BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar, baik dalam penggunaan strategi, metode maupun model pembelajaran. agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan model pembelajaran untuk membentuk kurikulum (rencana

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 4 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kualitas pendidikan dari bangsa di negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sidomulyo sebagian masih menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

PENDAHULUAN. membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan serta metode apa pun harus benar-benar efektif. Proses. pembelajaran dalam suasana proses belajar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran sastra, khususnya mengenai cerita rekaan (cerita pendek, novel, dongeng, cerita anak, dan sebagainya), diberikan dengan maksud untuk meningkatkan dan mempertinggi tingkat apresiasi seni sastra peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik diharapkan memiliki kepekaan terhadap kehidupan seni di sekelilingnya, memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya. Sastra sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, memegang peranan penting dalam sistem pendidikan karena berkaitan dengan proses pendewasaan peserta didik. Dalam kerangka itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menanamkan rasa cinta pada bahasa nasional, cinta pada khasanah seni dan budaya Indonesia, dan memiliki kepekaan terhadap bentuk seni sastra Indonesia yang dewasa ini telah berkembang amat pesat. Pencapaian tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia seperti telah disinggung di atas, dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat sekolah atau pendidikan (SD, SLTP, dan SLTA). Pada jenjang sekolah dasar, pengajaran bahasa dan sastra dititikberatkan pada penguasaan dasar-dasar apresiasi sastra dan kemampuan berbahasa. Pada jenjang sekolah lanjutan pertama, apresiasi sastra dan kemampuan berbahasa

2 diberikan secara lebih detil. Pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas, diberikan secara lebih mendalam guna memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi). Banyak orang memandang bahwa pelajaran sastra, termasuk cerita rekaan, merupakan pelajaran yang tidak penting. Pandangan tersebut tidak perlu diperdebatkan lagi. Tegasnya, sastra perlu diajarkan pada peserta didik karena sastra turut membekali anak untuk dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa sastra memiliki peran seperti halnya mata pelajaran Matematika, IPS, IPA dan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran apresiasi sastra berkaitan erat dengan pembelajaran bahasa. Sastra tidak lepas dari bahasa, karena sastra pada dasarnya merupakan perwujudan kreativitas bahasa. Karya sastra sebagai hasil cipta seni pengarang menggambarkan peristiwa-peristiwa, baik tersurat maupun tersirat dari kehidupan nyata dalam masyarakat. Karya sastra dicipta untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh pembaca. Sebuah karya sastra berisi tentang permasalahan kehidupan manusia, yakni gambaran manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu, karya sastra berhubungan dengan budi pekerti, kecintaan terhadap orang tua, keluarga, tanah air ataupun keyakinan hidup, kasih sayang, penghargaan, martabat dan kewajiban, kebencian, pengkhianatan serta hal-hal yang transenden, termasuk masalah manusia dengan manusia lain.

3 Keterkaitan antara karya sastra dengan manusia yang sedemikian erat, memberikan petunjuk bahwa karya sastra lahir bukan tanpa tujuan. Karya sastra lahir karena memiliki makna bagi pembaca. Dengan kata lain, karya sastra memberi wawasan tentang hidup manusia beserta segala problematikanya kepada pembaca. Karya sastra juga dapat memberikan hiburan karena keindahan bahasa dan masalah yang disajikan mampu memberi nilai hiburan pada pembaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Horace, sastra itu dulce et utile, sastra itu menyenangkan dan berguna (Wellek dan Warren, 1993: 225). Kehidupan yang digambarkan dalam karya sastra adalah kehidupan rekaan sastrawan, meskipun tampak seperti sebuah realita hidup. Karya sastra menggambarkan kehidupan nyata. Akan tetapi, kehidupan itu telah diwarnai dengan pandangan dan sikap pengarangnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya, dan sebagainya (Suharyanto, 1982: 11). Sastra termasuk cerita rekaan merupakan salah satu kebutuhan khusus akademik dan salah satu mata pelajaran yang dapat memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan pemahaman isi pelajaran sastra menuntut peserta didik untuk banyak berlatih mengapresiasi sastra. Namun, kenyataan menunjukkan masih banyak peserta didik yang malas membaca karya sastra. Peran guru sangat besar untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengupas dan mengapresiasi karya sastra. Mengingat hal itu, guru perlu menyajikan pembelajaran sastra menjadi suguhan yang menarik bagi peserta

4 didik. Dengan demikian, peserta didik akan belajar dan mengapresiasi karya sastra dengan senang di sekolah maupun di rumah secara mandiri. Keberhasilan dalam proses pembelajaran biasanya diukur dengan keberhasilan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang diberikan. Semakin banyak peserta didik yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi, maka semakin tinggi keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengalaman peneliti selama ini di lapangan, khususnya di sekolah dasar, salah satu pengajaran yang hasilnya kurang baik adalah pengajaran sastra. Pengajaran sastra termasuk materi yang tidak begitu disenangi peserta didik. Hal itu disebabkan untuk dapat memahami materi sastra diperlukan kejelian berpikir, kemampuan berimajinasi, dan waktu yang cukup lama untuk membaca karya sastra. Salah satu standar kompetensi (SK) yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di SD dirumuskan memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak. Standar kompetensi ini berada di kelas V pada semester dua. Standar kompetensi itu terbagi menjadi tiga kompetensi dasar (KD). Ketiga kompetensi dasar tersebut (7.1) membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas, (7.2) menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar acara, menu dan lain-lain), dan (7.3) menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.

5 Kemampuan peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten dalam menyimpulkan isi cerita anak masih dirasakan kurang. Dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) 66, sebagian besar peserta didik hanya mendapat nilai sekitar 61-65. Hasil ini masih kurang dari standar yang diharapkan. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyimpulkan isi cerita anak disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan baik wawancara dengan peserta didik maupun hasil diskusi dengan guru Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten, dapat diidentifikasi beberapa bentuk permasalahan tersebut. Sebagai contoh, peserta didik tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini tampak dari tanggapan yang diberikan peserta didik ketika diberi tugas menyusun simpulan cerita anak. Peserta didik terlihat kurang serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Peserta didik beranggapan bahwa cerita anak sebagai bagian pembelajaran sastra tidak memerlukan perhatian serius seperti halnya matematika atau ilmu pengetahuan alam. Selain itu, banyak guru yang melakukan kesalahan dalam memotivasi peserta didik. Dalam hal ini guru secara tidak langsung menyampaikan pengertian pada peserta didik bahwa sastra (baca: karya sastra, termasuk cerita rekaan) hanya untuk pengisi waktu luang atau untuk selingan belaka. Faktor lain penyebab rendahnya kemampuan menyimpulkan cerita anak di sekolah dasar adalah kurang tepatnya metode yang digunakan oleh

6 guru dalam mengajarkan karya sastra. Hal ini disebabkan kekurangpahaman guru mengenai hakikat tujuan pengajaran sastra. Hakikat tujuan pengajaran sastra adalah apresiasi. Apresiasi berarti menikmati karya sastra secara langsung. Dalam kegiatan apresiasi peserta didik diajak memasuki dunia rekaan pengarang sehingga peserta didik mendapatkan pengalamanpengalaman baru. Kebanyakan para guru masih mengajarkan teori dan sejarah sastra. Oleh karenanya, hakikat apresiasi yang sebenarnya belum dilakukan. Kondisi pengajaran sastra, khususnya cerita anak, perlu segera diatasi. Pengajaran cerita anak sebagai bagian pengajaran apresiasi sastra hendaknya benar-benar diarahkan pada kegiatan mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, pengajaran cerita anak berisi tentang berbagai keterampilan dan pemahaman yang tidak hanya membutuhkan kemampuan kognitif, tetapi juga pemahaman mengenai bagaimana peserta didik menentukan sikap dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik, bijaksana, dan bermanfaat. Sehubungan dengan permasalahan di atas, penelitian tindakan kelas dipilih sebagai usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran cerita anak. Adapun tindakan yang dilakukan adalah menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams-Achievement Divisions). STAD dimanfaatkan sebagai usaha meningkatkan kemampuan pembelajaran cerita anak pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten.

7 Sebagai salah satu pembelajaran kooperatif, STAD memiliki lima unsur penting. Kelima unsur tersebut (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2008: 31). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi bahwa keberhasilan individual dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif dilakukan dalam bentuk aktivitas kelompok. Dalam wujud pembelajaran kelompok itu peserta didik tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada peserta didik lain. Dalam hal ini ditanamkan norma bahwa sifat mendominasi orang lain adalah sama buruknya dengan sifat menggantungkan diri pada orang lain. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif dengan kelima unsur dasarnya dipandang sesuai dengan hakikat dan tujuan pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran cerita anak. Pertimbangan itu pula yang dipakai sebagai dasar pemilihan metode STAD dalam penelitian tindakan kelas sebagai usaha meningkatkan kemampuan pembelajaran cerita anak pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tiga permasalahan berikut akan dibahas dalam penelitian ini.

8 1. Bagaimana penerapan metode STAD dalam pembelajaran cerita anak di kelas V SD Negeri 1, Bener, Wonosari, Klaten? 2. Apakah penerapan metode STAD mampu meningkatkan motivasi dalam pembelajaran cerita anak pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten? 3. Apakah penerapan metode STAD mampu meningkatkan kemampuan peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten dalam menyimpulkan isi cerita anak? C. Tujuan Penelitian Mengacu tiga rumusan masalah di atas, ada tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu 1. mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan metode STAD dalam pembelajaran cerita anak di kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten, 2. memaparkan peningkatan motivasi dalam pembelajaran cerita anak melalui penerapan metode STAD pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten, 3. memaparkan peningkatan kemampuan pembelajaran cerita anak melalui penerapan metode STAD pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bener, Wonosari, Klaten.

9 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian disajikan dalam uraian di bawah ini. 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan tambahan pengetahuan secara teoritis kepada pembaca dan guru dalam meningkatkan pengajaran apresiasi sastra, khususnya menyimpulkan isi cerita anak. b. Memberikan dorongan kepada guru dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pendekatan pembelajaran alternatif. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan model penelitian tindakan kelas, khususnya dalam rangka peningkatan pembelajaran apresiasi sastra dengan kompetensi dasar menyimpulkan isi cerita anak. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk meningkatkan kemampuan apresiasi cerita anak dengan metode STAD. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peserta didik, guru, dan sekolah. a. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran menyimpulkan isi cerita anak. b. Bagi guru, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi peserta didik, meningkatkan keterampilan guru dalam memilih pendekatan dan metode pengajaran yang bervariasi, dan

10 meningkatkan semangat serta motivasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. c. Bagi sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka peningkatan proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Kegiatan penelitian yang bersifat kolaboratif juga akan menciptakan iklim kolaborasi di antara guru-guru serumpun, utamanya guru-guru bahasa Indonesia. Demikian juga, kebiasaan reflektif dalam penelitian tindakan kelas akan meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan refleksi terhadap kegiatan profesionalnya.