ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK KAMBING DI KELOMPOK PETERNAK SIMPAY TAMPOMAS KECAMATAN CIMALAKA SUMEDANG

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG PROPINSI JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

Siswoyo, H. 1#, D. J. Setyono 2# & A. M. Fuah 3#

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DI KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : BTARA PRAMU AJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK KAMBING DI KELOMPOK PETERNAK SIMPAY TAMPOMAS KECAMATAN CIMALAKA SUMEDANG (Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang) SKRIPSI ANNI NUR ATIQOH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 i

RINGKASAN Anni Nur Atiqoh. D14080274. 2012. Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Peternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, M.S Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla Eko Nugrohowati S.D., M.Si Curahan tenaga kerja merupakan jumlah waktu yang dipakai oleh seorang anggota keluarga dalam melakukan kegiatan tertentu dengan ukuran waktu jam per hari. Perhitungan curahan tenaga kerja dalam usaha ternak dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas adalah menjumlahkan semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja kelurga dan tenaga kerja dari luar selama setahun yang disetarakan dalam jam kerja pria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis curahan tenaga kerja keluarga, pendapatan peternak, dan menganalisis hubungan antara pendapatan peternak, skala usaha, dan curahan tenaga kerja. Penelitian ini didesain dengan metode studi kasus. Studi kasus ini ditujukan untuk menganalisis curahan tenaga kerja dan pendapatan peternak kambing dikelompok peternak Simpay Tampomas. Unit penelitian adalah berupa peternak kambing yang menjadi anggota aktif dikelompok peternak Simpay Tampomas yang terdapat di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata curahan tenaga kerja keluarga pada usaha ternak kambing dikelompok peternak Simpay Tampomas khusus untuk peternak dengan tujuan produksi susu adalah 720,993 HKP/tahun. Berdasarkan kegiatannya, kegiatan mencari pakan merupakan kegiatan yang membutuhkan curahan tenaga kerja yang paling besar yaitu 453,75 HKP/tahun (62,93%). Rata-rata curahan tenaga kerja untuk peternak dengan tujuan produksi daging adalah 427,179 HKP/tahun. Berdasarkan kegiatannya, kegiatan mencari pakan hijauan merupakan kegiatan yang membutuhkan curahan tenaga kerja yang paling besar yaitu 337,66 HKP/tahun. Rata-rata pendapatan bersih peternak dengan tujuan produksi susu adalah Rp 50.868.973,4/tahun dengan pendapatan terbesar berasal dari pendapatan tunai sebesar Rp 26.002.637,4 dan pendapatan non-tunai sebesar Rp 24.866.300. Rata-rata pendapatan bersih peternak dengan tujuan produksi daging adalah Rp 13.490.416,67/tahun dengan pendapatan terbesar dari pendapatan non-tunai yaitu Rp 9.265.333,33 dan pendapatan tunai yaitu Rp 4.225.083,34. Korelasi antara pendapatan dengan skala usaha berhubungan positif yang erat (p<0,01) artinya, ketika terjadi peningkatan skala usaha maka akan diikuti dengan peningkatan pendapatan. Skala usaha dengan curahan tenaga kerja berhubungan positif yang erat (p<0,01) artinya, ketika terjadi peningkatan skala usaha maka akan diikuti dengan peningkatan curahan tenaga kerja. Pendapatan dengan curahan tenaga kerja tidak berhubungan (p>0,05) artinya, berapapun pendapatan yang diperoleh peternak tidak ada hubungannya dengan curahan tenaga kerja yang dikeluarkan. Kata-kata kunci : Pendapatan, curahan tenaga kerja, skala usaha, Simpay Tampomas i

ABSTRACT Analysis of Labour Effusing and Goat Farmer Incomes in Simpay Tampomas Farmer Group Subdistrict Cimalaka Sumedang. Atiqoh, A. N, D. J. Setyono and L. Cyrilla ENSD Labour one of main production factors. The aims of this study were to analyse the labour effusing, the goat farm incomes in Simpay Tampomas group and to analyse the correlation between labour effusing, farm scale and farm incomes. Primary data was obtained through interviewed of whole farmer that active in Simpay Tampomas group is 17 farmer. Secondary data was obtained from the village goverment and related agencies. This study have descriptive analyzed, farm incomes, ratio R/C, labour effusing and correlation. The labour effusing average of farmer with orientation milk production is 720,993 male work day/year, by using the biggest effusing to look for the grass that equaled to 453,75 male work day/year, or 62,93% from whole activity. The biggest labour effusing done by husband that equaled to 617,538 male work day/year. The labour effusing average of farmer with orientation meat production is 427,179 male work day/year, by using the biggest effusing to look for the grass that equaled to 337,66 male work day/year, or 79% from whole activity. The biggest labour effusing done by husband that equaled to 337,491 male work day/year. Average incomes of farmer with orientation milk production equaled to Rp 50.868.973,4/year. Average incomes of farmer with orientation meat production aqualed to Rp 13.490.416,67/year. The result indicated that correlation between farm incomes with farm scale was significant at the 0,01 level (P<0,01), farm incomes with labour effusing was not significant (p>0,05) and the correlation between farm scale with labour effusing was significant (P<0,01). Keywords : Incomes, labour, labour effusing, farm scale, Simpay Tampomas. ii

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK KAMBING DI KELOMPOK PETERNAK SIMPAY TAMPOMAS KECAMATAN CIMALAKA SUMEDANG (Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang) ANNI NUR ATIQOH D14080274 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 iii

Judul : Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Peternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang Nama : Anni Nur Atiqoh NIM : D14080274 Pembimbing Utama, Menyetujui, Pembimbing Anggota, (Ir. Dwi Joko Setyono, M.S) (Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D., M.Si) NIP. 19601123 198903 1 001 NIP. 19630705 198803 2 001 Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc) NIP. 19591212 198603 1 004 Tanggal Ujian : 24 Juli 2012 Tanggal Lulus :... iv

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Anni Nur Atiqoh dilahirkan di Jepara pada tanggal 31 Maret 1989 dari bapak H. Achmad Thohar, S.Pd dan ibu Hj. Mu aniqoh. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yaitu Mu izzul Umam dan Iffa Qorri Aina. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di MI Matholi ul Huda Jepara dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di Madrasah Tsanawiah Raudlatul Ulum Guyangan Pati. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat kedua di Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum Guyangan Pati pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Bantuan Utusan Daerah dari Kementerian Agama Republik Indonesia dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam organisasi Community of Santri Scholars of the Ministry of Religious Affairs IPB (CSS MoRA IPB) periode 2010-2011 sebagai pengurus bagian divisi Informasi dan Komunikasi. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di UPTD BPT sapi perah dan HMT Cikole, Lembang pada tahun 2010. v

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik. Sholawat serta salam tidak lupa saya panjatkan kepada Nabi agung Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang modern seperti sekarang ini dengan adanya agama Islam. Skripsi ini disusun berdasarkan pada penelitian yang dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2011 dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Kambing Peranakan Etawah dan Kambing Jawa Randu menjadi topik penelitian dalam skripsi ini. Tingginya permintaan masyarakat terhadap daging menjadi peluang besar bagi usaha ternak kambing. Dalam rangka meningkatkan usaha peternakan rakyat, imbalan yang diterima peternak berupa pendapatan harus mendapat perhatian, karena hal inilah yang mendorong peternak untuk mau berusaha lebih baik lagi. Oleh karena itu perlu memperhatikan berapa banyak curahan tenaga kerja yang dikeluarkan dan berapa banyak pendapatan dari masing-masing peternak. Sehingga diharapkan pendapatan para peternak sesuai dengan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis curahan tenaga kerja keluarga, pendapatan peternak, dan menganalisis hubungan antara pendapatan peternak, skala usaha, dan curahan tenaga kerja dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena kendala yang dihadapi saat penelitian. Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi bisa bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Agustus 2012 Penulis vi

DAFTAR ISI RINGKASAN...... ABSTRACT......... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP...... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI........ DAFTAR TABEL...... DAFTAR GAMBAR.... Halaman PENDAHULUAN...... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan...... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Kambing...... 3 Kambing Perah... 3 Karakteristik Kambing PE... 4 Karakteristik Kambing Jawa Randu... 4 Aktivitas Peternakan Kambing.... 5 Memandikan Kambing... 5 Memotong Kuku.... 5 Mencukur Bulu.... 5 Mencegah Pertumbuhan Tanduk.... 6 Memotong Tanduk..... 6 Menghilangkan Kelenjar Bau.... 6 Kastrasi.... 6 Memberi Tanda..... 7 Membersihkan Peralatan dan Kandang... 7 Curahan Tenaga Kerja... 7 Pendapatan...... 8 MATERI DAN METODE... 10 Lokasi dan Waktu... 10 Materi......... 10 Prosedur...... 10 Rancangan Penelitian dan Analisis Data... 10 Rancangan Penelitian... 10 Analisis Data... 10 Analisis Deskriptif... 11 Analisis Curahan Tenaga Kerja.... 11 i ii iii iv v vi vii x xii vii

Analisis Pendapatan... 12 Analisis Rasio R/C... 12 Analisis Korelasi... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 14 Kondisi Geografis... 14 Penduduk dan Mata Pencaharian... 15 Pendidikan... 16 Keadaan Peternakan... 16 Karakteristik Peternak... 17 Karakteristik Usaha Ternak Kambing... 19 Kepemilikan Ternak Tujuan Produksi Susu... 19 Kepemilikan Ternak Tujuan Produksi Daging.... 20 Perubahan Ternak... 21 Penjualan Ternak... 22 Pemeliharaan Usaha Ternak Kambing... 24 Perkandangan... 24 Pakan...... 24 Penanganan Kesehatan... 26 Sistem Perkawinan... 27 Analisis Curahan Tenaga Kerja... 28 Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu... 28 Memberikan Hijauan..... 28 Memberikan Konsentrat.... 28 Memberikan Air Minum... 29 Membersihkan Kandang... 30 Membersihkan Peralatan Susu... 30 Memandikan Kambing... 31 Memerah Susu... 31 Mengawinkan Kambing... 32 Mengangkat Susu... 32 Mencari Hijauan... 33 Membersihkan Kotoran... 33 Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging... 36 Memberikan Hijauan... 36 Memberikan Air Minum... 36 Membersihkan Kandang... 37 Memandikan Kambing... 37 Mengawinkan Kambing... 38 Mencari Hijauan... 38 Membersihkan Kotoran... 39 Analisis Pendapatan Peternak... 42 Analisis Rasio R/C... 46 Analisis Korelasi... 46 KESIMPULAN DAN SARAN..... 48 Kesimpulan....... 48 viii

Saran......... 48 UCAPAN TERIMAKASIH... 49 DAFTAR PUSTAKA... 50 LAMPIRAN......... 52 ix

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Alokasi Penggunaan Lahan Desa Cibeureum Wetan Tahun 2010... 14 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cibeureum Wetan Tahun 2010... 16 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Cibeureum Wetan Tahun 2010. 16 4. Populasi Ternak Desa Cibeureum Wetan... 17 5. Karakteristik Peternak... 18 6. Komposisi Ternak Kambing Tujuan Produksi Susu... 20 7. Komposisi Ternak Kambing Tujuan Produksi Daging... 21 8. Total Perubahan Ternak Kambing Setahun Terakhir...... 21 9. Rata-rata Perubahan Ternak Kambing Setahun Terakhir... 22 10. Total Penjualan Ternak Kambing Setahun Terakhir... 22 11. Rata-rata Penjualan Ternak Kambing Setahun Terakhir... 23 12. Kebutuhan Nutrisi Kambing Perah...... 26 13. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Memberikan Hijauan... 28 14. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Memberikan Konsentrat... 29 15. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Memberikan Air Minum.... 29 16. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Membersihkan Kandang...... 30 17. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Membersihkan Peralatan Susu... 31 18. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Memandikan Kambing..... 31 19. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Memerah Susu... 32 20. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Mengawinkan Kambing... 32 21. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Mengangkat Susu... 33 22. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Mencari Hijauan... 33 23. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Untuk Membersihkan Kotoran... 34 x

24. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Selama Setahun... 35 25. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Susu Selama Setahun...... 35 26. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Memberikan Hijauan... 36 27. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Memberikan Air Minum... 37 28. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Membersihkan Kandang... 37 29. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Memandikan Kambing... 38 30. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Mengawinkan Kambing... 38 31. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Mencari Pakan Hijauan... 39 32. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Untuk Membersihkan Kotoran... 39 33. Total Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Selama Setahun... 40 34. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Peternak Tujuan Produksi Daging Selama Setahun... 41 35. Rata-rata Pendapatan Bersih Peternak Tujuan Produksi Susu Selama Setahun...... 43 36. Rata-rata Pendapatan Bersih Peternak Tujuan Produksi Daging Selama Setahun... 44 37. Nilai Koefisien Korelasi Pearson... 47 xi

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Peta Desa Cibeureum Wetan... 15 2. Kandang Kambing... 24 3. Jenis Leguminosa (a) Calliandra calothyrsus (b) Gliricidia sepium 25 xii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian...... 46 xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia terkenal sebagai negara agraris. Para petani di Indonesia pada umumnya telah melakukan kegiatan usahatani dalam berbagai bentuk komoditi usaha, mulai dari bidang pertanian, perkebunan, perikanan serta bidang peternakan. Hal ini dilakukan terutama untuk menambah pendapatan petani, memanfaatkan lahan yang tersedia, serta untuk saling mengisi dalam kegiatan usahataninya. Kelompok peternak kambing Simpay Tampomas merupakan salah satu kelompok peternak yang terdapat di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Awal terbentuknya kelompok tersebut berasal dari adanya usaha untuk memanfaatkan lahan kritis, akibat dibukanya daerah penambangan pasir di Kecamatan Cimalaka dan daerah sekitarnya. Awal kegiatan pemanfaatan lahan kritis tersebut dilakukan dengan memelihara kambing Peranakan Etawah yang dipelopori oleh seorang petani pelestari lingkungan yaitu Uha Juhari dari Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka. Keberhasilan dalam beternak kambing ternyata banyak mengundang minat dari penduduk sekitarnya, sehingga banyak penduduk di Desa Cibeureum Wetan yang mengikuti jejak Uha Juhari untuk memelihara kambing dilahan kritis sambil berusaha menyuburkan lahan bekas galian disekitar desa tersebut. Sehingga pada tahun 1994 dibentuklah kelompok peternak kambing Simpay Tampomas. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian, yang mana sektor pertanian tetap memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Di sisi lain, sub sektor peternakan juga mampu berperan sebagai pertumbuhan ekonomi yaitu dalam membangun dan menumbuhkan ekonomi masyarakat pedesaan, mengatasi pengangguran, meningkatkan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan usaha peternakan rakyat, imbalan yang diterima peternak berupa pendapatan harus mendapat perhatian, karena hal inilah yang mendorong peternak untuk mau berusaha lebih baik lagi. Oleh karena itu perlu memperhatikan berapa banyak curahan tenaga kerja yang dikeluarkan dan berapa banyak pendapatan dari masing-masing peternak. Sehingga diharapkan pendapatan para peternak sesuai dengan pekerjaannya. 1

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis curahan tenaga kerja keluarga, pendapatan peternak, dan menganalisis hubungan antara pendapatan peternak, skala usaha, dan curahan tenaga kerja dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas. 2

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian subsisten karena kemampuanya yang unik untuk mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan-lingkungan yang keras. Kambing merupakan hewan serba guna yang dapat memproduksi susu, daging, kulit, dan bulu (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Devendra dan Burns (1994), dari produk yang hasilkan terutama susu dan daging, kambing memberi sumbangan bagi kesehatan dan gizi berjuta-juta penduduk di berbagai negara berkembang. Pemeliharaan kambing, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat menyediakan kebutuhan akan protein hewani, mineral esensial dan vitamin asal lemak yang sangat penting terutama bagi kelompok orang lemah, seperti wanita hamil, menyusui, serta anak kecil. Menurut Heriyadi (2004), Secara umum taksonomi kambing Peranakan Etawah adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Vertebrata Class Ordo Sub Ordo Section Familiy Sub Family Genus Spesies : Mamalia : Ungulata : Artiodactylata : Pecora : Bovidae : Caprinae : Capra : Capra hircus Kambing Perah Seperti sapi perah, kambing perah juga dikembangbiakkan dan diseleksi sejak dahulu untuk menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak. Konformasi tubuh yang dimiliki dari sapi perah dan kambing perah adalah sama. Struktur dari masingmasing kelenjar ambing dan kambing perah, yaitu alveoli, saluran susu, sisterna kelenjar serta fungsi anatomi dan fungsi puting susunya dalam memproduksi susu, 3

sama dengan sapi perah. Konversi makanan menjadi susu juga sama antara keduanya. Periode laktasi selama 305 hari dengan 60 hari periode kering kandang, juga merupakan norma yang berlaku untuk kedua spesies tersebut (Blakely dan Bade, 1992). Menurut Mulyono (2003), beberapa bangsa kambing perah yang ada di Indonesia meliputi Kambing Peranakan Etawah (PE), Kambing Jawa Randu, dan Kambing Saanen. Karakteristik Kambing Peranakan Etawah Menurut Mulyono (2003), Kambing Peranakan Etawah merupakan kambing hasil persilangan antara kambing kacang (lokal) dengan kambing Etawah. Kambing Peranakan Etawah mampu beradaptasi terhadap kondisi dan habibat Indonesia. Kambing Peranakan Etawah memiliki ciri-ciri antara kambing Kacang dengan kambing Etawah, yaitu bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara warna hitam dan coklat, kambing jantan memiliki bulu yang tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak, sedangkan bulu kambing betina agak panjang terdapat dibagian bawah ekor ke arah garis kaki, bobot badan hidup kambing Peranakan Etawah jantan sekitar 40 kg dan Peranakan Etawah betina sekitar 35 kg. Keistimewaan lain yang dimiliki kambing Peranakan Etawah adalah harga jual yang lebih tinggi dibandingkan kambing lokal, karena ukuran tubuh yang lebih besar dan harga susu kambing yang lebih mahal dibandingkan harga susu sapi. Selain itu, kambing Peranakan Etawah mempunyai efisiensi reproduksi yang tinggi apabila dipelihara dengan baik, sehingga lebih cepat berkembang biak. Kambing Etawah betina memiliki kemampuan menghasilkan anak setiap tahun dengan jumlah anak lebih dari satu setiap kelahiran (kidding crop berkisar antara 150-170 %), pencapaian bobot badan yang tinggi pada awal dewasa tubuh dan lebih cepat dibandingkan kambing jantan (Heriyadi, 2004). Karakteristik Kambing Jawa Randu Menurut Mulyono (2003), kambing Jawa Randu memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh yang lebih kecil dari kambing Etawah, memiliki telinga lebar terbuka, panjang, dan terkulai, memiliki warna bulu bervariasi dari belang coklat putih, ke abu-abuan, dan hitam kecoklatan, bulu dibagian paha belakang lebat, ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, dan merupakan ternak dwiguna. 4

Aktivitas Peternakan Kambing Menurut Sodiq dan Abidin (2008), beberapa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengawasi dan menjaga kesehatan kambing antara lain memandikan kambing, memotong kuku, mencukur bulu, mencegah pertumbuhan tanduk, memotong tanduk, menghilangkan kelenjar bau, kastrasi, memberi tanda, membersihkan peralatan dan kandang. Memandikan Kambing Di Habitat aslinya, kambing kurang menyukai air dan tidak pernah membersihkan badannya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu kotor. Badan yang kotor memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai parasit dan mikroba bibit penyakit. Dalam usaha peternakan kambing perah, sebaiknya kambing selalu dimandikan, setidaknya setiap dua minggu sekali. Jika lantai kandang masih berupa tanah, kegiatan memandikan kambing harus dilakukan lebih sering. Kambing sebaiknya dimandikan pada pagi hari saat cuaca cerah, sehingga tubuh kambing lebih cepat kering. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh kambing bisa meningkatkan produksi susu (Sodiq dan Abidin, 2008). Memotong Kuku Menurut Sodiq dan Abidin (2008), pertumbuhan kuku kambing yang dipelihara didalam kandang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kambing yang dipelihara dipadang penggembalaan. Hal ini terjadi karena ruang gerak kambing didalam kandang sangat terbatas. Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing, misalnya memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang berkembang disela-sela kuku. Selain itu, kuku yang panjang menyebabkan kambing sulit berjalan dan kambing jantan sulit untuk mengawini kambing betina. Kuku yang panjang juga mudah patah yang bisa menimbulkan luka dan infeksi. Dengan demikian, kuku kambing harus dipotong secara rutin, setidaknya setiap dua bulan sekali. Mencukur Bulu Kambing yang dipelihara dikandang lemprakan biasanya akan memiliki bulu yang kotor dan menggumpal, sehingga sulit dibersihkan. Hal ini merupakan sumber penyakit. Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatannya, sebaiknya bulu kambing 5

dicukur secara berkala. Mencukur bulu kambing bisa menggunakan gunting atau alat pencukur bulu (Sodiq dan Abidin, 2008). Mencegah Pertumbuhan Tanduk Beberapa jenis atau bangsa kambing, cempe jantan atau betina lahir dalam keadaan belum tumbuh tanduk. Pertumbuhan tanduk ini sebaiknya dicegah. Caranya dengan memanasi tempat tumbuh tanduk menggunakan alat yang disebut disbudding iron. Untuk memudahkan penanganan, kambing dimasukkan ke sebuah kotak yang ukurannya sesuai dan bagian kepalanya berada diluar kotak. Bagian kepala dipanasi menggunakan disbudding iron selama 5-10 detik. Pemakaian bahan kimia seperti caustic soda atau sodium hidroksida juga bisa diterapkan untuk mencegah pertumbuhan tanduk, tetapi cara ini tidak sepenuhnya aman (Sodiq dan Abidin, 2008). Memotong Tanduk Menurut Sodiq dan Abidin (2008), jika tanduk sudah tumbuh sejak kambing dilahirkan, sebaiknya sejak kecil sudah dilakukan pemotongan tanduk. Pemotongan tanduk sebaiknya dilakukan saat cempe berumur satu bulan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanduk kambing betina harus dipotong untuk memudahkan proses pemerahan dan agar pemerah tidak ditanduk kambing. Tanduk kambing jantan juga harus dipotong, karena tanduk bagi kambing jantan adalah senjata untuk menyerang sesuatu yang tidak disukai. Menghilangkan Kelenjar Bau Proses menghilangkan kelenjar bau yang disebut deodorizer bertujuan untuk mematikan kelenjar bau yang mengeluarkan bau prengus, yang bisa mencemari susu atau daging. Kelenjar ini terdapat didaerah sekitar tanduk. Menghilangkan kelenjar bau ini biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mencegah pertumbuhan tanduk. Caranya dengan melakukan pemanasan didaerah sekitar tanduk selama 5-10 detik (Sodiq dan Abidin, 2008). Kastrasi Menurut Sodiq dan Abidin (2008), untuk menghindari terjadinya perkawinan yang tidak diinginkan, cempe jantan dan betina harus ditempatkan dikandang terpisah. Kambing jantan yang tidak akan digunakan sebagai pejantan sebaiknya 6

dikastrasi dengan cara memotong testis sejak kecil. Selain itu, juga bisa menggunakan semacam karet penjepit yang ditempatkan dibagian atas scrotum (kantong testis). Memberi Tanda Beberapa peternakan yang sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang khas. Misalnya, diberi nomor telinga dengan cara mentatonya atau memakaikan nomor tag (Sodiq dan Abidin, 2008). Membersihkan Peralatan dan Kandang Setelah selesai digunakan, peralatan kandang terutama yang terbuat dari logam sebaiknya dibersihkan dengan air bersih, kemudian dikeringkan untuk mencegah karat. Tempat pakan sebaiknya dibersihkan setiapa hari. Begitu pula tempat minum, harus dicuci bersih setiap hari. Selain peralatan, kandang kambing juga sebaiknya dibersihkan setiap hari. Jika ketersediaan air cukup melimpah, ada baiknya kandang dibersihkan menggunakan air. Jika ketersediaan air terbatas, kandang cukup dibersihkan dengan mengangkat kotoran yang ada dilantai kandang. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah bibit penyakit. Selain kebersihan kandang, lingkungan sekitar kandang juga perlu dibersihkan. Semak-semak yang tumbuh liar, jika tidak dibersihkan akan menjadi tempat yang nyaman bagi bibit penyakit maupun hewan pemangsa seperti ular (Sodiq dan Abidin, 2008). Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja (man power) menurut Simanjuntak (1985) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age populaion). Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Artinya, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti membutuhkan tenaga kerja. Oleh sebab itu dalam analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Dalam analisa ketenagakerjaan juga dibutuhkan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak. Pembedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu 7

usaha pertanian adalah berbeda dan faktor kebiasaan juga menentukan (Soekartawi, 1993). Umumnya pemakaian jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Kelemahan pada ukuran ini antara lain pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan dan pengalaman kerja yang berbeda, dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani relatif beragam. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1) 8 jam tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP; 2) 8 jam tenaga kerja wanita dewasa = 0.8 HKP dan 3) 8 jam tenaga kerja anak-anak = 0.5 HKP (Soekartawi et al., 1986). Menurut Agustian dan Nurmanaf (2001), tenaga kerja produktif pada rumah tangga peternak meliputi : kepala keluarga, istri dan anak. Curahan waktu tenaga kerja umumnya teralokasi untuk beragam aktivitas pada pemeliharaan ternak yang diusahakan. Kepala keluarga atau anak biasanya melaksanakan kegiatan seperti dalam hal : menyabit rumput atau menggembalakan ternak, memandikan ternak. Sementara istri biasanya melakukan kegiatan seperti : memberi makan ternak, dan membersihkan kandang. Oleh sebab itu, tingkat produktivitas tenaga kerja rumah tangga akan sangat menentukan kinerja usahatani. Pendapatan Income statement merupakan suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaram untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol atau alat evaluasi suatu usaha. Dengan pendapatan dapat diketahui apakah suatu perusahaan memiliki untung dan bila memiliki berapa keuntungan tersebut. Dalam analisis pendapatan bersih usaha tani digunakan analisis untuk profit dan profitabilitas. Profit merupakan jumlah rupiah yang didapat dari pendapatan bersih suatu usaha. Profitabilitas merupakan suatu ukuran dari keuntungan yang bersifat relatif terhadap nilai input yang dipakai untuk menghasilkan suatu profit. Sesuatu dapat mempunyai laba yang positif tetapi mempunyai nilai profitabilitas yang kecil terhadap ukuran usahanya (Prawirokusumo, 1990). Menurut Soekartawi et al. (1986) penerimaan tunai usahatani diartikan sebagai nilai uang yang diterima dari produk usahatani. Sedangkan selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai 8

usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Kondisi peternakan rakyat tingkat kelayakan usaha sangat ditentukan oleh kondisi sosio-ekonomi peternak sendiri. Tingkat sumbangan pendapatan usaha ternak kambing di pedesaan masih beragam yang sangat tergantung pada motivasi usaha (manajemen pemeliharaan), tingkat ketersediaan tenaga kerja keluarga serta skala pemeliharaan ditingkat peternak khususnya jumlah induk yang dipelihara. Jumlah ternak yang dipelihara dan harga ternak merupakan faktor utama dalam peningkatan usaha ternak. Faktor pemilikan ternak merupakan aset peternak dalam usaha, sedangkan harga merupakan komponen penentu dalam faktor usaha. Pendapatan usaha pertanian merupakan komponen penting bagi petani untuk memperbesar usaha ternak (Priyanto et al., 2001). 9

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Juli sampai bulan Agustus 2011 di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Materi Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peralatan alat tulis, camera digital, kuesioner (serangkaian daftar pertanyaan), data sekunder dan data primer. Unit penelitian adalah peternak kambing Peranakan Etawah dan Jawa Randu yang menjadi anggota aktif dikelompok peternak Simpay Tampomas yang berada di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Sedangkan objek penelitian adalah berupa kambing Peranakan Etawah dan Jawa Randu. Prosedur Untuk mendapatkan data primer dilakukan melalui wawancara dengan penyusunan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada seluruh peternak yang menjadi anggota aktif kelompok peternak Simpay Tampomas dengan penekanan pada kekayaan informasi dan relevansinya dengan kajian. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan instansi yang terkait dengan penelitian ini. Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian ini didesain dengan metode studi kasus. Unit kasus yang diteliti adalah peternak kambing yang menjadi anggota aktif dikelompok peternak Simpay Tampomas. Studi kasus ini ditujukan untuk menganalisis curahan tenaga kerja, pendapatan peternak, menganalisis hubungan antara pendapatan peternak, curahan tenaga kerja, dan skala usaha dikelompok peternak kambing Simpay Tampomas. Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan, pencatatan, dan wawancara dengan peternak yang menjadi anggota aktif dikelompok peternak Simpay Tampomas dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari pemerintah kantor desa, literatur yang relevan dengan penelitian, dan informasi dari instansi terkait seperti kantor Dinas 10

Peternakan di Kabupaten Sumedang. Data yang sudah terkumpul diolah dan ditabulasikan kemudian dianalisis. Analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian dan karakteristik peternak. Karakteristik peternak meliputi umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tujuan produksi, jumlah kepemilikan kambing, dan pengalaman beternak. Analisis Curahan Tenaga Kerja. Besarnya alokasi waktu kerja dalam usaha ternak kambing ditentukan berdasarkan curahan waktu kerja yang digunakan rumah tangga peternak untuk kegiatan usaha ternak kambing. Analisis curahan tenaga kerja digunakan untuk mengetahui besarnya alokasi waktu kerja yang digunakan dalam kegiatan usaha ternak kambing. Curahan waktu kerja rumah tangga untuk kegiatan dalam usaha ternak kambing : W kt = WK cp + WK bp + WK bko + WK ba + WK bk + WK mt + WK mk + WK bps + WK mk + WK kk + WK ms ++ WK bktr Keterangan : W kt WK cp = Curahan waktu kerja usaha ternak kambing (HKP/tahun) = Curahan waktu kerja untuk mencari hijauan (HKP/ tahun) WK bp = Curahan waktu kerja untuk memberi hijauan (HKP/tahun) WK bko = Curahan waktu kerja untuk memberi konsentrat (HKP/tahun) WK ba = Curahan waktu kerja untuk memberi air minum (HKP/tahun) WK bk = Curahan waktu kerja untuk membersihkan kandang (HKP/tahun) WK mt = Curahan waktu kerja untuk memandikan ternak (HKP/tahun) WK bps = Curahan waktu kerja untuk membersihkan peralatan susu (HKP/tahun) WK mk = Curahan waktu kerja untuk memerah kambing (HKP/tahun) WK kk = Curahan waktu kerja untuk mengawinkan kambing (HKP/tahun) WK ms = Curahan waktu kerja untuk mengangkut susu (HKP/tahun) WK bktr = Curahan waktu kerja untuk membersihkan kotoran kambing. 11

Analisis Pendapatan. Pendapatan dari usaha ternak diperoleh dari selisih antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Kadarsan (1995) rumus pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : Keterangan : π = Pendapatan usaha ternak TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) π = TR TC TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) TFC = Total Fix Cost (Total Biaya Tetap) Dengan kriteria : π = positif, maka usaha menguntungkan π = 0, maka usaha impas π = negatif, maka usaha rugi = TR (TVC+TFC) Analisis Rasio R/C. Rasio R/C adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Rasio R/C dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak (Kadarsan, 1995). Rumus yang digunakan : R/C Rasio = Total Penerimaan/periode Total Biaya/periode Dengan kriteria : Rasio R/C > 1 : maka usaha menguntungkan Rasio R/C = 1 : maka usaha impas Rasio R/C < 1 : maka usaha rugi 12

Analisis Korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja, skala usaha, dan pendapatan peternak. Uji korelasi dilakukan dengan program komputer SPSS 15.00 for Windows. Menurut Hasan (2004) rumus korelasi Pearson (r) digunakan pada analisis korelasi sederhana untuk variabel interval/rasio dengan variabel interval/rasio. Koefisien Pearson dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : r X Y : koefisien korelasi Pearson : variabel bebas : variabel terkait r xy = N XY - X Y [N X 2 ( X) 2 ] [N Y 2 ( Y) 2 ] Dimana : 0 r xy 1 r xy = 1 korelasi sempurna r xy = 0 tidak ada korelasi r xy mendekati 1 korelasi kuat r xy mendekati 0 korelasi lemah 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis Desa Cibeureum Wetan berada di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Desa ini terletak pada ketinggian antara 500-600 dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara 23-31⁰C, dengan kelembaban relatif berkisar antara 68-80% dan curah hujan harian berkisar antara 2.000 2.500 mm/tahun. Jarak dari desa ke kecamatan mencapai empat km, jarak dari desa ke kabupaten mencapai delapan km. Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang memiliki batas-batas sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Legokkaler Kecamatan Paseh. Penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan sebagian besar digunakan untuk Prasarana Umum. Peta Desa Cibeureum Wetan disajikan pada Gambar 1. Alokasi penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Alokasi Penggunaan Lahan di Desa Cibeureum Wetan Luas No Penggunaan Lahan Hektar (ha) Persentase (%) 1 Pemukiman 52,31 13,28 2 Persawahan 96,25 24,43 3 Perkebunan 90 22,84 4 Pemakaman 2,45 0,62 5 Pekarangan 0,6 0,15 6 Perkantoran desa 0,2 0,05 7 Prasarana umum lainnya 152,19 38,63 Total luas 394 100 Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010) Luas Desa Cibeureum Wetan secara keseluruhan mencapai 394 ha. Sebagian besar lahan di Desa Cibeureum Wetan yang digunakan untuk prasarana umum 14

seperti, lapangan olah raga, tempat beribadah, sekolah dan jalan mencapai 152,19 ha (38,63%). Penduduk dan Mata Pencaharian Gambar 1. Peta Desa Cibeureum Wetan Sumber : Google Earth (2012) Jumlah Penduduk Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka pada tahun 2010 tercatat sebanyak 3.903 orang terdiri dari 1.973 laki-laki (50,55%) dan 1.930 perempuan (49,45%) dengan jumlah kepala keluarga 1.279 KK. Sebagian besar penduduk Desa Cibeureum Wetan bermata pencaharian sebagai petani (59,62%). Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian di Desa Cibeureum Wetan merupakan sektor andalan bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mata pencaharian lainnya sebagai buruh tani, pegawai swasta, jasa, pedagang, peternak, wiraswasta dan PNS. Mata Pencaharian penduduk di Desa Cibeureum Wetan disajikan pada Tabel 2. 15

Tabel 2. Penduduk Desa Cibeureum Wetan menurut Jenis Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%) 1 Petani 2.053 59,62 2 Buruh tani 587 17,04 3 PNS 45 1,3 4 Pegawai swasta 370 10,74 5 Wiraswasta 82 2,4 6 Peternak 86 2,5 7 Pedagang 103 3 8 Jasa 117 3,4 Total 3.443 100 Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010) Pendidikan Penduduk Desa Cibeureum Wetan sebagian besar (36,91%) berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan dan tamatan SD, hal ini disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat untuk menanggung biaya sekolah anak-anak mereka. Pendidikan yang rendah ini akan mengakibatkan kualitas sumber daya manusia di desa ini rendah. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cibeureum Wetan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Cibeureum Wetan No Jenis Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 3 0,1 2 Tamatan SD/ sederajat 1140 36,81 3 Tamatan SMP/ sederajat 916 29,6 4 Tamatan SMA/ sederajat 870 28,1 5 Tamatan D1 50 1,6 6 Tamatan D2 30 0,96 7 Tamatan D3 56 1,81 8 Tamatan S1 30 0,96 9 Tamatan S2 2 0,06 Total 3097 100 Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010) Keadaan Peternakan Desa Cibeureum Wetan merupakan daerah yang cukup potensial bagi perkembangan usaha ternak. Hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang 16

mendukung dan ketersediaan pakan hijauan yang memadai. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cibeureum Wetan adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci, angsa, bebek, ayam ras, dan ayam kampung. Populasi ternak di Desa Cibeureum Wetan dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Populasi Ternak di Desa Cibeureum Wetan No Jenis Ternak Jumlah (ekor) 1 Sapi 3 2 Kerbau 1 3 Ayam kampung 4.124 4 Ayam Ras 7.700 5 Bebek 220 6 Kambing 541 7 Domba 370 8 Angsa 140 9 Kelinci 114 Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010) Tabel 4 menunjukkan bahwa ternak ayam ras memiliki populasi terbesar (7.700 ekor) dibandingkan dengan ternak-ternak yang lain. Ternak kambing memiliki populasi terbesar sebagai ternak ruminansia dengan jumlah populasi 541 ekor. Karakteristik Peternak Karakteristik peternak yang dilihat dari penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pengalaman beternak, jumlah kepemilikan kambing, dan tujuan produksi. Karakteristik peternak disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa umur peternak kambing yang menjadi responden berkisar antara 21 tahun sampai 79 tahun dengan umur rata-rata 54 tahun. Sebagian besar (52,94%) berada pada usia produktif yaitu 15 sampai 64 tahun (Daniel, 2002). Umur peternak berhubungan dengan kemampuan fisik peternak. Kemampuan fisik peternak yang tua lebih rendah daripada peternak yang berada pada kisaran umur produktif. Hal ini akan mempengaruhi aktivitas peternak dalam menjalankan usaha ternak kambing. Tingkat pendidikan peternak masih sangat rendah, sebagian besar (58,82%) peternak hanya berpendidikan sampai tamat SD dan tidak melanjutkan ke tingkat 17

pendidikan yang lebih tinggi. Sebesar (17,65%) peternak adalah lulusan SMP dan sebanyak (23,53%) peternak merupakan lulusan SMA. Tingkat pendidikan peternak yang paling banyak adalah lulusan SD. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta keterbatasan dana yang dimiliki untuk melanjutkan pendidikan. Tabel 5. Karakteristik Peternak Karakteristik Jumlah Orang (%) Umur 21-64 tahun 9 52,94 65-80 tahun 8 47,06 Tingkat Pendidikan Tamat SD 10 58,82 Tamat SMP 3 17,65 Tamat SMA 4 23,53 Mata Pencaharian Petani sawah 3 17,65 Berkebun 2 11,75 Pedagang 1 5,89 Peternak 11 64,71 Pengalaman beternak 1-5 tahun 5 29,41 6-10 tahun 1 5,88 11-15 tahun 9 52,94 16-20 tahun 2 11,77 Jumlah kambing PE dan Jawa Randu yang di- Pelihara (ekor) 1 sampai 10 5 29,41 11 sampai 20 7 41,17 21 sampai 30 1 5,9 >30 4 23,52 Tujuan Produksi Susu 5 29,41 Daging 12 70,59 Sebagian besar (64,71%) peternak memiliki mata pencaharian sebagai peternak dan petani sawah mencapai (17,65%). Sebesar (11,75%) dan (5,89%) memiliki mata pencaharian sebagai petani kebun dan pedagang. Berdasarkan data 18

diatas menunjukkan bahwa peternak paling banyak memiliki mata pencaharian pokok sebagai peternak. Pengalaman beternak berkisar antara 2 sampai 17 tahun dengan rata-rata pengalaman beternak 10 tahun. Sebagian besar (52,94%) peternak memiliki pengalaman beternak pada interval 11 sampai 15 tahun. Peternak yang memiliki pengalaman beternak kambing diatas 16 tahun adalah 11,77%. Peternak yang memiliki pengalaman beternak pada interval 1 sampai 5 tahun sebesar (29,41%). Hal tersebut disebabkan peternak baru memulai melaksanakan usaha ternak kambing. Semakin lama pengalaman beternak akan membantu peternak dalam pengambilan keputusan yang tepat disaat menghadapi permasalahan yang ditemui dalam memelihara ternak kambing. Kambing yang dipelihara peternak merupakan campuran dari kambing Peranakan Etawah dan kambing Jawa Randu, jumlahnya berkisar antara 5-57 ekor. Sebagian besar peternak memelihara ternak kambing sebanyak 11 sampai 20 ekor (41,17%). Peternak yang memiliki kambing 1 sampai 10 ekor adalah 29,41%. Peternak yang memiliki kambing 21 sampai 30 ekor sebesar (5,9%). Peternak yang memiliki kambing lebih dari 30 ekor adalah 23,52%, pemilikan ternak rata-rata adalah 20 ekor. Sebagian besar (70,59%) peternak memelihara ternak kambing dengan tujuan produksi daging. Sebesar (29,41%) peternak memelihara ternak kambing untuk tujuan produksi susu. Karakteristik Usaha Ternak Kambing Kepemilikan Ternak Tujuan Produksi Susu Jenis ternak kambing yang dimiliki peternak dengan tujuan produksi susu adalah kambing Peranakan Etawah. Jumlah kambing yang dipelihara berkisar dari 22-57 ekor yang terdiri dari kambing dewasa betina, kambing dewasa jantan, kambing muda jantan, kambing muda betina, kambing anak jantan dan kambing anak betina. Kambing dewasa jantan dan dewasa betina adalah kambing yang berumur lebih dari satu tahun. Kambing muda jantan dan muda betina adalah kambing yang berumur antara enam hingga satu tahun. Sedangkan kambing anak jantan dan anak betina adalah kambing yang berumur kurang dari enam bulan. Komposisi ternak 19

kambing peternak dengan tujuan produksi susu pada akhir tahun disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Ternak Kambing Peternak Tujuan Produksi Susu pada Akhir Tahun (Bulan Juli 2011) Kategori Jumlah (ekor) ST (Satuan Ternak) % Jantan dewasa 7 0,98 4,55 Betina dewasa 115 16,1 74,8 Jantan muda 20 1,4 6,504 Betina muda 24 1,68 7,804 Jantan anak 14 0,49 2,276 Betina anak 25 0,875 4,066 Jumlah 205 21,525 100 Rata-rata/peternak 4,305 Standar Deviasi 47,95 Berdasarkan pada Tabel 6 terlihat bahwa kepemilikan ternak peternak tujuan produksi susu yang paling banyak adalah kambing betina dewasa (74,8%). Rata-rata kepemilikan ternak setiap peternak yaitu 4,305 ST, dengan standar deviasi 47,95 ST. Kepemilikan Ternak Tujuan Produksi Daging Jenis ternak kambing yang dimiliki oleh peternak tujuan produksi daging adalah campuran dari kambing Peranakan Etawah dan Kambing Jawa Randu. Kepemilikan ternak berkisar dari 16-31 ekor yang terdiri dari kambing dewasa betina, kambing dewasa jantan, kambing muda jantan, kambing muda betina, kambing anak jantan dan kambing anak betina. Kambing dewasa jantan dan dewasa betina adalah kambing yang berumur lebih dari satu tahun. Kambing muda jantan dan muda betina adalah kambing yang berumur antara enam hingga satu tahun. Sedangkan kambing anak jantan dan anak betina adalah kambing yang berumur kurang dari enam bulan. Komposisi ternak kambing peternak dengan tujuan produksi daging pada akhir tahun disajikan pada Tabel 7. 20

Tabel 7. Komposisi Ternak Kambing Peternak Tujuan Produksi Daging pada Akhir Tahun (Bulan Juli 2011) Kategori Jumlah (ekor) ST (Satuan Ternak) % Jantan dewasa 16 2,24 20,32 Betina dewasa 31 4,34 39,36 Jantan muda 16 1,12 10,16 Betina muda 20 1,4 12,71 Jantan anak 30 1,05 9,52 Betina anak 25 0,875 7,93 Jumlah 138 11,025 100 Rata-rata/peternak 0,918 Standar Deviasi 1,25 Berdasarkan pada Tabel 7 kepemilikan ternak tujuan produksi daging yang paling banyak adalah kambing betina dewasa (39,36%). Rata-rata kepemilikan ternak setiap peternak adalah 0,918 ST, dengan standar deviasi 1,25 ST. Perubahan Ternak Perubahan ternak kambing selama setahun (Agustus 2010 hingga Juli 2011) terdiri dari jumlah ternak pada awal tahun, pembelian ternak, kelahiran ternak, kematian ternak, penjualan ternak, pemotongan ternak atau dikonsumsi sendiri oleh peternak dan jumlah ternak pada akhir tahun. Total perubahan ternak dan rata-rata perubahan ternak pada bulan Agustus 2010 hingga bulan Juli 2011 disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Total Perubahan Ternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Setahun Terakhir (Agustus 2010-Juli 2011) Kategori Awal tahun Beli Lahir Mati Jual Potong Akhir Tahun Dewasa Jantan 4,2 0 0 0,14 0,84 0 3,22 Dewasa Betina 26,04 0 0 0,56 5,04 0 20,44 Muda Jantan 3,43 0,28 0 0,21 0,7 0,28 2,52 Muda Betina 4,41 0,14 0 0,14 1,12 0,21 3,08 Anak Jantan 1,085 0,035 2,345 0,315 1,575 0,035 1,54 Anak Betina 0,63 0,385 3,115 1,365 1,015 0 1,75 Total 39,795 0,84 5,46 2,73 10,29 0,525 32,55 21

Tabel 9. Rata-rata Perubahan Ternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Selama Setahun Terakhir (Agustus 2010-Juli 2011) Kategori Awal tahun Beli Lahir Mati Jual Potong Akhir Tahun Dewasa Jantan 0,25 0 0 0,008 0,05 0 0,192 Dewasa Betina 1,53 0 0 0,033 0,3 0 1,197 Muda Jantan 0,2 0,016 0 0,012 0,04 0,016 0,148 Muda Betina 0,26 0,008 0 0,008 0,065 0,012 0,183 Anak Jantan 0,06 0,002 0,14 0,018 0,09 0,002 0,092 Anak Betina 0,037 0,022 0,18 0,08 0,06 0 0,099 Total 2,337 0,048 0,32 0,159 0,605 0,03 1,911 Perubahan ternak pada Tabel 8 dan Tabel 9 dapat dilihat bahwa berdasarkan kategori ternak pada akhir tahun ternak dewasa jantan, dewasa betina, muda jantan, dan muda betina mengalami penurunan. Sedangkan untuk ternak anak jantan dan anak betina mengalami peningkatan. Sebagian besar penjualan ternak berasal dari ternak dewasa betina dengan total 5,04 ST dan rata-rata mencapai 0,3 ST selama setahun. Penjualan Ternak Sistem penjualan ternak kambing yang ada dikelompok peternak Simpay Tampomas adalah sistem penjualan langsung kepada tengkulak yang berlangsung di kandang peternak. Tengkulak biasanya mendatangi peternak yang akan menjual ternak kambingnya. Hal ini memudahkan peternak karena peternak tidak perlu pergi ke pasar. Total dan rata-rata penjualan ternak selama setahun disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10. Total Penjualan Ternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Selama Setahun (Agustus 2010-Juli 2011) Kategori Jumlah (ST) Nilai Penjualan (Rp) Dewasa Jantan 0,84 16.500.000 Dewasa Betina 5,04 104.750.000 Muda Jantan 0,7 9.800.000 Muda Betina 1,12 19.500.000 Anak Jantan 1,575 34.300.000 Anak Betina 1,015 22.500.000 Total 10,29 207.350.000 22

Tabel 11. Rata-rata Penjualan Ternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Selama Setahun (Agustus 2010-Juli 2011) Kategori Jumlah (ST) Nilai Penjualan Ternak Dewasa Jantan 0,05 970.588,24 Dewasa Betina 0,3 6.161.764,71 Muda Jantan 0,04 576.470,58 Muda Betina 0,07 1.147.058,82 Anak Jantan 0,09 2.017.647,06 Anak Betina 0,06 1.323.529,41 Total 0,61 12.197.058,82 Penjualan ternak pada Tabel 10 dan Tabel 11 dapat dilihat bahwa ternak kambing memiliki nilai jual yang cukup tinggi terutama pada Hari Raya Idul Adha. Kambing Peranakan Etawah dan Jawa Randu memiliki harga jual yang berbeda. Harga jual kambing Peranakan Etawah berdasarkan dari harga jual yang berlaku di- Desa Cibereum Wetan adalah untuk kambing dewasa jantan sekitar Rp 4.000.000/ekor, harga jual kambing dewasa betina sekitar Rp 2.500.000/ekor, harga jual kambing muda betina sekitar Rp 1.750.0000/ekor, harga jual kambing muda jantan sekitar Rp 1.750.000/ekor, harga jual kambing anak jantan dan anak betina sekitar Rp 800.000/ekor. Sedangkan harga jual kambing untuk kambing Jawa Randu adalah untuk kambing dewasa jantan sekitar Rp 2.500.000/ekor, harga jual kambing dewasa betina sekitar Rp 1.500.000/ekor, harga jual kambing muda jantan sekitar Rp 800.000/ekor, harga jual kambing muda betina sekitar Rp 750.000/ekor, harga jual kambing anak jantan dan anak betina sekitar Rp 500.000/ekor. Menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2012), harga jual kambing dewasa jantan sebesar Rp 2.000.000/ekor, harga jual kambing dewasa betina sebesar Rp 1.700.000/ekor. Harga jual kambing di Desa Cibeureum Wetan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Total penjualan ternak selama setahun mencapai Rp 207.350.000 dengan rata-rata Rp 12.197.058,82. Total penjualan terbesar dari kambing dewasa betina yaitu sebesar 5,04 ST. 23

Pemeliharaan Usaha Ternak Kambing Perkandangan Sistem pemeliharaan kambing dikelompok peternak Simpay Tampomas adalah pemeliharaan intensif dimana ternak dikandangkan tanpa digembalakan. Ternak dikeluarkan dari kandang hanya pada saat dimandikan. Tipe kandang yang digunakan adalah kandang tipe panggung. Kandang tipe panggung ini memiliki celah atau lubang sehingga kotoran dan air kencing kambing bisa langsung jatuh dan memudahkan peternak untuk membersihkannya. Selain itu, ternak terhindar kontak langsung dengan kotorannya. Peternak memakai kayu dan bambu sebagai bahan untuk membuat kandang kambing. Ukuran luas kandang peternak bervariasi. Ukuran luas kandang dilokasi penelitian berkisar antara 24-72 m 2. Salah satu contoh kandang kambing yang ada di kelompok peternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Gambar 1. Jarak rumah peternak dengan kandang bervariasi antara 10 hingga 2500 m. Rata-rata jarak kandang dengan rumah peternak mencapai 1,4 km. Hal ini disebabkan lokasi kandang yang berada diatas gunung. Kepemilikan kandang peternak adalah milik sendiri dengan rata-rata ketahanan usia atau umur ekonomis mencapai delapan tahun. Gambar 2. Kandang Kambing Pakan Pakan yang diberikan peternak berupa jenis leguminosa dan pakan konsentrat komersial. Jenis leguminosa yaitu berupa Gliricidia sepium dan Calliandra calothyrsus yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pemberian pakan konsentrat yang berupa konsentrat komersial diberikan sekali dalam sehari yang hanya dilakukan oleh 4 dari 17 peternak, pemberian pakan konsentrat hanya diberikan kepada ternak 24

kambing Peranakan Etawah yang diambil produksi susunya. Peternak memperoleh pakan jenis leguminosa dari gunung dengan menyabit dan membawanya (cut and carry) tanpa harus mengeluarkan biaya pakan. Rata-rata dari sebagian besar peternak memberikan pakan jenis leguminosa sekitar 5 kg per ekor per hari tanpa dicincang dengan rata-rata pemberian sebanyak 2 kali dalam sehari. Pemberian susu pada cempe langsung dari induknya. Hal itu disebabkan cempe disapih dari induknya ketika sudah berumur 2,5 bulan. Cempe disatukan dengan induknya dalam satu kandang. Susu kambing baru diambil oleh peternak untuk dijual ketika cempe sudah lepas sapih. Oleh karena itu, tidak bisa dihitung secara pasti berapa liter susu yang dibutuhkan atau dikonsumsi oleh cempe. (a) Gambar 3. Jenis Leguminosa. (a) = Calliandra calothyrsus; (b) = Gliricidia sepium Pakan konsentrat yang diberikan berupa konsentrat komersial. Pemberian pakan konsentrat oleh peternak dibedakan berdasarkan kategori ternak. Rata-rata pemberian pakan konsentrat untuk induk laktasi sekitar 1 kg per ekor per hari, induk bunting kering sekitar 0,5 kg per ekor per hari, muda betina dan muda jantan sekitar 0,5 kg per ekor per hari, dewasa jantan sekitar 1 kg per ekor per hari, anak jantan dan anak betina sekitar 0,25 kg per ekor per hari. Harga beli konsentrat komersial berdasarkan harga beli di daerah Kecamatan Cimalaka yaitu sebesar Rp 2.500/kg. Menurut Ensminger (2002), salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah pemberian pakan dan minum. Pakan yang diberikan pada kambing harus dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok dan reproduksi. Jumlah pakan yang diberikan tergantung kondisi fisiologis (pertumbuhan, bunting, dan laktasi), bangsa, (b) 25