BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA PERCAYA DIRI PADA ANAK DI KELOMPOK B TK ANGGREK MEKAR KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon melalui peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

BAB IV. Pembinaan Narapidana, untuk merubah Sikap dan Mental. Narapidana agar tidak melakukan Tindak Pidana kembali setelah

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lesi Oktiwanti, 2014 Pembinaan Kesadaran Beragama Berbasis Pendidikan Orang Dewasa

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan menceerdaskan

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)

BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN, KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT DAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG KLAS IA

jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (25 th ke atas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Transkripsi:

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Percaya Diri Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dan khawatir (Elly Risman, 2003). Menurut Psikolog W.H.Miskell (1939), percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Maslow mengatakan percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Sedangkan menurut Sigmund Freud, percaya diri adalah suatu 7

8 tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam berbuat sesuatu. Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar-benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Menurut Thursan Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses: a). Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. b). Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihannya.

9 c). Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri. d). Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya. Faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah : 1). Konsep diri Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. 2). Harga Diri Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempunyai harga diri

10 rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan. 3). Kondisi Fisik Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. 4). Pengalaman Hidup Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Terlebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian. 5). Pendidikan Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum (Hakim,2002). Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu

11 merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. 6). Lingkungan Hakim (2002) mengatakan keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika sedang mengalami krisis kepercayaan diri.

12 2.1.2 Peraturan Baris Berbaris (PBB) Peraturan Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup bermasyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Maksud dan tujuan dari PBB adalah untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, selain itu secara tidak langsung juga dapat menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan. Rasa persatuan disini menekankan pada rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan proses pembinaan. PBB juga dapat melatih dan memupuk kedisiplinan yang dapat berfungsi untuk melakukan sesuatu dengan aturan. Selain itu, juga dapat menanamkan rasa tanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah menjadi beban yang harus diemban. Untuk memunculkan sikap seperti yang telah dipaparkan juga memerlukan waktu yang yang cukup dan pembinaan dilakukan secara teratur. Karena perlu adanya tingkat kebiasaan. Hal-hal itu nantilah yang hasilnya dapat menghasilkan tingkat kepercayaan diri yang baik.

13 2.1.3 Narapidana Dalam kehidupan bermasyarakat tidak jauh dari tindakan sebuah pelanggaran. Setiap pelanggaran pasti akan mendapatkan suatu sanksi sesuai dengan pelanggaran apa yang telah dilakukan. Sanksi hukum sendiri yang ada di Indonesia bermacam-macam. Hukum adat dan hukum negara, bahkan hingga hukum tertulis maupun tidak tertulis. Pelaksanaan hukuman bagi para pelanggar setelah mendapatkan putusan dari ketua adat atau hakim. Hukum di Indonesia sendiri terbentuk dari gabungan dari hukum-hukum yang ada di Indonesia. Pelanggar yang sudah mendapatkan putusan sanksi nantinya akan dimasukkan di Lembaga Pemasyarakatan untuk mendapatkan pembinaan. Keputusan yang diambil berdasakan dengan hukum pidana. Hukum pidana merupakan bagian dari hukum yang berlaku disuatu negara, yang berisi tentang aturan-aturan untuk menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai sanksi berupa pidana bagi individu yang melanggar. Di masyarakat menyebut tahanan dari tindak pidana dengan sebutan narapidana. Secara umum narapidana berarti orang yang melakukan tindak pidana. Berdasarkan UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Sedang pengertian terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan

14 Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab (UU No. 12 Tahun 1995 pasal 2). Dalam UU No.12 Tahun 1995 pasal 5 mengenai pembinaan. Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas : a. Pengayoman b. Persamaan perlakuan dan pelayanan c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan harkat dan martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan g.terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orangorang tertentu. Dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah individu yang dalam suatu konteks, perilakunya dianggap menyimpang dari aturan atau norma yang ada sehingga perlu diberikan suatu sanksi untuk memberikan efek jera dan merubah sikapnya dengan mendapatkan suatu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.

15 2.2 Fokus Fenomena yang ada saat ini bahwa dunia luar yang sudah menganggap bahwa narapidana adalah simbol dari tindakan yang tercela dan menyimpang dari norma hukum dan masyarakat menjadi beban mental tersendiri bagi narapidana. Tidak jarang ketakutan yang sangat besar dialami narapidana ketika selesai menjalani masa tahanan. Perlu dipupuknya mental dengan mengembalikan kepercayaan diri narapidana dengan pembinaan yang terarah dan teratur untuk mengembalikan kepercayaan diri. PBB adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata hidup displin dalam masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tersebut. Dan merupakan salah satu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan maksud dan tujuannya salah satunya adalah untuk mengembalikan rasa kepercayaan diri (Self Confidence) dari narapidana. Berdasarkan hal tersebut datas maka Praktek Kerja Nyata yang dilakukan oleh penulis pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya ini adalah tentang Program Pelatihan PBB sebagai peningkatan Self Confidence pada Narapidana (NAPI) LAPAS Porong Klas I Surabaya. Sehingga penulis dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan program pelatihan PBB terhadap meningkatkan self confidence narapidana.

16 2.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Nyata (PKN) ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 2 Juli 2012 sampai dengan 31 Juli 2012. Kegiatan PKN dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya yang berlokasi di Desa Macan Mati Kecamatan Kebon Agung, Porong, Kabupaten Sidoarjo. 2.4 Rencana Kegiatan Tabel 1 Waktu minggu hari 1-2 Kegiatan Perkenalan dan penggalian informasi Keterangan Mengetahui pihak yang bersangkutan dengan kegiatan di LAPAS, mengetahui gambaran umum mengenai kondisi dan kegiatan di LAPAS. 1 2 4 Observasi Penggalian informasi terkait kondisi dan kegiatan di LAPAS dengan cara mengamati kegiatan yang sedang dilaksanakan. 5 Menyesuaikan dengan kegiatan di LAPAS Mengikuti Kegiatan yang ada dalam lapas mengikuti fokus penggalian informasi. 2 1 2 Wawancara Penggalian informasi dengan menggunakan metode wawancara kepada subjek dan pihak

17 3 4 5 3 1 4 5 4 1 5 Memberikan pelatihan PBB Menyesuaikan dengan kegiatan di LAPAS Memberikan pelatihan PBB Menyesuaikan dengan kegiatan di LAPAS Konseling individu lapas yang sesuai dengan judul. Penggalian informasi melalui pelatihan PBB. Mengikuti Kegiatan yang diberikan oleh psikolog di LAPAS. Penggalian informasi melalui pelatihan PBB. Mengikuti Kegiatan yang diberikan oleh psikolog di LAPAS. Penggalian informasi menggunakan teknik konseling secara personal terkait dengan judul. Menyesuaikan Mengikuti Kegiatan yang diberikan oleh 5 1 dengan kegiatan LAPAS di psikolog di LAPAS. 2 Perpisahan Perpisahan dengan penghuni dan pegawai di LAPAS.

18 2.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan judul yang diambil dalam PKN ini adalah Program Pelatihan PBB sebagai peningkatan Self Confidence pada Narapidana (NAPI) LAPAS Porong Klas I Surabaya. Maka penulis melakukan beberapa metode pelaksanaan kegiatan yang berfungsi untuk pengumpulan data, yaitu : a. Metode Pemilihan Subyek Pemilihan subyek berguna untuk mempermudah penulis dalam melaksanakan program kerja mengingat bahawa tidak memungkinkan penggunaan seluruh subyek dalam populasi. Pemilihan sample ini dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling dimana subyek mengikuti pernah dan masih mengikuti Program Pelatihan PBB. b. Observasi Observasi dilaksanakan saat subyek mengikuti kegiatan PBB atau kegiatan yang lainnya sehari-hari. Dilihat dari tingkah laku dan tata sikapnya. c. Memberikan PBB (Peraturan Baris Berbaris) Program Pelatihan PBB adalah program di Lembaga Pemasyarakatan. Penulis dalam praktek kerja nyata ikut membantu dalam memberikan pelatiahn PBB. Sesuai dengan pengalaman yang dimiliki penulis untuk memberikan variasivariasi dalam PBB. Selain itu juga sarana untuk menunjang penggalian data Praktek Kerja Nyata.

19 d. Wawancara Wawancara merupakan interaksi yang dinamis anatara dua orang atau lebih yang memunculkan komunikasi interpersonal antara pihak-pihak yang bersangkutan, yang memiliki tujuan dan mempunyai rencana untuk fokus terhadap topik yang spesifik. Dalam PKN, penulis melakukan wawancara kepada 3 subyek narapidana dan beberapa informan yang berasal dari pembina dan pegawai Lembaga Pemasyarakatan. Metode pelaksanaan kegiatan dengan wawancara ini diharapkan dapat mengetahui emosi terdalam, keyakinan, perasaan dan perilaku subyek, sehingga memberikan jawaban sebenarnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.