JURNAL TEKNIK POMITS 1

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Berapa Total Produksi Sampah di ITS..??

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF. Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *)

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Studi Pemanfaatan Potensi Biomass Dari Sampah Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif (Briket) Dalam Mendukung Program Eco-Campus Di ITS Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Dan Karakterisasi Briket Bioarang Dengan Variasi Komposisi Kulit Kopi

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI

(Maryati Doloksaribu)

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

Ratna Srisatya Anggraini ( )

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH CANGKANG KAKAO. The Making of Biobriquette from Cocoa Shell Waste ABSTRAK

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT HASIL HIDROLISIS DARI KULIT SINGKONG MENJADI BIOBRIKET

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

ECO-BRIQUETTE DARI KOMPOSIT KULIT KOPI, LUMPUR IPAL PT SIER, DAN SAMPAH PLASTIK LDPE

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

LAPORAN PENELITIAN BRIKET ARANG KULIT KACANG TANAH DENGAN PROSES KARBONISASI. Oleh : REZY PUTRI RAGILIA ( )

BAB III METODE PENELITIAN A.

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT TEPUNG PADA BIOBRIKET LIMBAH BAGLOG JAMUR

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

BAB III. METODE PENELITIAN

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persediaan minyak bumi di dunia mulai berkurang, sehingga perlu dicari

The effect of starch adhesive variation to the calory value of corncob briquettes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Oleh Emilia Usman

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT BONGGOL JAGUNG, LUMPUR IPAL PT. SIER, DAN SAMPAH PLASTIK LDPE

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH KEBUN ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK BRIKET ORGANIK DENGAN BAHAN BAKU DARI PPLH SELOLIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KADAR AIR HILANG DAN VOLATILE MATTER PADA BIO-BRIKET DARI CAMPURAN ARANG SEKAM PADI DAN BATOK KELAPA

ECO-BRIQUETTE DARI KOMPOSIT KULIT KOPI, LUMPUR IPAL PT SIER, DAN SAMPAH PLASTIK LDPE ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE OF COFFEE HUSK,

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

HASIL DAN PEMBAHASAN

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif

ANALISA PROKSIMAT DAN NILAI KALOR PADA BRIKET BIOARANG LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU ABSTRAK ABSTRACT

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN GETAH RUMBIA SEBAGAI PEREKAT PADA PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA

Yenni Ruslinda, Fitratul Husna, Arum Nabila

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS 1 Kajian Eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi Instan Dan Kulit Kopi (Studi Kasus Di Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia) Wahyu Kusuma A, Sarwono dan Ronny Dwi Noriyati Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: sarwono@ep.its.ac.id Abstrak Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik. Dalam tugas akhir ini telah dilakukan penelitian tentang briket ampas kopi instan dan kulit kopi untuk mengetahui komposisi dan karakteristik briket agar menghasilkan heating value yang tinggi dan pengaruh variasi komposisi terhadap karakteristik pembakaran briket. Parameter uji yang digunakan meliputi uji proximate dan uji eksperimental. Variasi komposisi yang digunakan ampas kopi instan dan kulit kopi dengan perbandingan A1K1, A2K3, A3K2, A1K4 dan A4K1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh variasi komposisi adalah setiap penambahan ampas kopi instan menyebabkan peningkatan kadar air sehingga menurunkan nilai kalor briket. Sedangkan penambahan kulit kopi menyebabkan semakin banyak kandungan kadar abu. Komposisi briket A3K2 dengan kadar volatile matter rendah 82,17% mempunyai lama pembakaran paling lama 72 menit. Hubungan antara waktu nyala dan kadar volatile matter adalah semakin rendah kadar volatile matter maka semakin lama waktu nyala briket. Optimalisasi briket dari penelitian ini adalah briket A1K4 karena memiliki nilai kalor tertinggi sebesar 4713 kal/gram dengan kadar air terendah sebesar 10.76% dan kandungan fixed carbon tertinggi sebesar 6,89%. K Kata Kunci ampas kopi instan, briket organik, kulit kopi, heating value I. PENDAHULUAN ETERGANTUNGAN terhadap bahan bakar minyak mengantarkan Indonesia pada krisis energi yang cukup serius. Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan atas energi fosil adalah dengan cara mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan. Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui yang cukup potensial adalah limbah hasil perkebunan yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur merupakan lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional[1]. Potensi biomassa dari perkebunan ini adalah kulit kopi, cangkang kakao dan limbah ampas kopi instan. Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra produksi kopi di wilayah Jawa Timur. Menurut Direktorat Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan- Kementerian Pertanian (2010), dalam 1 ha areal pertanaman kopi akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton. Sehingga untuk luas lahan perkebunan kopi rakyat Kabupaten Jember tahun 2009-2011 seluas 5.608 ha akan menghasilkan limbah sekitar 1.080 ton setiap tahunnya. Selama ini dari pabrik pengolahan kopi Puslit Koka menghasilkan limbah kulit kopi dan limbah ampas kopi instan yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, pakan ternak dan biogas. Mengingat bahwa kulit kopi memiliki nilai kalor yang tinggi, kadar air yang rendah, serta kandungan sulfur yang cukup rendah[2], [3] maka diharapkan nantinya akan dihasilkan suatu alternatif energi yang potensial dan ramah lingkungan dari penggabungan kulit kopi dan limbah ampas kopi instan. Pemanfaatan limbah ampas kopi instan dalam penelitian kali ini dikarenakan mengandung minyak dengan 11-20% berat, sehingga mampu menambah nilai kalor. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti pembuatan briket dari kulit kopi dan ampas kopi instan untuk mendukung kebutuhan akan energi jangka panjang yang dapat diandalkan dan dikembangkan. Dalam proses pembuatan briket nantinya juga menentukan variasi komposisi yang tepat terhadap kualitas fisik dan kimia dari briket sehingga menghasilkan briket yang baik dengan nilai heating value yang tinggi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembakaran Bahan Bakar Padat Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari 3 tahap yaitu pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang[4], antara lain : 1. Pengeringan (drying) 2. Devolatilisasi (devolatilization) 3. Pembakaran arang (char combustion) Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat antara lain[5] : 1. Ukuran Partikel 2. Kecepatan Aliran Udara 3. Temperatur Pembakaran 4. Jenis Bahan Bakar

JURNAL TEKNIK POMITS 2 B. Karakteristik Briket Bahan bakar padat memiliki spesifikasi dasar antara lain sebagai berikut : 1. Nilai Kalor (Heating Value) Nilai kalor terdiri dari HHV (high heating value) dan LHV (low heating value). Nilai kalor bahan bakar adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran[5]. Perhitungan nilai kalor menggunakan standar metode ASTM-2015 dengan rumus[7]: (1) (2) T 1 = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan ( o C) T 2 = Suhu air pendingin sesudah dinyalakan ( o C) T kp = Kenaikan suhu kawat penyala = 0,05 ( o C) c v = Panas jenis alat = 73.529,6 (kj/kg o C). 2. Kadar Air (Moisture) Kadar air ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam bahan bakar padat dengan berat kering bahan bakar padat tersebut. Prosedur perhitungan kadar air briket arang menggunakan standar ASTM D-3173 dengan rumus[7] : W 0 =berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr) W =berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr) W S0 =berat sampel awal (gr). 3. Kadar Abu (Ash) Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar padat dipanaskan hingga berat konstan. Semakin tinggi kadar abu maka akan semakin sulit terbakar[8]. Prosedur perhitungan kadar abu menggunakan standar ASTM D-3174 dengan rumus[7] : W 0 =berat sampel dan cawan sebelum pengabuan (gr) W =berat cawan + berat abu (gr) W dso =berat sampel sebelum pengabuan (gr). 4. Volatile matter Semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat. Besarnya zat mudah menguap dihitung menggunakan standar ASTM D-3175 dengan rumus berikut[7] : (5) W 0 =berat sampel dan cawan awal (gr) W =berat cawan + berat abu setelah pemanasan (gr) W dso =berat sampel awal (gr). 5. Fixed Carbon (FC) Kadar karbon terikat mempengaruhi nilai kalor, semakin tinggi kadar karbon terikat akan semakin tinggi pula nilai kalornya. Prosedur perhitungan kadar (3) (4) karbon terikat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM D-3172 dengan rumus[7] : III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka penelitian diperlukan agar pelaksanaan penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Dibawah ini Gambar 1. merupakan flowchart prosedur penelitian. Tidak Mulai Studi Literatur : sifat fisis dan kimia kulit kopi dan ampas kopi instan, pembakaran bahan bakar padat, karakteristik briket Uji Proximate Nilai Kalor 4000 kal/gr Ya Analisa Data dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Persiapan Penelitian Pengeringan Limbah Ampas Kopi Penggilingan dan Pengayakan Variasi Komposisi Uji Eksperimental Gambar 1. Flowchart Prosedur Penelitian A. Prosedur Pembuatan Briket Bahan baku yang digunakan adalah ampas kopi instan dan kulit kopi dengan perbandingan prosentase 1:1 (A1K1); 2:3 (A2K3); 3:2 (A3K2); 1:4 (A1K4); 4:1 (A4K1). Langkahlangkah pembuatan briket adalah sebagai berikut : 1. Pengeringan Pengeringan ampas kopi instan menggunakan oven dengan suhu 104 o C selama 3 jam. 2. Penggilingan dan Pengayakan Penggilingan dilakukan agar kulit kopi lebih kecil ukurannya sehingga memudahkan dalam proses pengayakan nantinya. Proses pengayakan dengan menggunakan ukuran partikel 100 mesh. 3. Pencampuran bahan baku dengan perekat Prosentase tepung tapioka (amilum) dengan air adalah 22gr : 78ml. (6)

JURNAL TEKNIK POMITS 3 4. Pencetakan Bahan briket yang sudah dicampur dimasukkan ke dalam alat pencetak briket dengan tekanan yang digunakan 100 kg/cm 2. 5. Pengeringan Briket dikeringkan dengan oven pada suhu 60 selama ± 24 jam. Bentuk briket yang digunakan adalah silinder berongga. Briket ini mempunyai dimensi tinggi 1.5 cm dan diameternya 4 cm. B. Pengujian Mutu Briket Gambar 2. Bentuk Briket Briket yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan pengujian proximate yaitu nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar volatile matter dan kadar terikat (fixed karbon). Metode analisis yang digunakan untuk uji mutu karakteristik briket adalah : 1. Nilai kalor Prosedur pengukuran nilai kalor (HHV)[7] : - Timbang sampel sebanyak 0.15 gram dan letakkan dalam cawan platina dan ditempatkan pada ujung tangkai penyala yang sudah dipasang kawat penyala. - Masukkan ke dalam tabung bom dan ditutup dengan erat. - Oksigen diisikan ke dalam tabung dengan tekanan 30 bar dan dimasukkan ke dalam tabung kalorimeter yang sudah diisikan air pendingin sebanyak 1250 ml. - Kalorimeter ditutup dan termometer dipasang pada tutup kalorimeter. - Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 menit dan dicatat temperatur yang tertera pada termometer. - Penyalaan dilakukan dan diaduk terus air pendingin selama 5 menit, kemudian dicatat kenaikan suhu pada termometer. 2. Kadar Air (Moisture) Adapun langkah-langkahnya adalah[7]: - Cawan porselin yang telah bersih diovenkan pada suhu 105 0 C selama 1 jam. - Dinginkan dalam desikator beberapa saat, kemudian ditimbang. - Tempatkan sampel dalam cawan, sebelumnya timbang masing-masing massa cawan dan sampel. - Keringkan sampel dengan menggunakan oven dengan suhu 105 o C selama kurang lebih 3 jam. - Dinginkan dalam desikator selama ½ jam kemudian ditimbang. - Lakukan penimbangan dan pengeringan secara berulang-ulang sehingga mencapai berat konstan. 3. Volatile Matter Adapun prosedur pengukuran volatile matter adalah[7]: - Cawan porselin ditimbang terlebih dahulu massanya. - Ke dalam cawan porselin diisi dengan sampel dari perhitungan kadar air sebelumnya, lalu ditimbang. - Pemanasan pada furnace dengan suhu 900 0 C selama 7 menit. - Dinginkan dalam desikator selama ½ jam kemudian ditimbang. 4. Kadar Abu (Ash) Cara pengujian kadar abu adalah[7]: - Cawan porselin ditimbang terlebih dahulu massanya. - Letakkan 2 gram sampel ke dalam cawan porselin. - Masukkan ke dalam furnace selama 4 jam sampai suhu 580 600 0 C sehingga semua karbon hilang. - Didinginkan cawan beserta isinya ke dalam desikator kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat abu. 5. Fixed Carbon Fixed carbon dihitung dari 100 % dikurangi dengan kadar air dikurangi kadar abu, dikurangi volatile matter[7]. Pengujian eksperimental briket meliputi lama pembakaran dan laju pengurangan massa. 1. Laju pengurangan massa Adapun metodologinya adalah sebagai berikut : - Tempatkan briket dalam cawan, sebelumnya timbang masing-masing massa cawan dan briket. - Kemudian cawan yang berisi briket dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 550-600 o C sampai briket menjadi bara. - Lakukan penimbangan massa setiap 60 detik. - Hal ini dilakukan terus sampai pembakaran selesai (berat konstan). Dalam hal ini, dapat diketahui lamanya pembakaran tiap variasi komposisi briket. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Bahan Baku Analisis bahan baku ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ampas kopi instan dan kulit kopi yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan briket. No. Tabel 1. Karakteristik Bahan Baku Briket Ampas Kulit Karakteristik Kopi Kopi Instan Tepung Kanji 1. Kadar Air (%) 37.59 7.46 9.37 2. Kadar Abu (%) 1.60 0.60 0.11 3. Volatile Matter (%) 58.58 87.27 84.4 4. Fixed Carbon (%) 2.22 4.67 6.12 5. Nilai Kalor (cal/gr) 4.504 4.427 370

JURNAL TEKNIK POMITS 4 B. Analisis Briket Uji proximate dilakukan untuk mengetahui nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar volatile matter dan fixed carbon. Kadar Air Kadar Air Gambar 3. Hubungan Kadar Air dengan Variasi Komposisi Dari grafik diatas, nilai kadar air terendah pada briket A1K4 sebesar 10,76 % dan tertinggi briket A1K1 sebesar 11,85 %. Pengaruh variasi komposisi bahan adalah setiap penambahan komposisi ampas kopi instan maka akan terjadi kenaikan pada kadar airnya. Tingginya kadar air akan menyebabkan lamanya penyalaan awal briket, karena waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan lebih lama. Semakin tinggi kadar air akan menurunkan nilai kalor. Volatile Matter Volatile Matter Gambar 4. Hubungan Volatile Matter dengan Variasi Komposisi Berdasarkan grafik, nilai volatile matter terendah pada briket A1K1sebesar 80,77% dan tertinggi pada briket A4K1sebesar 83,04%. Semakin banyak kandungan volatile matter maka biobriket semakin mudah untuk terbakar dan menyala. Volatile matter dalam bahan bakar berfungsi untuk menstabilkan nyala dan percepatan pembakaran. Tinggi rendahnya volatile matter yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku. Kadar Abu Kadar Abu 11.60% 11.10% 10.60% 83.20% 82.70% 82.20% 81.70% 81.20% 80.70% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% 11.85% 11.53% 11.34% 10.99% 10.76% 80.77% 81.13% 82.17% 81.12% 83.04% 0.93% 1.27% 0.10% 1.23% 0.30% Nilai kadar abu terendah pada briket A3K2 sebesar 0,10% dan tertinggi pada briket A2K3 sebesar 1,27%. Pengaruh variasi komposisi bahan adalah setiap penambahan komposisi kulit kopi maka akan terjadi kenaikan pada kadar abunya. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket. Fixed Carbon Fixed Carbon Gambar 6. Hubungan Fixed Carbon dengan Variasi Komposisi Fixed carbon terendah pada briket A4K1 sebesar 5,67% dan tertinggi pada briket A1K4 sebesar 6,89%. Fixed carbon dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan zat menguap, kadarnya akan bernilai tinggi apabila kadar abu dan zat menguap rendah. Proses pembuatan briket pada penelitian kali ini adalah tanpa karbonasi, sehingga kandungan fixed carbonnya sangat rendah. Fixed carbon merupakan penghasil utama panas pada proses pembakaran. Nilai Kalor Nilai Kalor (kal/gr) 6.50% 6.00% 5.50% 4800 4600 4400 4200 6.89% 6.45% 6.39% 6.08% 5.67% 4566 4530 4578 4713 4425 Gambar 7. Hubungan Nilai Kalor dengan Variasi Komposisi Nilai kalor terendah pada briket A4K1 sebesar 4.425 kal/gram dan tertinggi pada briket A1K4 sebesar 4713 kal/gram. Hubungan variasi komposisi yaitu setiap penambahan komposisi kulit kopi maka nilai kalor akan meningkat. Namun setiap penambahan komposisi ampas kopi instan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini dikarenakan nilai kalor tergantung pada kadar air briket. Semakin tinggi kadar airnya maka semakin rendah nilai kalor briket yang dihasilkan. Nilai kalor juga tergantung pada kadar abu briket. Semakin rendah kadar abunya maka semakin rendah tinggi kalor dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada variasi briket A3K2 dengan nilai kadar abu terendah 0,10%, nilai kalor yang cukup besar 4.578 kal/gram dengan kadar air terendah 10.76%. Gambar 5. Hubungan Kadar Abu dengan Variasi Komposisi

JURNAL TEKNIK POMITS 5 Tabel 5. Perbandingan Nilai Kalor Biobriket Hasil Penelitian dengan Beberapa Standar Nilai Kalor tentang Briket Jika dibandingkan dengan standar tersebut, nilai kalor untuk briket organik ini memenuhi standar Permen ESDM No.47 2006 dan standar briket arang buatan Amerika. Namun dengan teknik pembuatan briket karbonisasi maka nilai kalor dari komposisi briket ampas kopi instan dan kulit kopi ini dapat ditingkatkan lagi. Pada pengujian ultimate ini hanya diambil satu sampel briket dengan variasi komposisi A1K1. Briket Tabel 4. Hasil Uji Ultimate Briket Kandungan emisi C yang cukup besar yaitu 54,50% sangat dipengaruhi oleh kandungan karbon dalam bahan dasar penyusun briket. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kopi Kakao (2004), menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3%. Semakin tinggi kandungan kulit kopi dalam komposisi briket maka kandungan karbonnya semakin tinggi. Semakin besar kandungan karbon dalam suatu bahan, makin baik fungsi bahan tersebut sebagai bahan bakar karena akan menghasilkan energi yang lebih besar dan semakin lama nyala briket. Laju Pengurangan Massa C N H O P S (%) (%) (%) (%) (%) (%) A1K1 54,5 6,26 6,54 26,46 0,43 0,1 Dari grafik tersebut terlihat bahwa briket A1K1 mempunyai massa sisa 0.229 gram pada menit ke-65, briket A2K3 mempunyai massa sisa 0.235 gram pada menit ke-62, briket A3K2 mempunyai massa sisa 0.211 gram pada menit ke-72, briket A1K4 mempunyai massa sisa 0.205 gram pada menit ke-59, dan briket A4K1 mempunyai massa sisa 0.3 gram pada menit ke-51. Briket pada waktu pembakaran nol menit mempunyai massa rata-rata sebesar 10,462 gram. Pengurangan massa per-60 detik mencapai 0,065 gram. Pada grafik, penurunan nilai massanya relatif konstan. Hal ini dikarenakan pada saat penyalaan awal pembakaran briket, api membakar hampir seluruh permukaan briket hingga merata menjadi bara yang menyala stabil diseluruh permukaan briket. Pengurangan massa terjadi ketika briket sudah mulai menjadi bara. Laju pengurangan massa briket paling besar rata-rata terjadi pada menit-menit awal akibat dari lonjakan temperatur briket. Semakin tinggi prosentase kulit kopi dalam komposisi briket maka semakin banyak sisa pembakarannya atau abu yang terbentuk dan sebaliknya semakin tinggi prosentase ampas kopi instan maka akan semakin sedikit abu yang terbentuk. Semakin banyak massa yang terbakar maka briket tersebut akan meninggalkan sedikit abu. Lama Pembakaran Lama Pembakaran (menit) 80 60 40 20 0 65 62 Gambar 9. Hubungan Lama Pembakaran dengan Variasi Komposisi Briket yang kadar airnya dan kadar karbon terikat cukup tinggi menghasilkan nyala api besar dan yang paling lama. Jika kadar volatile matternya tinggi maka akan mudah terbakar dan kecepatan pembakaran lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada briket A3K2 dengan kadar volatile matter rendah 82,17 % mempunyai lama pembakaran 72 menit dan briket A4K1 dengan volatile matter tertinggi 83,04% mempunyai lama pembakaran 51 menit. Hubungan antara lama pembakaran dan kadar volatile matter adalah berbanding lurus. Semakin tinggi kadar volatile matter briket maka semakin cepat waktu nyala briketnya dan sebaliknya. 72 59 51 Tabel 5. Perbandingan Hasil Proximate Briket Organik dengan Penelitian Sebelumnya Gambar 8. Grafik Perbandingan Laju Pengurangan Massa Tiap

JURNAL TEKNIK POMITS 6 *) Putri Eka Rizky, 2009 **) Nurlela, 2011 ***) Haris Purnawan, 2011 ****) Kharis Akbar, 2012 *****) Enik Sri Widarti, 2010 Proses Pengujian Briket untuk Pemanasan 1 liter air Lima buah briket dapat mendidihkan satu liter air selama 7-18 menit. Rata-rata menyala briket lima buah sampai menjadi abu adalah 131 menit, sedangkan satu buah briket dapat menyala rata-rata selama 45 menit. Analisis Biaya Analisis biaya bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan briket dan hubungannya dengan energi yang dihasilkan. 1. Biaya Peralatan (alat press hidrolik) Rp.15.000.000 2. a. Biaya Bahan Baku - Ampas Kopi Instan/kg Rp. 200 - Kulit Kopi /kg Rp. 400 - Tepung Kanji /kg Rp. 5.000 - Bahan Bakar /liter Rp. 8.000 Total Rp. 13.600 b. Biaya Tenaga Kerja (jam kerja 08.00-16.00) Upah tenaga kerja per hari Rp. 15.000 Waktu pembuatan produk adalah 3 menit Dari data tersebut dapat diketahui biaya produksi untuk 1 kali produksi dengan kapasitas mesin produksi 16 unit/3 menit dengan berat ± 0.011 kg maka dalam satu kali proses akan menghasilkan 0.176 kg biobriket sehingga bahan baku yang diperlukan adalah sebagai berikut : - Ampas Kopi Instan 50/100 x 23 kg = 11,5 kg - Kulit Kopi 50/100 x 23 kg = 11,5 kg - Biaya ampas kopi instan 11,5 kg x 200 = Rp. 2.300 - Biaya kulit kopi 11,5 kg x 400 = Rp. 4.600 - Tepung kanji 5 kg x 5000 =Rp. 25.000 - Total bahan baku per hari = Rp. 31.900 - Total biaya produksi per hari = Rp. 15.000 + Rp. 31.900 = Rp. 46.900 Maka untuk 1 kali produksi bisa menghasilkan 2560 unit atau setara dengan 28 kg bahan dengan berat 1 unit produk kering± 0.011 kg. Harga Pokok Produksi Per Unit Harga Pokok Produksi Dalam proses pembuatan biobriket menghabiskan biaya total sebesar Rp. 15.046.900 dengan biaya satu kali produksi Rp. 46.900/hari ini akan menghasilkan produk 2.560 unit/hari atau setara dengan 28 kg briket dengan menggunakan 1 unit peralatan press dengan kapasitas 16 unit per 3 menit seharga Rp. 15.000.000,00 dengan sistem kerja semi manual. Dengan harga pokok produksi Rp. 18 per unit yaitu setara dengan harga pokok produksi Rp. 1.700. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan penelitian tugas akhir ini didapatkan optimalisasi briket dari penelitian ini adalah briket A1K4 karena memiliki nilai kalor tertinggi sebesar 4713 kal/gram dengan kadar air terendah sebesar 10.76% dan kandungan fixed carbon tertinggi sebesar 6,89%. Penambahan ampas kopi instan menyebabkan peningkatan kadar air sehingga menurunkan nilai kalor briket. Sedangkan setiap penambahan kulit kopi menyebabkan semakin banyak massa sisa pembakaran atau abu yang terbentuk. Komposisi briket A3K2 dengan kadar volatile matter rendah 82,17% mempunyai lama pembakaran paling lama 72 menit. Hubungan antara waktu nyala dan kadar volatile matter adalah semakin rendah kadar volatile matter maka semakin lama waktu nyala briket. Hasil dari uji eksperimental yaitu laju pengurangan massa per-60 detik rata-rata mencapai 0,065 gram. Untuk selanjutnya, dari penelitian ini bisa dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji eksperimental laju pembakaran dan perubahan temperatur briket. Pembuatan briket dengan variasi tekanan, ukuran partikel, bentuk briket dan bahan baku briket yang lain agar nantinya dapat digunakan sebagai pembanding. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menggunakan simulasi software CFD. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ridho Hantoro, ST, MT yang bersedia membantu proses perizinan hingga penulis dapat melakukan studi kasus mengenai tugas akhir ini dan memberikan informasi mengenai Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia serta Dr. Ir. Sri Mulato, MS selaku Ketua Peneliti Puslit Koka Indonesia dan Ibu Eka Cahya P.A serta staf-staf Puslit Koka Indonesia. DAFTAR PUSTAKA [1] Mulato, S., Widyotomo, S., dan Suharyanto, E., 2010. Teknologi Proses dan Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Edisi 04 : Jember. [2] Antolin, G., Velasco, Irusta, dan R. Segovia, J.J., 1991. Combustion of Coffee Lignocellulose Waste. Proceedings of First International Conference Vilamoura. Portugal. [3] Saenger, M., Werther, J., Hartge, E.U., Ogada, T., dan Siagi, Z., 2001. Combustion of Coffee Husks. Renewable Energy. Vol.23, pp 103 121. [4] García, R., Consuelo, P., Antonio, G., Lavín, dan Julio L. B., 2012. Characterization of Spanish Biomass Wastes for Energy Use. Bioresource Technology. Vol 103, pp. 249-258. [5] Sinurat, Erikson. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete dan Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif. Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makasar. [6] Sri Widarti, Enik. 2010. Studi Eksperimental Karakteristik Briket Organik Dengan Bahan Baku Dari PPLH Seloliman. Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika FTI ITS. Surabaya. [7] Annual Book of ASTM Standards. 1989. Standards Method of Proximate Analysis of Coal and Coke, in Gaseous Fuels. Coal and Coke Section 5. Vol. 05.05, p. 299-305. [8] Rizki, Putri Eka dan Sudarsono. 2009. Eco-Briquette Dari Komposit Kulit Kopi, Lumpur IPAL PT. SIER, dan Sampah Plastik LDPE. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.