BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP DASAR. merupakan penyebab abdomen akut (Mansjoer Arif, 2000). Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Smeltzer, 2001). Apendisitis

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

BAB II TINJAUAN TEORI

K35-K38 Diseases of Appendix

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu

STUDI KASUS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDIKSITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D. DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II KONSEP DASAR. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I KONSEP DASAR. saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan

BAB II KONSEP DASAR. Appendiksitis adalah peradangan dari appendik vermiformis, dan semua

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

A. LATAR BELAKANG MASALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

SAKIT PERUT PADA ANAK

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis) (Smeltzer, 2002). Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 1999). Apendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi, dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopis. Namun adanya perlengketan multipel, posisi retroperitoneal dari apendkis, atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan (tradisional) (Doenges,2000). Apendisitis penyebab paling umum inflamasi yang paling akut pada kuadraan bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7% 6

dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dari pada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 sampai 30 tahun. Apendisitis merupakan inflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak di bagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari apendiks adalah peradangan dimulai oleh obstruksi dari fekalit ( suatu sumbatan masalah seperti batu yang berbentuk dari feses), yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman 1989). Komplikasi utama berhubungan dengan apendisitis adalah peritonitis, yang dapat terjadi bila apendiks ruptur. Apendektomi (pembuangan apendiks) adalah satu-satunya tindakan (Smeltzer, 2002). B. Antomi dan fisiologi saluran pencernaan 1. Anatomi a. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar,bagian-bagian usus halus : 7

1. Deodenum Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti sepatu kuda melengkung pada lingkungan ini terdapat pancreas. 2. Jejenum dan ileum Mempunyai panjang sekitar 6 cm, dua perlima atas adalah (jejenum) dengan panjang 2-3 cm dan ileum dengan panjang 4-5 cm. Lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan pertonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. b. Usus besar 1. Seikum Dibawah seikum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut umbel cacing panjangnya 6 cm. 2. Kolon asenden Panajngnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. 3. Apendiks (usus halus) Bagian dari usus besar muncul seperti corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. 8

4. Kolon transfersum Panajangnya 38 cm membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden berada dibawah abdomen sebelah kanan terdapat flektura hepatica dan sebelah kiri terdapat flektura lienalis. 5. Kolon desendens Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri, membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid. 6. Kolon sigmoid Merupakan lanjutan dari desenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuknya menyerupai huruf S ujung bawahnya berhubungan dengan rectum. 7. Rektum Tertetak di bwah kolon sigmoid yang menghubungkan instestinum manyor dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. 8. Anus Bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udura luar) terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh 3 spinter yaitu : spinter Ani Interus bekerja tidak menurut kehendak, 9

spinter levatop dan bekerja juga tidak menurut kehendak, ani eksternals bekerja menurut kehendak. Gambar 1 : sekum Sumber : www.gambaranatomi.com 2. Fisiologi Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imonoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh 10

karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh. C. Etiologi Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadi penyakit ini. Diantaranya obstruksi yg terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia, jaringan limofid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yg paling sering menyebabkan obtruksi lumen apendiks adalah vekali dan hiperplasia jaringan Limofid. (Irga, 2007) D. Patofisiologi Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid,fekalit,benda asing,striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut maktin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. 11

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabakan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dingin peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga meninmbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supraktif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh tu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tau perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah. (Price, 2005) E. Manifestasi Klinik Apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks yang terinflamasi (Doenges, 2000). Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari: Mual, muntah dan nyeri yang hebat di 12

perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau disekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setalah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 0 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagaian perut. Pada orang tua dan dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah,nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok (SjamsulHidajat, 2005). F. Penatalaksanan Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. G. Komplikasi Komplikasi utama apendisitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi : perforasi, peritonitis, abses. Perforasi secara 13

umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu 37,5 0 C-38,5 0 C atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi ileus, demam, malaise, dan leokositosis (Smeltzer, 2002). H. Pengkajian Fokus Menurut doenges, 2000 pengkajian fokus dari pasien apendiktomi adalah sebagai berikut : 1. Aktifitas/istirahat : malaise 2. Sirkulasi : takikardi 3. Eliminasi : konstipasi, diare (kadang-kadang), distensi abdomen, nyeri tekan\lepas, penurunan/tidak ada bising usus. 4. Makanan/cairan : anoreksia, mual muntah 5. Nyeri/keamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisir pada titik mc burney. 6. Keamanan : demam 7. Pernafasan : takipneu, pernafasan dangkal 14

8. Pemeriksaan penunjang Alat diagnostik paling menentukan untuk enteritis regional adalah pemeriksaan barium dari saluran gastrointestinal atas yang menunjukkan tanda garis klasik pada sinar-x dari ileum terminalis menunjukkan konstriksi segmen usus. Enema barium juga dapat menunjukkan adanya ulserasi dan coblestone serta adanya firusai dan fistula. Pemindaian CT dapat menunjukkan adanya penebalan dinding usus dan fistula saluran. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi biasanya dilakukan di awal, untuk menentukan apakah area rektosigmoid terinflamasi. Pemeriksaan feses juga dan mungkin positif untuk darah samar dan steatorea (kelebihan lemak dalam feses). Hitung darah lengkap dilakukan untuk mengkaji hematorit dan kader hemoglobin (yang biasanya menurun) sertab hitung sel darah putih (yang mungkit meningkat) laju sedimentasi biasanya akan meningkat. Kadar albumin dan protein mungkin menurun, menunujkan mal nutrisi (Smeltzer, 2002) 15

I. Pathways keperawatan Hiperplasis folikel limfoid, benda asing, cacing, tumor, atau neoplasma Obtruksi lumen apendik Menyumbat saluran mukosa Peningkatan tekanan intraluminal Apendisitis (tebal ) Penatalaksanaan PEMBEDAHAN ( SURGIKAL ) APENDIK PEMBEDAHAN anestesi luka atau pembedahan Regional anestesi General estesi Pendarahan terbuka Jaringan terbuka Resiko infeksi SAB(Sub arahnoi blok) EPIDORAL anesresi Pusat kesadaran Reflek batuk Pusat pernafasan terganggu Tidak efektifnya pola nafas Nyeri Akumulasi saluran pernafsan Tidak efektifnya bersihan jalan nafas 16

Sumber : Syamsuhidayat, 2004 J. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah (Doenges 2000). 2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer terhadap luka Post operasi dimulai dengan tidak diterapkannya adanya tanda dan gejala yang membuat diagnosa atual (Doenges, 2000). 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan skunder terdapat efek anestesi ditandai dengan peningkatan ekspansi paru (Ulric, 1990). 4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret disaluran pernafasan ditandai dengan reflek batuk menurun, pusat kesaadaran menurun (Doenges, 2000). K. Fokus Intervensi dan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan ususoleh inflamasi, adanya insisi bedah Tujuan : Nyeri dapat berkurang 17

KH : Nyeri hilang, skala 3, pasien tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat intervensi : a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10) : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karateristik nyeri menunjukan terjadinya abses/peritonitis. b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler : Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. c. Berikan aktivitas hiburan : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping d. Kolaborasi pemberian analgetik : Menghilangkan dan mengurangi nyeri 2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan primer. Tujuan : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi KH : Tidak ditemukan tanda-tanda dan gejala infeksi Intervensi : a. Monitor tanda-tanda infeksi 18

: Dengan adanya infeksi atau terrjadinya sepsis, abses, Peritonitis b. Obserfasi tanda dan gejala infeksi : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi c. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptik : Menurunkan resiko penyebaran bakteri d. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik :Mungkin diberikan secara profilatik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menunjukkan penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen e. Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan : Dapat diperlukan untuk mengalirkan pus terlokisir 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan Skunder terdapat efek anestesi ditandai dengan peningkatan ekspansi paru Tujuan : Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif KH : Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal. Intervensi: a. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pola nafas : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan 19

batelektasis b. Atur posisi klien semi fowler : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi c. Lakukan pengisapan lendir paru dan menurunkan upaya pernafasan : mencegah sekresi menyumbat jalan nafas d. Kolaborasi untuk pemberian o₂ Rasioinal : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar. 4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi saluran pernafasan Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih /Jelas KH : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Intervensi : a. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk : Batuk paling efektif pada pasien posisi duduk, tinggi atau kepala dibawah setelah perkusi dada b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas : Beberapa derajat spasma bronkus tejadi dengan 20

obstruksi Jalan nafas dan dapat dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventinus c. Kaji atau pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditimbulkan pada penerimaan atau selama strress proses inflamasi akut pernafasan dapat merambat dan frekuensi ekspirasi menunjang inspirasi. d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi 21