BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI...

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

ETIKA DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PENDAHULUAN Latar Belakang

Nama:Rendra Styawan NIM: PENCEMARAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran limbah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, dikarenakan masuknya era globalisasi. Pembuangan limbah terkadang kurang menjadi perhatian oleh para pemilik industri, padahal hal tersebut adalah hal yang paling penting untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri. Kasus pencemaran limbah cair yang marak di Indonesia membuat sulitnya menemukan air bersih. Kualitas air harus terjaga dengan baik agar dapat digunakan oleh manusia. Limbah industri merupakan 50 % dari beban pencemaran daerah aliran sungai yang pada akhirnya merupakan pula beban pencemaran bagi perairan pantai (Atmakusumah, dkk. 1996: 193) Penyakit kolera di beberapa negara berkembang dan negara industri dilaporkan terjadi secara berkala. Selokan pada instalasi layanan rumah sakit tempat pasien kolera dirawat, tidak selalu dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah yang efisien, dan terkadang jaringan saluran perkotaan belum terbentuk, walaupun hubungan antara penyebaran kolera dan metode pembuangan limbah cair tidak aman belum banyak dikaji dan didokumentasikan. Pembuangan 1

2 limbah cair yang tidak aman diduga kuat turut berkontribusi dalam penyebaran kolera (Pruss, 1999: 140). Pencemaran air tidak selalu identik dengan ancaman penyakit maupun ancaman kepunahan bagi semua spesies, seperti bahan kimia tertentu yang terbuang ke dalam lingkungan air dapat menjadi makanan ganggang air. Ganggang air tidak mati atau punah, akan tetapi ganggang air menjadi makanan ikan dan ikan menjadi makanan manusia. Rantai makanan tersebut ada dua hal yang terjadi, yaitu secara positif ganggang membersihkan air dari kontaminasi bahan kimia beracun, akan tetapi melalui rantai makanan, racun kimia yang terkandung dalam ganggang akhirnya sampai kepada manusia yang membahayakan kesehatannya (Borrong, 2000. 86). Uraian diatas menunjukan bahwa pencemaran limbah cair sangat berbahaya bagi makhluk hidup secara langsung maupun tidak langsung. Pencemaran limbah cair harus dikendalikan karena selain merugikan manusia, juga akan berpengaruh terhadap organisme yang ada di dalam air, selain dari bahan buangan proses sisa industri, limbah cair juga berupa feses dan urine manusia. Pembuangan feses dan urine, apabila disalurkan ke air sungai maka air akan terkontaminasi oleh bakteri sebagai sumber penyakit dan tentunya menimbulkan bau yang tidak sedap. Air yang terkontaminasi oleh bakteri sangat tidak layak apabila dikonsumsi oleh manusia. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal seharusnya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Manusia pada dasarnya bersifat egoistis yaitu mementingkan dirinya sendiri. Salah satu fungsi kebudayaan pada umumnya dan agama pada khususnya

3 ialah mengurangi sifat egoistis ini dan mendorong orang untuk mau berkelakuan baik untuk kepentingan umum, karena lingkungan hidup memberi layanan kepada masyarakat umum, berbuat baik untuk lingkungan hidup merupakan perbuatan untuk kepentingan umum. Perbuatan pro-lingkungan bersifat juga pro-sosial, tetapi faktanya ialah tidak ada atau sedikit sekali orang yang mau mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan lingkungan hidup, termasuk untuk makhluk hidup bukan manusia ataupun lingkungan sekitar yang tidak hidup atau benda mati (Soemarwoto, 2001:87). Teori etika lingkungan dalam hal ini diharapkan mampu menimbulkan pemahaman baru terhadap masalah lingkungan hidup yang tidak terpisah dari kosmologi tertentu yang dalam kenyataannya tidak menumbuhkan sikap eksploitatif terhadap alam lingkungan. Pengembangan etika lingkungan hidup perlu untuk mengendalikan adanya perubahan secara mendasar dari pandangan kosmologis yang menumbuhkan sikap hormat dan bersahabat dengan alam lingkungan, tetapi masalah krisis lingkungan tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan hidup, apabila sudah menyangkut kesejahteraan umum masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan melakukan tidakan terhadap pelanggarnya (Sudriyanto dalam Santosa, 2000: 67-68). Bantul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan dan terdiri dari 75 desa. Bantul merupakan kabupaten dengan berbagai sentra industri. Penduduk di Bantul yang semakin meningkat

4 jumlahnya, semakin meningkat pula aktivitas-aktivitas yang menghasilkan limbah, seperti membuang limbah cair ke lingkungan tanpa melalui proses pengolahan seperti penyaringan, atau netralisasi, sehingga dapat mengakibatklan penurunan kualitas air. Sentra industri-industri yang marak di Bantul sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Bantul, akan tetapi kepedulian terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah hasil industri juga harus menjadi perhatian yang utama. Salah satu bentuk kepedulian tersebut seperti yang dilakukan oleh kelompok tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta dengan pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas di beberapa lahan milik anggota kelompok tersebut (Sumber: Program Sektor Sanitasi Kabupaten Bantul, 2011). Pembuatan instalasi pengolahan air limbah biogas, digunakan untuk mengolah limbah cair dari pengolahan tahu sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Sebelum adanya instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas di kelompok tahu Ngudi Lestari, pembuangan dilakukan di sungai Progo melalui saluran irigasi ataupun secara langsung, dan di lahan rumah. Pembuangan yang dilakukan tanpa melalui proses akan mempengaruhi kualitas air sumur dan sungai, sehingga apabila dikonsumsi oleh warga menyebabkan sakit perut dan gatal-gatal. Selain mengakibatkan penurunan kualitas air, juga menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga terjadi pencemaran udara (Wardana dalam Mardiana, 2008: 13). Pengendalian dan pengelolaan limbah mempunyai beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab kegiatan industri yaitu diatur dalam kep. No 51/MenLH/10/1995 pasal 6. Salah satu isi peraturan tersebut adalah

5 melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang ditetapkan (Effendi, 2003: 15). IPAL biogas sebagai solusi dari masalah limbah cair tahu agar kualitas air tetap terjaga dan terjadi keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan limbah cair tahu melalui instalasi pengolahan air limbah biogas menghasilkan gas merupakan suatu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya dan langkanya bahan bakar minyak. Penelitian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dilakukan di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. Kelompok tersebut merupakan kelompok yang pertama kali mempunyai IPAL biogas yang berada di lahan milik bapak Mungin Hadi Prayitno pada tahun 2005, kemudian seiring berjalannya waktu kelompok tersebut mempunyai 9 IPAL biogas yang mendapatkan dana dari berbagai pihak, seperti Universitas Gadjah Mada, kecamatan Srandakan dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat. Kecamatan Srandakaan yang terkenal banyak sekali industri tahu, ada beberapa industri yang tidak membuat IPAL biogas, sehingga limbah cair tahu dibuang di sembarang tempat dan menimbulkan pencemaran air dan udara. Penelitian ini diharapkan bisa memberi inspirasi pada industri lainnya untuk peduli akan pengendalian pencemaran limbah. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas sebagai solusi dalam pengendalian pencemaran limbah cair tahu jika dikaji dari Ekosentrisme merupakan kepeduliaan terhadap lingkungan dari masyarakat kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul

6 Yogyakarta. Ekosentrisme merupakan salah satu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada seluruh komunitas alam semesta, baik yang hidup maupun tidak hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas alam semesta. Salah satu versi teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology memusatkan perhatian pada semua spesies termasuk spesies bukan manusia, demikian pula Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian jangka pendek, tetapi jangka panjang, maka prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekosistem (Keraf, 2006: 75-76). Kasus yang menjadi perhatian pada Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta yaitu kualitas air tanah, sungai dan juga udara harus bersih dan terjaga dari pencemaran limbah cair hasil pengolahan tahu. Air tanah, sungai dan udara merupakan benda abiotik atau benda mati, walaupun begitu benda abiotik juga perlu diperhatikan karena termasuk dalam komunitas ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Jadi sesuai dengan pemikiran Ekosentrisme yang memandang seluruh komunitas ekosistem. Kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab moral kelompok pengrajin tahu Ngudi lestari terhadap upaya pengendalian limbah cair dengan pengadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas

7 perlu diapresiasi dan dicontoh bagi para pemilik industri yang belum mempunyai IPAL. 2. Rumusan Masalah Uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana proses pengolahan air limbah cair tahu dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas pada kelompok pengrajin tahu (Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta)? b. Apa pengertian dan esensi teori etika lingkungan Ekosentrisme? c. Apa refleksi kritis Ekosentrisme dalam pengendalian pencemaran limbah tahu pada kelompok pengrajin Ngudi Lestari melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas? 3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Limbah Cair Tahu Dalam Kajian Ekosentrisme (Studi Kasus Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta) sejauh penelusuran yang penulis lakukan belum pernah menemukan penelitian yang sama persis. Penelitian yang mirip dengan objek formal ataupun objek materi yaitu diantaranya sebagai berikut:

8 a. Iwan Setiawan, 2004, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Peran Etika Lingkungan Hidup dalam Industri Pertambangan di Indonesia, berisi tentang peran teori etika lingkungan hidup yang berpihak pada alam seperti (Biosentrisme, Ekosentrisme, Hak Asasi Alam dan Ekofeminisme) dengan berbagai prinsip prinsip moralnya sangat diperlukan sebagai pedoman guna membatasi tindakan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, khususnya mineral melalui industri pertambangan, sehingga industri pertambangan di Indonesia dapat mendukung program pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. b. Davit Oktiyadi, 2006, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Relevansi Konsep Ecosophy dalam Etika Ekosentrisme sebagai Alternatif Atas Krisis Ekologis di Indonesia, berisi tentang konsep ecosophy yang mengandung nilai-nilai keselarasan, keharmonisan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dan alam digunakan untuk perubahan mendasar dan radikal dalam level ideologi, ekonomi, politik, dan social, sekaligus revitalisasi dan reorientasi kearifan lokal yang telah berkembang di daerah-daerah. c. Arif Wibowo, 2011, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Kebijakan Pembangunan Potensi Lokal Desa Donokerto ditinjau dari Etika Lingkungan Ekosentrisme, berisi tentang Ekosentrisme yang diterapkan dalam pembangunan potensi lokal di desa Donokerto agar terciptanya desa yang mandiri dengan membina

9 hubungan keselarasan antara manusia dengan masyarakat, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan generasi penerus. d. Novri Sartika Anggraeni, 2011, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Etika Lingkungan dalam Kehidupan Asrama Mahasiswi Syantikara menurut Perspektif Ekosentrisme Ane Naess, berisi tentang pengelolaan lingkungan Asrama Syantikara dengan menggunakan teori etika ekosentrisme Naess yang didasarkan pada Deep Ecology. e. Agha Bukhari, 2012, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Konservasi Hutan Suku Baduy di Banten dalam Perspektif Teori Etika Lingkungan Ekosentrsime, berisi tentang kehidupan suku Baduy yang pro akan Ekosentrisme yang dapat dilihat dalam proses konservasi hutan dengan melakukan tahapan-tahapan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi, perencanaan, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. f. Agus Fita Yudyanto, 2012, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) PT Sri Rejeki Isman Tekstil terhadap Lingkungan Sekitar dari Perspektif Ekosentrisme, berisi tentang kebijakan PT Sri Rejeki Isman Tekstil dalam pelestarian lingkungan dengan menerapkan pemikiran Ekosentrisme sehingga dalam pelaksanaan produksinya berupaya untuk tetap mempertahankan

10 semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. g. Zainal Fadri, 2014, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Rawa Buatan dalam Pelestarian Sumber Daya Air dalam Kajian Etika Lingkungan Ekosentrisme, berisi tentang pengelolaan air dengan rawa buatan merupakan suatu bentuk perwujudan Deep Ecology dalam mengatasi isu krisis lingkungan. h. Mardiana, Hayya. 2008. Tesis S2 Ilmu Lingkungan, dengan judul: Kajian Kerusakan Akibat Kegiatan Industri Tahu terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah (Kasus Di Kawasan Sentra Industri Tahu Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul), berisi tentang kualitas air tanah di kawasan sentra industri tahu desa Trimurti kecamatan srandakan kabupaten Bantul menurun yang disebabkan oleh limbah hasil pengolahan tahu, sedangkan penelitian ini membahas tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari yang merupakan cara konvensional sebagai pengendali pencemaran, khusus di Gunung Saren Trimurti Srandakan Bantul. Penelitian ini membahas tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair dari hasil pengolahan tahu dalam kajian Ekosentrisme (Studi Kasus Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta), sehingga kualitas air sungai, air sumur dan udara dapat terjaga kebersihannya. Jadi penulis

11 berani menjamin bahwa penelitian ini benar-benar asli yang dilakukan oleh penulis. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam kajian lingkungan dan menjadi solusi dalam mengatasi pencemaran limbah organik. b. Bagi filsafat Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya studi filsafat dalam mengkaji dan mengembangkan mata kuliah etika lingkungan. c. Bagi bangsa dan negara Penulis berharap dengan adanya penelitian ini yang dipublikasikan dapat menggugah masyarakat agar timbul kesadaran moral untuk peka dan peduli terhadap lingkungan. Khususnya untuk para pemilik industri agar memperhatikan dalam proses pembuangan limbah industri. Salah satunya dengan membuat instalasi pengolahan air limbah biogas seperti yang dilakukan oleh kelompok perajin Tahu Budi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta yang sangat peduli dengan lingkungan.

12 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengungkapkan jawaban dari permasalahan yang telah terangkum dalam rumusan masalah, yaitu: 1. Memaparkan penjelasan secara mendalam tentang proses pengolahan limbah cair tahu dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas pada Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. 2. Menjelaskan tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai teori etika yang menjelaskan manusia wajib menjaga dan melindungi makhluk hidup maupun benda mati seperti sungai dan lain-lain, dan ketika lingkungan terjaga maka kelangsungan hidup manusia akan terjamin. 3. Menganalisis penerapan pemikiran teori etika Ekosentrisme dalam pengendalian pencemaran limbah cair tahu melalui instalansi pengolahan air limbah (IPAL) biogas kelompok pengrajin Tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. C. Tinjauan Pustaka Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas merupakan model tempat pengolahan limbah cair organik yang akan mengalami proses anaerobik sehingga menghasilkan gas. Tujuan utama dari IPAL biogas adalah mengendalikan pencemaran limbah cair organik agar tidak mencemari lingkungan. Biogas yang dihasilkan dari IPAL biogas dapat dimanfaatkan secara optimal yaitu untuk

13 kebutuhan rumah tangga seperti memasak dan untuk penerangan (Yunus, 1995: 77). Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari merupakan IPAL biogas pertama di Kecamatan Srandakan. IPAL biogas dibangun untuk mengatasi pencemaran limbah cair tahu. DEWATS (Decentralized Waste Water Treatmen System) yang memberi bantuan berupa dana untuk membangun IPAL biogas (Sumber: Kecamatan Srandakan, 2008). Komponen-komponen kimia dalam air limbah dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri atas senyawasenyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintesis, bahan-bahan organik, dan gas. Zat-zat organik yang terdapat di dalam air dalam kadar rendah dan hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain masalah rasa dan bau. Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses pengolahan air bersih yang lebih kompleks menurunkan kandungan oksigen, serta menyebabkan terbentuknya substansi-substansi beracun (Siregar, 2005: 15-16). Zat-zat organik di dalam limbah cair tahu akan diolah melalui IPAL biogas sehingga menjadi biogas. Penanganan limbah cair meliputi berbagai proses yaitu penyaluran, pengumpulan, pengolahan limbah cair, serta pembuangan lumpur yang dihasilkan. Penanganan limbah cair merupakan hal yang penting karena berhubungan dengan masalah pencemaran lingkungan, baik kontaminasi sungai, kontaminasi air permukaan, maupun kontaminasi air tanah yang diakibatkan oleh limbah cair

14 rumah tangga, limbah cair pertanian, dan limbah cair industri. Pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air akan menimbulkan masalah kesehatan sehingga perlu dibangun fasilitas pengolahan air limbah cair (Soeparman dan Suparmin, 2001: 91). Fasilitas tersebut salah satunya adalah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas. Penanganan limbah cair dari jenis dan jumlah proses pengolahan limbah cair bergantung pada kualitas influen dan pemanfaatan efluen limbah cair. Jenis teknologi yang digunakan bergantung pada analisis kualitas limbah cair serta penggunaan efluen. Efluen limbah cair dengan konsentrasi tinggi yang dibuang di sungai dapat dimanfaatkan sebagai air baku minum, namun memanfaatkan air tersebut menuntut proses pengolahan yang lengkap dibandingkan limbah cair yang dibuang ke dalam saluran irigasi untuk pertanian (Soeparman dan Suparmin, 2001: 92). Limbah tahu dibedakan dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai dan sisa saringan sari kedelai yang disebut ampas tahu. Kedua jenis limbah tersebut harus ditangani agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Kotoran hasil pembersihan kedelai berupa tanah, kerikil, potongan-potongan tangkai, dan kotoran lainnya ditampung, lalu dibuang ketempat pembuangan sampah. Limbah padat berupa kulit biji kedelai dan ampas tahu ditangani secara terpisah karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau ampas tahu diolah menjadi tempe gembus atau oncom, sedangkan untuk limbah cair dari hasil industri tahu pada suhu rata-rata berkisar 40-60 c. Suhu tersebut lebih tinggi

15 dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan membahayakan kelestarian lingkungan hidup apabila pembuangan dilakukan secara langsung tanpa proses (Suwarno dan Yan, 2001: 60-61). Proses pengolahan limbah cair tahu dalam IPAL biogas yaitu pemisahan benda-benda kasar yang terdapat dalam air buangan pada bak digester, dengan cara penyaringan atau pemisahan padatan pada tahap awal sebelum air limbah diproses lebih lanjut pada bak peluapan, bak perata, dan bak reactor. Proses pemisahan pada bak digester mengurangi jumlah benda-benda kasar (padat) yang terdapat dalam air buangan dapat menurunkan kadar polutan. Proses pengolahan limbah cair tahu pada bak digester mengalami proses anaerobik dengan kedap udara sehingga menghasilkan biogas (Pramudyanto, 1991: 16). Arahan dan strategi pengolahan lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta dapat dilakukan dengan pendekatan bersifat fisik seperti pembangunan IPAL biogas untuk mengatasi limbah dan pendekatan nonfisik dengan menekankan pembinaan kepada masyarakat pengrajin tahu yang lain, sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Pendekatan lebih cenderung pendekatan kelembagaan menyangkut tugas pokok fungsi pemerintahan daerah kabupaten bantul, baik melalui pembangunan IPAL ataupun pembinaan sosial budaya sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas air yang disebabkan oleh limbah cair (Mardiana, 2008: 106).

16 D. Landasan Teori Kehancuran lingkungan disebabkan oleh profanasi dan eksploitasi alam secara besar-besaran. Keserakahan dan keangkuhan manusia perlu dikoreksi dengan pola pikir baru, misalnya dengan mengangkat kembali kearifan-kearifan lokal yang menghormati alam (Sunarko dan Eddy, 2008: 189). Sikap menjaga dan melindungi alam agar tidak rusak adalah wajib karena apabila manusia mementingkan dirinya sendiri untuk mencapai kebahagiaan dengan memanfaatkan alam secara besar-besaran maka ekosistem akan mengalami kehancuran. Alam merupakan penopang kehidupan, maka alam patut dihargai dan diperlakukan dengan baik. Manusia harus menjaga dan memelihara alam untuk kepentingan bersama atau kepentingan semua. Inilah yang ditekankan oleh etika ekosentrisme (Borrong, 2000: 153). Manusia dianggap lebih unggul dari makhluk lainnya, oleh karena itu manusia wajib untuk tidak memanfaatkan alam secara berlebihan. Konsep Ekosentrisme menggagas manusia sebagai bagian dari alam ciptaan. Kesetaraan manusia dengan semua ciptaan lainnya dan tugasnya adalah memelihara relasi harmonisnya dengan alam. Kesetaraan manusia dengan hewanhewan adalah dalam hal sumber kehidupan. Sama seperti semua hewan, demikianlah manusia merupakan makhluk hidup, dengan ciptaan abiotik lainnya. Manusia dalam kitab kejadian mempunyai arti tanah atau bumi. Manusia memiliki kesetaraan dengan ciptaan-ciptaan lainnya, baik yang abiotik maupun yang biotik, mungkin ungkapan klasik orang Dayak misalnya mengungkapkan

17 kesetaraan alkitabiah, yakni kami tidak tinggal di hutan, kami adalah hutan. Etika Ekosentrisme perlu memperhatikan kebijakan lokal akan menunjukan kedekatan manusia dengan alam sekaligus merupakan kekuatan resistensi untuk melawan kebijakan manipulatif dari pihak asing, termasuk pemerintah pusat (Sunarko dan Eddy, 2008: 194-195). Ekosentrisme menempatkan alam itu sendiri menjadi pusat dari alam semesta, karena manusia adalah bagian dari alam, maka manusia itu tidak jauh berbeda dibandingkan dengan makhluk lain yang juga bagian dari alam. Makhluk dalam definisi pemikiran Ekosentrisme juga mencakup benda mati. Benda mati seperti batu, tanah, air, dan udara juga merupakan makhluk yang setara dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam tidak hanya merupakan hubungan antara makhluk yang lebih mulia dengan makhluk yang rendah. Pandangan Ekosentrisme memaksa manusia untuk juga menerapkan prinsip moralitas dan hubungan etika dengan alam yang terdiri dari hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung air, dan lain-lain (Faisal, 2010: 178). Manusia mempunyai martabat khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai tanggung jawab moral terhadap lingkungan, walaupun manusia termasuk alam dan sepenuhnya dapat dianggap sebagai bagian alam, namun hanya manusia yang sanggup melampaui status alaminya dengan memikul tanggung jawab. Tanggung jawab dalam konteks ekonomi apabila dikaitkan dengan adanya industri tahu adalah melestarikan lingkungan hidup atau memanfaatkan sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan

18 tidak dikurangi, tetapi bermutu sama seperti sebelumnya (Bertens, 2000: 325-326). Gerakan teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilemma etis ekologis. Hal yang paling penting dalam Ekosentrisme adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto dalam Santosa, 2000: 71-72). E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan model penelitian masalah aktual dilakukan, melalui studi pustaka dan diperkuat dengan wawancara dan observasi lapangan. Wawancara dan observasi lapangan dilakukan di kelompok pengrajin Tahu Budi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta tentang Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dari limbah tahu sebagai pengendali pencemaran lingkungan sebagai objek material, sedangkan teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai objek formal (Kaelan, 2005: 292). a. Sumber Primer Sumber primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi di lapangan dan juga buku-buku yang berkaitan

19 dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas. Buku-buku yang membahas limbah cair tahu dapat juga dijadikan sebagai acuan. Sumber tersebut antara lain: 1.) Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius. 2.) Mardiana, Hayya. 2008. Kajian Kerusakan Akibat Kegiatan Industri Tahu terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah (Kasus Di Kawasan Sentra Industri Tahu Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul). Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 3.) Sarwono, B dan Yan Pieter Saragih. 2001. Membuat Aneka Tahu. Bogor: PT Penebar Swadaya, anggota Ikapi Redaksi. 4.) Siregar, sakti.a. Instalasi Pengolahan Ar Limbah. 2005. Yogyakarta: Kanisius. 5.) Yunus, Mokhammad. 1995. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah Mada University Press. 6.) Data dari Kecamatan Srandakan tentang IPAL Biogas yang berada di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta serta pemberi dana pembuatan IPAL Biogas tersebut.

20 b. Sumber Sekunder Sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah referensi yang diperoleh dari berbagai tulisan, artikel, jurnal atau makalah, juga internet. Sumber tersebut antara lain : 1.) Attfield, Robin. 2010. Etika Lingkungan Global. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2.) Borrong, Robert. P. 2000. Etika Bumi Baru. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 3.) Faisal. K, Moch. 2010. The End Of Future (rahasia di balik peperangan, kehancuran dan kiamat di masa depan). Jakarta: NF Media Center. 4.) Keraf, Sonny. 2006. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 5.) Sunarko. A, OFM. A Eddy Kristyanto, OFM. 2008. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi. Yogyakarta: Kanisius. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inventarisasi dan kategorisasi: pengumpulan data kepustakaan yang berkaitan dengan objek material maupun objek formal penelitian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, dan juga data hasil penelitian dilapangan berupa wawancara. Data kepustakaan dan penelitian di lapangan berupa wawancara tentang Instalasi Pengolahan

21 Air Limbah (IPAL) biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair tahu studi kasus kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta, sehingga memperoleh gambaran lengkap tentang latar belakang adanya IPAL biogas, proses pengolahan air limbah maupun biogas yang dihasilkan sebagai objek material, dan memperoleh gambaran lengkap dan menyeluruh tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai objek formal. b. Klasifikasi: setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokan data menjadi bagian data primer dan sekunder. c. Analisis-sintesis: menganalisa data, baik yang berasal dari data primer maupun data sekunder. Data yang sekiranya kurang relevan akan dieliminasi, sedangkan data yang sesuai dengan gagasan serta memperkuat penelitian akan disintesiskan. d. Evaluasi kritis: setelah melalui tahapan analisis-sintesis, dilakukan verifikasi data dan gagasan atas penelitian ini sehingga menghasilkan pemaparan hasil yang kritis secara berimbang dan objektif. 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat metode Kaelan (2005: 297-299), sebagai berikut: a. Verstehen: data yang dikumpulkan dipahami berdasarkan karakteristik masing-masing. Penulis memahami IPAL biogas sebagai upaya

22 pengendalian lingkungan, serta memahami makna teori etika lingkungan Ekosentrisme, sehingga mendapat gambaran tentang objek material dan objek formal. b. Interpretasi: dalam data yang diperoleh, penulis akan mencoba menemukan gambaran yang jelas dan mendalam tentang hal-hal yang melatar belakangi adanya IPAL Biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair tahu studi kasus kelompok perajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta, proses pelaksanaan IPAL Biogas, Manfaat IPAL Biogas, kondisi lingkungan sesudah dan sebelum adanya IPAL Biogas, peran masyarakat dalam pengadaan dan perawatan IPAL Biogas. Gambaran yang jelas dan mendalam dari data yang diperoleh selanjutnya ditinjau menggunakan perspektif teori etika lingkungan Ekosentrisme. c. Hermeneutika: penulis berusaha menangkap makna esensial dari teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang IPAL bioagas sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah cair dari industri tahu. d. Holistika: melihat data secara keseluruhan terutama tentang IPAL Biogas dan peranan masyarakat kelompok perajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta dalam pengendalian pencemaran lingkungan serta analisa teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang pengendalian pencemaran limbah cair lalu dilakukan penyimpulan.

23 F. Hasil Yang Telah Dicapai Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh penjelasan yang mendalam tentang proses pengolahan air limbah tahu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. 2. Memperoleh penjelasan tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme. 3. Memperoleh pemahaman mengenai pandangan teori etika Ekosentrisme tentang pengendalian limbah cair hasil pengolahan tahu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas. G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang pengenalan tentang latar belakang adanya IPAL Biogas di kelompok perajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta, kemudian akan dijelaskan tentang proses pengolahan limbah cair tahu pada IPAL Biogas, uraian tentang kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya IPAL biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta, manfaat Instalasi

24 Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas, serta dijelaskan tentang kepedulian warga gunung saren terhadap limbah cair tahu serta dalam pembuatan ipal biogas. Bab III berisi uraian mengenai teori etika lingkungan Ekosentrisme. Namun juga akan diuraikan tentang pengertian etika lingkungan, ekologi dan manusia, pencemaran dan krisis lingkungan, teori-teori etika lingkungan. Bab IV berisi tentang penerapan pandangan Ekosentrisme dalam menilai adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair dari hasil pengolahan tahu, serta dijelaskan upaya pengelolaan limbah tahu dengan IPAL biogas. Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran dengan menjelaskan secara garis besar pembahasan penelitian.