BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kualitas pendidikanpun harus ditingkatkan (Lusiana, 2015:1). (PISA) terhadap kemampuan sains siswa berusia 15 tahun di

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG LKS, BERPIKIR KRITIS, GUIDED INQUIRY PADA SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan memberikan dampak besar terhadap kemajuan sistem pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

POTRET PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN DI SMA. Ahmad Fauzi, Supurwoko, Edy Wiyono 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains merupakan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

I. PENDAHULUAN. Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar karakter materi fisika merupakan konsep-konsep abstrak atau

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada. banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang efektif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kemampuan merencanakan percobaan merupakan salah satu keterampilan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan. merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi, dan saling

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa) menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan mengolahnya untuk kebaikan dan kemajuan bersama (Anam, 2015:1). Sebuah pendidikan memerlukan proses, yang bukan saja baik, tetapi juga asyik dan menarik, baik pada guru maupun siswa. Materi pelajaran yang baik, meskipun penting dan sangat diperlukan di masa genting, akan gagal dicerna dengan baik oleh siswa manakala cara atau pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan materi kurang baik (Anam, 2015 : 1). Biologi sebagai salah satu cabang dari IPA yang mempelajari masalahmasalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Salah satu cara agar dapat menunjang tersebut dengan dilakukannya praktikum. Praktikum merupakan metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan maupun kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Untuk memudahkan siswa melakukan praktikum, maka praktikum perlu dipandu dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) (Rohaeti, 2006 dalam Maryam, 2014:2). Lembar kerja siswa biasanya berupa petunjuk atau atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Prastowo, 2015: 204). Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan, serta

pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Menurut Prastowo (2015:204) fakta di lapangan pendidik masih menggunakan LKS yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusunnya sendiri. Padahal, LKS sebenarnya bisa dibuat sendiri oleh guru yang bersangkutan. Sehingga, LKS dapat lebih menarik serta lebih kontekstual dengan situasi dan kondisi sekolah ataupun lingkungan social budaya peserta didik (Prastowo, 2015: 203). Harsono (dalam Dianoviana, 2013: 2) mengemukakan bahwa umumnya para pendidik lebih tertarik untuk mengembangkan daya ingat anak daripada mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Keberhasilan siswa tidak hanya ditentukan ketika siswa mampu mngerjakan soal ujian, akan tetapi siswa dapat memahami apa yang mereka pelajari. Salah satu cara agar siswa memahami apa yang mereka pelajari adalah dengan membiasakan untuk berpikir kritis (Dianoviana, 2013:2). Ennis (dalam Fisher 2007:4) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir yang masuk akal dan mendalam yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Kogut (dalam Dianoviana, 2013:2) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis tidak dapat diberikan langsung oleh guru kepada siswa, akan tetapi guru dapat mengembangkan strategi mengajar yang tepat untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berkaitan dengan hal tersebut Suprapto (dalam Dianoviana, 2013:2) mengemukakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, diperlukan strategi dan metode

pembelajaran untuk mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu merubah cara belajar siswa menjadi lebih bermakna yang dapat diterapkan dalam LKS. Salah satu pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan inquiry terbimbing (guided inquiry) (Citra, 2015:4). Pendekatan inquiry adalah metode pembelajaran yang mampu mengiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003 dalam Heriawan dkk, 2012: 103). Dalam pendekatan ini siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran (Anam, 2015:7). Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan yang cukup luas kepada siswa (Agung, 2009 dalam Ayu, 2015:2). Menurut Ayu (2015:2) dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Pernyataan-pernyataan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS, agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Konsep peredaran darah dipilih karena merupakan salah satu pokok bahasan mata pelajaran biologi yang diberikan siswa SMA kelas XI semester 1, di mana

pokok bahasan ini menjelaskan tentang organ-organ yang terdapat pada sistem peredaran darah, mekanisme sistem peredaran darah serta penyakit atau gangguan pada sistem peredaran darah. Pada dasarnya menurut para siswa pokok bahasan ini merupakan salah satu pokok bahasan yang sulit karena siswa tidak dapat melihat secara langsung oleh kasat mata. Selain itu, penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang monoton menjadikan siswa kurang termotivasi dan mengikuti proses pembelajaran. Maka untuk mengatasi kelemahan tersebut peneliti menggunakan pembelajaran inquiry. Dari hasi wawancara guru Biologi di SMA Pasundan 7 Bandung yang dilakukan pada Hari Jum at tanggal 6 Februari 2016, LKS yang digunakan pada mata pelajaran Biologi adalah LKS yang dibeli dari penerbit yang datang ke sekolah. LKS itu hanya berisi tentang uraian materi dan soal-soal sehingga siswa belum dapat menghubungkan materi yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari. LKS yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh guru. Selain itu LKS yang digunakan kurang dimanfaatkan dalam kegiatan belajar, dan LKS yang digunakan kurang memperhatikan kebutuhan siswa. Karena kurangnya sarana dan prasarana labolatorium di sekolah maka dalam pembelajaran biologi jarang dilakukanya praktikum. Selain itu guru belum pernah menggunakan pendekatan guided inquiry hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan motivasi belajar siswa yang rendah, sehingga metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran biologi yaitu hanya metode ceramah dan diskusi. Hasil penelitian Dianoviana (2013:51) yang berjudul Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA Melalui pembelajaran Guided Inquiry Pada Subkonsep

Pemcemaran air adalah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum pembelajaran dengan metode Guided Inquiry adalah sebesar 63% yang dikategorikan kemampuan berpikir kritis cukup sedangkan kemampuan berpikir kritis setelah pembelajaran dikategorikan baik dengan presentase sebesar 88%. Selain itu, sintaks pembelajaran Guided Inquiry terlaksana dengan baik karena tahapan pembelajaran Guided Inquiry dilaksanakan dengan baik. Dari hasil penelitian ini dapat di lihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan Guided Inquiry siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul Penggunaaan LKS Berbasis Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Peredaran Darah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Guru masih menggunakan LKS yang dibeli dari penerbit yang hanya berisi rangkuman materi dan soal-soal sehingga siswa kurang dapat berpikir kritis. 2. Kurangnya sarana prasarana laboratorium di SMA Pasundan 7 Bandung sehingga kegiatan praktikum jarang dilakukan. 3. Perlunya pengembangan kreatifitas guru untuk membuat LKS sendiri untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

Dari permasalahan yang ditemukan dilapangan maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa pada konsep Sistem Peredaran Darah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas perumusan masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini yaitu: Apakah Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa menggunakan LKS berbasis Guided Inquiry pada konsep Sistem Peredaran Darah di SMA Pasundan 7 Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Memberikan informasi kepada guru dengan menggunakan LKS berbasis guided inquiry sebagai panduan dalam eksperimen, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi. 2. Bagi siswa Mendapatkan pengalaman belajar baru menggunakan LKS guided inquiry serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

3. Bagi sekolah Memberikan keuntungan diperolehnya LKS berbasis guided inquiry yang dapat digunakan untuk eksperimen dalam mata pelajaran Biologi. 4. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai pengembangan LKS berbasis guided inquiry sehingga menambah bekal peneliti sebagai calon pendidik untuk dapat mengembangkan bahan ajar sendiri yang lebih baik. F. Kerangka Pemikiran Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator, yang diharapkan mampu manggali potensi yang ada pada diri siswa. Menurut Gagne (dalam susanto, 2013:1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung (Susanto, 2013:1). Untuk menciptakan suasana belajar yang akan membantu siswa dalam memahami konsep dan materi pembelajaran, maka diharapkan guru mampu untuk memberikan motivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa. (Puskur, 2007 dalam Citra, 2015:1). Menurut Citra, (2015:1) hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan media, model, dan berbagai macam pendekatan agar mempermudah

siswa dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan LKS (lembar kerja siswa) untuk menuntun siswa dalam melakukan praktikum. Namun pada dewasa ini masih banyak guru yang masih menggunakan LKS terbitan yang dibeli dari para penyalur ke sekolah, seperti yang terjadi di SMA Pasundan 7 Bandung dimana guru masih menggunakan LKS yang berupa buku. Hal ini berakibat pada tidak dapatnya siswa berpikir secara kritis karena hanya terpaku pada LKS yang berisi latihan soal dan rangkuman materi. Diharapkan dengan penggunaan LKS berbasis guided inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Temuan Masalah di SMA Pasundan 7 Bandung Solusi Penggunaan LKS berbasis Guided Inquiry 1. Dalam penggunaan LKS, guru masih menggunakan LKS berupa buku yang diberi dari para penyalur. 2. Jarangnya melakukan praktikum Keunggulan LKS berbasis Guided Inquiry Tujuan yang Ingin Dicapai Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Instrumen berupa Pretest, Postest, dan Obeservasi 1. Dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar biologi 2. Membangkitkan motivasi belajar biologi bagi para siswa 3. Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan diri dan pengetahuannya. 4. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 5. Belajar melalui inquiry bisa memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat 6. Siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-ide dengan baik dan pengajaran lebih berpusat pada siswa 7. Siswa memiliki keyakinan Atau harapan dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman penemuannya.

G. Asumsi dan Hipotesis a. Asumsi Selain untuk memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa, kegiatan praktikum dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa, sehingga selama praktikum dengan menggunakan LKS berbasis guided inquiry siswa dapat mengembangkan proses berpikir dengan timbulnya pertanyaan (Arifin, 2000 dalam Dianoviana, 2013:20). b. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Penggunaan LKS berbasis guided inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem peredaran darah manusia. H. Definisi Operasional 1. LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis guided inquiry yang dimaksud adalah lembaran yang berisi informasi dan intruksi yang diberikan oleh guru kepada siswa agar dapat mengerjakan suatu kegiatan melalui praktikum dengan model pembelajaran guided inquiry. 2. Guided inquiry merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan yang cukup luas kepada siswa. Guru membimbing siswa dengan hati-hati untuk memecahkan masalah yang dihadapkan kepada siswa. Dalam penelitian ini siswa menemukan sendiri dengan cara bertanya ataupun mencari tahu lebih lanjut materi Sistem Peredaran Darah yang sedang dipraktikan melalui beberapa litelatur. Sehingga dalam proses praktikum guru sebagai fasilitator hanya membagikan

LKS tersebut kepada siswa yang telah digabungkan menjadi beberapa kelompok untuk didiskusikan dengan informasi dan intruksi secara tidak terperinci. Tes lembar kerja siswa (LKS) berbasis guided inquiry disini mengacu pada seberapa kritis jawaban yang diuraikan oleh siswa untuk mengukur kemampuan berpikir kritisnya. 3. Kemampuan berfikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan pola pikir siswa meliputi observasi, menganalisis, memecahkan masalah, dan mengevaluasi setelah penggunaan LKS berbasis guided inquiry pada materi sistem peredaran darah yang mengacu pada indikator berpikir kritis. I. Struktur Organisasi Skripsi HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Masalah E. Manfaat Penelitian F. Kerangka Pemikiran G. Asumsi dan Hipotesis H. Definisi Operasional BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) B. Pendekatan Inkuiri C. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) D. Kemampuan Berpikir Kriris E. Tinjauan Materi BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Instrumen Penelitian Penelitian

E. Prosedur Penelitian F. Rancangan Analisis Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP