongkrek Krido Sakti Desa Mejayan Kabupaten. Madiun) Oleh : Fitra Hananto

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Kecamatan Medan Marelan ada suatu Usaha Mikro Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan para pengguna tato. Setiap orang yang menggunakan tato memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

RUANG LINGKUP ASPEK EVALUASI PENDIDIKAN SENI RUPA

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

49. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Karakteristik tari

KONTRUKSI SOSIAL TATO DI KALANGAN MUSISI INDIE 1. Oleh: Yusuf Raditya ( ) - AB

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

KONSTRUKSI SOSIAL TATTOO ARTIST : STUDI KASUS PADA STUDIO TATO DI LEGIAN, KUTA

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak asing lagi di telinga masyarakat pengertian dan pemahaman tentang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan sosok seniman yang masih aktif berkarya seni tato di Semarang pernah dilakukan oleh Sri Wahyuni (2011). Awang yang dikenal sebagai tattoo artist bergaya Indian karena karya-karyanya yang memiliki ciri khas bergambar suku Indian. Penelitian ini juga melihat segala aspek yang mempengaruhi keindahan karya seni tato, dan profesionalitasnya dalam berkarya. Nilai estetika seni tato karya Awang dapat dilihat secara visual dengan melihat objektivitas tata bentuk garis, bidang, tekstur, gelap terang, warna, serta komposisi desain yang diungkapkan pada irama, dominasi proporsi, kesatuan, keselarasan dan keseimbangan yang saling melengkapi antara bagian satu dengan bagian lainnya. Kemampuan artistik Awang dalam mengolah gagasan yang dimilikinya dalam karya seni tato terlihat pada karya-karyanya yang kreatif, mempunyai karakter tersendiri antara lain dalam membuat gambar orang Indian, goresan garis terlihat tegas dan spontan sehingga memberi kesan dingin, tegas dan tenang sehingga menjadikan karya Awang terkesan eksotis. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana profesionalitas Awang sebagai tattoo artist dalam bekerja, nilai estetika karya, ciri khas tato dengan gambar orang Indian pada karya Awang serta sifat Awang yang fleksibel dalam pembayaran.

2 Terkait hubungannya dengan konstruksi sosial, Penelitian tentang sebuah konstruksi sosial tattoo artist pernah dilakukan sebelumnya dengan judul Konstruksi Makna Tato pada Anggota Komunitas Paguyuban Tattoo Bandung oleh Reza Pahlevy (2012) pada penelitian ini membahas bagaimana sebuah konstruksi antara penggemar tato, tattoo artist dan juga masyarakat yang tergabung di dalam sebuah wadah bernama Paguyuban Tatoo Bandung disingkat dengan PTB, merupakan sebuah komunitas yang terdiri dari para pencinta dan penggemar tato di Kota Bandung. Sebagian besar anggota yang tergabung dalam komunitas ini adalah seniman tato atau tattoo artist, sedangkan yang lainnya adalah anggota partisipan. Penelitian ini menghasilkan tiga kategori makna tato secara sosial, dan kategori-kategori faktor ketertarikan terhadap tato berdasarkan dua ranah kategori, yang diperoleh melalui pengetahuan, kesadaran, dan pengalaman hidup individu. Konstruksi makna dilakukan dalam ranah kognitif individu hingga intersubjektif dengan orang lain untuk membangun pengetahuan dan pandangan terhadap tato secara sosial. Penelitian ini menyimpulkan bahwa realitas makna tato menurut pandangan anggota komunitas Paguyuban Tattoo Bandung yaitu sebagai identitas, karya seni, dan bisnis. Faktor ketertarikan mereka terhadap tato terbentuk dalam ranah individu dan ranah komunitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2011) dan Reza Pahlevy (2012) Pada penelitian ini penulis memiliki perbedaan dalam hal objek yang akan diteliti, waktu dan tempat, dimana pada penelitian yang akan dilakukan

3 memfokuskan pada sebuah bentuk konstruksi sosial yang terbentuk dari sebuah pekerjaan sebagai tattoo artist. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian-penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya dari segi bentuk sebuah profesionalitas seorang tattoo artist terhadap pekerjaan mereka serta bentuk-bentuk hubungan mereka dengan para pengguna tato dan komunitas mereka sendiri. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian-penelitian tersebut terletak pada kajian penelitian ini yang menitikberatkan pada bentuk konstruksi sosial tattoo artists, dan dengan lokasi penelitian di Legian, Kuta. 2.2 Kerangka Konseptual 2.2.1 Konsep Tattoo Artist Tato adalah pengindonesiaan dari kata tattoo artinya adalah goresan, desain, gambar, atau lambang yang dibuat pada kulit secara permanen. Pembuatan gambar permanen pada tubuh secara garis besar dilakukan dengan dua cara: 1) retas tubuh, yaitu menggoreskan permukaan kulit dengan benda tajam sehingga menimbulkan luka, dan ketika luka ini sembuh terbentuklah tonjolan pada permukaan kulit; 2) melubangi permukaan kulit dengan benda yang runcing sesuai dengan gambar yang diinginan, lalu melalui lubang itulah tinta/ zat cair berwarna dimasukan dalam permukaan kulit (Marianto & Bhari, 2004:2). Dibalik pembuat goresan gambar, desain tersebut terdapat para seniman yang disebut dengan tattoo artist. Para seniman tersebut terlahir ketika dimana seni merajah tubuh memasuki era modern, dimana adanya perkembangan tato dari bersifat

4 tradisional seperti contohnya; suku mentawai, Sumatera Barat yang menggunakan tato sebagai sebuah manifestasi dari kepercayaan yang dinampakan dari tubuh secara permanen yang mereka anggap pakaian abadi yang disandang sampai mati. Perkembangan jaman membuat tato tidak lagi digunakan oleh suatu masyarakat adat tertentu saja namun juga masyarakat perkotaan yang sudah modern. Makna tato terbentuk dari sebuah pengalaman dalam masyarakat itu sendiri, dimana didalamnya terdapat realitas-realitas yang dipandang secara subjektif, objektif, dan simbolik sehingga masyarakat dapat dipandang sebagai realitas subjektif maupun realitas objektif (Berger & Luckmann, 1990:29). Sebagai tattoo artist, tato dimaknai dari tiga aspek, yaitu seni, bisnis, dan identitas sedangkan bagi non tattoo artist dimaknai dari dua, yaitu aspek seni dan identitas. Tato dari aspek seni dimaknai dalam bentuk hobi, ekspresi, kreativitas, dan gaya hidup, dari aspek bisnis tato dimaknai sebagai sumber penghasilan, atau lahan pekerjaan terutama oleh mereka yang berprofesi sebagai tattoo artist dan pemilik studio. Tato sebagai identitas merupakan perwujudan dari diri seseorang atau sebagai simbol untuk menggambarkan diri seseorang berdasarkan maksud dan tujuan dari tato yang dimilikinya. Selain itu, dalam ranah komunitas dan lingkungan sosial, tato pun menjadi identitas mereka yang menunjukkan bahwa mereka sebagai pencinta dan penggemar tato. Selain itu, identitas pun dapat dimengerti melalui kesengajaan mereka untuk mengungkapkan identitasnya sebagai pencinta dan penggemar tato.

5 2.2.2 Konsep Konstruksi Sosial Menurut Peter L. Berger Proses masyarakat mengenal suatu budaya baru terdapat tiga momen simultan yakni adanya eksternalisasi (dunia sosiokultural sebagai produk manusia) objektivasi (interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi) dan internalisasi (individu mengindentifikasikan diri dengan lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya). Karena itulah muncul istilah masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat (Berger, 1994:10). Dalam halnya sebuah hubungan sosial yang terbentuk karena adanya sebuah keyakinan bahwa masyarakat akan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hal baru yang terdapat di dalamnya termasuk disini adalah seni tato, dimana tattoo artist sebagai subjek baru dalam sebuah hubungan individu sebagai penyedia jasa di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi karena adanya sebuah proses eksternalisasi dialami oleh seorang tattoo artist, dimana mereka merubah sebuah tatanan profesi jasa yang ada dan menyesuaikan dengan tatanan yang baru. Tatanan baru yang dimaksud adalah sebuah sebuah pergeseran kebudayaan dari sebuah hal tradisonal menjadi sebuah hal yang modern, dimana masyarakat sudah tidak asing lagi dengan adanya globalisasi di semua aspek kehidupan mereka. Kenyataan yang terbentuk akibat dari sebuah pengetahuan dengan kata lain bahwa pengetahuan menekuni analisa pembentukan kenyataan oleh masyarakat. (Berger & Luckmann, 1990:4). Maka tujuan tattoo artist dapat dilihat dari sebuah

6 kenyataan sosialnya dalam masyarakat terdapat tiga aspek, yaitu dari aspek seni, aspek identitas, dan bisnis. 2.2.2.1 Eksternalisasi Eksternalisasi merupakan hasil ekspresi manusia terhadap dunianya, ekspresi diri manusia merupakan sifat dasar manusia dalam membentuk dunia sosiokulturalnya. Dunia yang dibentuk merupakan tempat mencurahkan diri sehingga menemukan dunia dan budaya nonmaterial yang membentuk hubungan kesinambungan antara manusia dengan sesamanya, sehingga ia menghasilkan suatu dunia, yakni dunia sosial (Berger, 1994:8-9). Eksternalisasi dari sebuah konstruksi sosial bagi tattoo artist mempunyai makna sebagai dunia seni bagi tattoo artist itu sendiri, tattoo artist menciptakan dunia sosial mereka sendiri melalui bidang seni yang mereka tekuni. Timbulnya rasa suka, senang, hobi, dan ketertarikan dari dari tattoo artist terhadap seni tato itu sendiri juga terbentuk melalui dunia sosial dan budaya dari lingkungan para tattoo artist itu sendiri. Dunia manusia adalah dunia yang dibentuk oleh aktivitas manusia sendiri; ia harus membentuk dunianya sendiri dalam hubungannya dengan dunia (Berger, 1994:6-7). Dunia yang dibentuk manusia itu sendiri adalah sebuah kebudayaan agar mempunyai struktur yang kokoh dan oleh karena merupakan bentukan manusia, struktur-struktur itu selalu memiliki sebuah kemungkinan berubah. Itulah sebabnya, kebudayaan selalu dihasilkan dan dihasilkan kembali oleh manusia. Ia terdiri atas totalitas produk-produk manusia, baik yang berupa material dan nonmaterial (Berger, 1994:8). Dunia seni tato modern merupakan

7 hasil sebuah kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat yang memandang bahwa tato adalah sebuah seni. Pada perkembangannya budaya seni tato kini bisa dinikmati banyak kalangan masyarakat, tidak lepas dari pengaruh tattoo artist itu sendiri, seni tato kini merupakan sebuah gaya hidup bagi masyarakat itu sendiri. Perkembangan sebuah budaya bertato merupakan bentuk sebuah eksternalisasi dimana tattoo artist tersebut menciptakan budaya tato dengan mengembangkan bakat seni yang dimilikinya. 2.2.2.2 Objektivasi Tattoo artist sebagai sebuah bentuk objektivasi merupakan hasil dari kegiatan fisik dari bentuk eksternalisasi itu sendiri. Disini sebagai seorang tattoo artist sebuah ekspresi yang menjadi sebuah kenyataan dalam dunia sosialnya, hasil yang diciptakan dalam realitasnya sebagai seniman tato, sebuah pekerjaan atau sebagai sebuah bisnis dalam pelayanan jasa. Sebagai sumber penghasilan dengan latar belakang dan pengalaman mereka sebagai tattoo artist baik di studio miliki sendiri maupun bekerja sebagai tattoo artist di studio orang lain. Bisnis yang dibentuk itu sendiri merupakan hasil dari proses pengalaman, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing- masing dan beradaptasi dengan dunia sosial dan realitasnya di dalam masyarakat. Objektivasi merupakan hasil produk manusia, kemudian berada di luar dirinya, namun produk yang dihasilkan tidak langsung dapat diserap kembali ke

8 dalam kesadarannya. Kebudayaan berada di luar subjektivitas manusia, menjadi dunianya sendiri dan dunia yang diproduksi manusia memperoleh sifat realitas objektif (Berger, 1994:11-12). Proses untuk mencapai adaptasi itu dilakukan dengan sosialisasi, ada dua macam sosialisasi, yakni: pertama, sosialisasi primer, adalah sosialisasi pertama yang dialami individu dalam masa kanak-kanak. Kedua, sosialisasi sekunder, adalah setiap proses berikutnya ke dalam sektorsektor baru dunia objektif masyarakatnya (Berger & Luckmann, 1990:187). Sebagai sosialisasi dunia bisnis tato, tattoo artist harus memiliki pengetahuan diluar kemampuan seninya agar bisa diterima di dalam lingkungan masyarakat. Pengetahuan didefinisikan sebagai sebuah kepastian bahwa fenomena-fenomena yang nyata dan memiliki karakteristik-karakterisitik yang spesifik. (Berger & Luckmann, 1990:32). Perlunya sebuah pengenalan yang positif di dalam masyarakat agar seni tato dapat beradaptasi dengan budaya lokal itu sendiri, dan dalam kaitannya dengan pengetahuan tato mempunyai karakterisktik tersendiri dimana pada dunia seni tato merupakan seni tradional yang kini mulai dikomersilkan dan menjadi sebuah bisnis baru yakni studio tato yang dapat diterima di dalam dunia sosial budaya masyarakat setempat. 2.2.2.3 Internalisasi Internalisasi merupakan bentuk individu mengidentifikasikan diri dengan berbagai lembaga sosial atau organisasi sosial dimana individu menjadi anggotanya. Internalisasi merupakan peresapan kembali realitas oleh manusia dan

9 mentransformasikannya kembali dari struktur-struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif (Berger, 1994:5). Bentuk sebuah internalisasi bagi tattoo artist itu sendiri yakni dimana mereka mengekspresikan pekerjaan mereka sebagai sebuah identitas baik itu sebagai pekerjaan maupun sebagai penggemar seni tato. Hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi menghasilkan realitas objektif bagi masyarakat yang memandang tattoo artist sebagai sebuah identitas pekerjaan dalam dunia seni tato. Pola dari dari pembiasaan aktivitas para tattoo artist itu sendiri mengekspresikan diri mereka sebagai seorang seniman yang dilembagakan berdasarkan identitas mereka sendiri sebagai penggemar tato. Di balik pembiasaan ini, juga sangat mungkin terjadi inovasi dan proses-proses pembiasaan mendahului sikap pelembagaan (Berger & Luckmann 1990:77-84). Identitas dimaksudkan yakni bagaimana tattoo artist mengenalkan karya mereka bagaimana tattoo artist membentuk karaktek mereka sendiri di kalangan komunitas maupun di pergaulan mereka sehari-hari. Melakukan banyak sebuah pameran tato atau sebuah tato kontes merupakan salah satu caranya. Ketertarikan mereka terhadap tato disebabkan pula oleh pengaruh dari lingkungan. Di antaranya adalah anggota keluarga yang menggunakan tato memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada individu untuk melakukan hal yang sama. Selain keluarga, lingkungan pergaulan pun mempengaruhi ketertarikan individu terhadap tato. Hal-hal tersebut merupakan

10 sebuah bentuk bagaimana seorang tattoo artist tertarik mendalami seni tato sebagai sebuah identitas.