FERTILITAS MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BANJARKEMUNING KABUPATEN SIDOARJO. Singgih Susilo 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

Budijanto. Kata Kunci : Fertilitas, sosial, ekonomi, budaya dan demografi

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara


BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

METODE PENELITIAN. sekarang, yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

KONDISI SOSIAL EKONOMI

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM KELUARGA KECIL PADA MASYARAKAT KECAMATAN BUAH DUA KABUPATEN SUMEDANG

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice):

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Metode penelitian

Faktor Karakteristik Keluarga, Tingkat Fertilitas dan Pemakaian Kontrasepsi

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fenomena di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI

Transkripsi:

FERTILITAS MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BANJARKEMUNING KABUPATEN SIDOARJO Singgih Susilo 1 E-mail: singgih.susilo.fis@um.ac.id Abstrak: Masalah kependudukan masih didominasi oleh jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Dua permasalahan kependudukan tersebut disebabkan oleh faktor fertilitas atau jumlah anak yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah anak lahir hidup yang dimiliki oleh rumah tangga nelayan. Desain penelitian termasuk penelitian diskriptif dengan analisa tabulasi tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fertilitas yang dimiliki oleh rumah tangga nelayan tergolong tinggi. Sebagian besar wanita atau istri nelayan melakukan nikah pertama pada umur 15-19 tahun, dengan tingkat pendidikan wanita sebagian besar SLTA. Pelaksanaan program KB di daerah penelitian tergolong baik, hal ini terbukti hampir seluruh responden menjadi akseptor KB. Pendapatan responden tergolong besar, terbukti hasil tangkapan ikan memberikan pendapatan diatas empat juta rupiah setiap bulannya. Keywords: fertilitas, rumah tangga nelayan. PENDAHULUAN Dewasa ini masalah kependudukan, khususnya di Indonesia masih manjadi isu nasional, secara umum ada lima masalah kependudukan di Indonesia, yaitu jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, persebaran penduduk yang tidak merata, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan, dan rendahnya tingkat pendidikan. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Dari ketiga faktor tersebutyang memegang peran penting dalam pertumbuhan penduduk adalah fertilitas. Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekolompok wanita yang memiliki tanda tanda kehidupan walaupun hanya satu detik. Fertilitas di Indonesia masih tergolong tinggi yakni 17 per seribu, angka ini telah turun dibandingkan dengan keadaan fertilitas pada tahun 1970, yakni sebesar 44 per seribu penduduk. Penurunan ini tidak terlepas dengan adanya program KB (Mantra, 2005). Pelaksanaan program KB yang dibantu oleh intansi-instasi terkait tidak sia -sia. Usaha besar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat itu nampak dari Angka fertilitas (TFR dan CBR) mengalami penurunan. TFR turun dari 5,6 anak per ibu padaperiode tahun1961-1971 menjadi 4,9 anak per ibu pada periode 1971 1980, menjadi 4,2 pada periode tahun 1980-1990 dan menjadi 3,2 pada periode tahun 1990-2000, namun akibat krisis moneter menurunya potensi ekonomi masyarakat terjadi peningkatan kembali menjadi 3,5. Begitu pula CBR turun dari 43,0 pada tahun 1971 1980 menjadi 38 pada tahun 1980 1990, menjadi 24 per seribu pada periode tahun 1990-2000 dan terjadi peningkatan 1 Dosen Universitas Negeri Malang 46

47 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.2, Jun 2015 menjadi 29 per seribu pada periode tahun 2000-2010. Angka pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dari 2,34% pada periode 1971 1980 menjadi 1,97 % pada periode tahun 1980 1990, diperkirakan menjadi 1,49 % pada tahun 1990-2000 dan ada sedikit kenaikan menjadi 1,50 % periode tahun 2000-2010 (BPS, 2012 ). Keadaan kependudukan, khususnya jumlah Penduduk Propinsi Jawa timur tahun 2012 sebanyak 38.052.950 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 18.740.054 jiwa dan perempuan sebanyak 19.312.896 jiwa (Pengukuran RPJMD 2009-2014). Untuk keadaan fetilitas dipropinsi Jawa timur jauh lebih rendah dibanding data Nasional. Tingkat kelahiran kasar (CBR) sebesar 16 per seribu, sedangkan Total Fertirity Rate (TFR) sebesar 2, 04, data ASFR untuk golongan usia 20-24 tahun sebesar 117. Dari data tersebut baik CBR untuk Jawa Timur dan Indonesuia masih tergolong tinggi (KK Jatim, 2014). Keadaan fertilitas pada masyarakat pedesaan menurut beberapa ahli memiliki angka yang lebih tinggi dibanding dengan masyarakat perkotaan. Apabila dari jenis pekerjaan, sector pertanian yang mendominasi tingginya tingkat fertilitas, salah satunya adalah disub sektor nelayan sebagai masyarakat pesisir. Di kawasan pesisir ini yang sebagian besar penduduknya bekerja menangkap ikan, sekelompok masyarakat nelayan adalah unsur terpenting bagi eksistensi masyarakat pesisir. Mereka mempunyai peran yang besar dalam mendorong kegiatan ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir. Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang penting, kelompok masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaannya menangkap ikan. Sebagian hasil tangkapan tersebut dikonsumsi untuk keperluan rumah atau dijual seluruhnya. Biasanya isteri nelayanakan mengambil peran dalam urusan jual beli ikan dan yang bertanggung jawab mengurus domestik rumah tangga. Aktifitas pekerjaan melaut untuk mencari ikan dilakukan secara mengelompok menggunakan perahu dan berlayar ke tengah laut sampai beberapa hari, bahkan sampai satu atau dua minggu, baru pulang ke rumah. Sampai di rumah urusan pemasaran jual beli ikan merupakan tugas istri- istri nelayan. Tingginya fertilitas pada masyarakat nelayan ini akan sangat terkait dengan model kegiatan nelayan tersebut yang melaut sampai beberapa hari bahkan satu minggu baru pulang, sehingga memunculkan kerinduan diantara suami dan istri. Kabupaten Sidoarjo memiliki daerah pantai yang luas, memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sebagai nelayan, salah satunya masyarakat di desa Banjarkemuning sebagian besar masyarakat desa tersebut 70 persen bekerja sebagai nelayan. Kegiatan istri-istri nelayan yang membantu pekerjaan suami sebagai pemasaran ikan hasil tangkapan, perlu diketahui seberapa jauh wanita tersebut khususunya PUS (pasangan usia subur) dalam mengatur jumlah fertilitas (anak yang dilahirkan hidup). Penelitian ini mengambil topik tentang Fertilitas Masyarakat Nelayan di Desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo. Hasil

48 Singgih Susilo. Fertilitas Masyarakat Nelayan Di Desa Banjarkemuning Kabupaten Sidoarjo penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai evaluasi terhadap peran masyarakat Nelayan dalam mendukungprogram pemerintah, khususnya Keluarga Berencana. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo ini bertujuan ingin mendapatkan gambaran tentang Fertilitas pada masyarakat nelayan. Oleh karena itu penelitian ini bertipe deskriptif dengan desain penelitiannya survey suatu penelitian menggunakan sampel (Arikunto,1987) Data diperoleh dengan cara wawancara terstruktur yakni suatu penelitian ketika wawancara menggunakan bantuan instrumen (kuesioner). Data yang dijaring meliputi Fertilitas, usia kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi, tingkat pendidikan,dan tingkat pendapatan. Sebagai populasi dalam penelitian adalah semua istri nelayan atau wanita nelayan yang pernah kawin dalam usia (15-49) tahun di desa Banjarkemuning, Sidoarjo. Pengambilan sampel daerah dilakukan secara pourposive sampling yaitu wanita pernah kawin yang bekerja di nelayan.sebagai responden adalah istri nelayan atau wanita pernah kawin yang bekerja disektor nelayan. Jumlah responden sebesar 80 orang. Untuk menentukan jumlah responden digunakan metode porposive sampling. Untuk menentukan siapa siapa saja yang dijadikan responden diambil dengan Systematic Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang hanya unsur pertama diambil secara random, sedang unsur lainnya diperoleh secara sistematik atau menurut pola-pola tertentu. Data yang telah terkumpul dan diolah selanjutnya dilakukan analisis data, menggunanakan analisis frekuensi atau analisa tabulasi tunggal. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang fertilitas pada masyarakat nelayan di Desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo ini menfokuskan pada diskripsi keadaan sosial ekonomi dan demografi pada masyarakat nelayan. Hasil penelitian tersaji pada uraian berikut ini. Anak Lahir Hidup (Fertilitas) Fertilitas merupakan salah satu faktor yang penting (mortalias dan migrasi) dalam mempengaruhi pertum-buhan penduduk. Fertilitas diartikan sebagai hasil nyata dari reproduksi seorang wanita yang memiliki tanda-tanda kehidupan walaupun hanya satu detik. Hasil penelitian fertilitas pada masyarakat nelayan di daerah penelitian ini yang terendah terjadi pada rumah tangga nelayan yang belum memiliki anak, dan yang tertinggi fertilitasnya pada rumah tangga nelayan yang memiliki lebih dari 4 anak. Hasil penelitian Fertilitas ini dikelompokkan menjadi 5 yang dapat dikaji seperti pada tabel berikut ini.

49 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.2, Jun 2015 Tabel 1. Jumlah dan Prosentase Responden berdasarkan Anak Lahir Hidup Di Desa Benjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, tahun 2014 No. Jumlah Anak Lahir Hidup Frekfensi Persentase 1 0 4 5 2 1 12 15 3 2 24 30 4 3 27 34 5 4 10 12,3 6 5 3 3,7 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah anak lahir hidup untuk daerah penelitian 2,45, angka ini masih tergolong tinggi. Sedangkan fertilitas terendah pada rumah tangga nelayan terjadi pada jumlah anak lahir hidup sebanyak 5 anak yakni sebesar 3,7 persen. Fertilitas tertinggi terjadi pada rumah tangga nelayan yang memiliki fertilitas sebanyak 3 anak yakni sebesar 34 persen. Rata -rata fertilitas yang dimilki oleh masyarakat nelayan di desa Banjarkemuning ini lebih tinggi dibanding tingkat fertilitas di propinsi Jawa Timur maupun tingkat fertilitas secara nasional Usia Nikah Pertama Usia nikah pertama merupakan usia pertama kali wanita tersebut menikah. Usia nikah pertama ini penting kaitanya dengan fertilitas, karena umumnya usia nikah pertama diikuti oleh usia mulai hubungan kelamin.suatu hipotesis ada hubungan terbalik antara kedua variabel ini, artinya semakin tinggi Usia Kawin pertama wanita akan semakin rendah tingkat fertilitasnya, karena alasan, semakin pendeknya masa reproduksi. Usia nikah pertama wanita pada penelitian ini dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu kurang dari 15 tahun, usia 15-19 tahun, 20-24 tahun, dan golongan umur 25-29 tahun. Untuk memperoleh gambaran umum umur kawin pertama pada wanita masyarakat nelayan di daerah penelitian bisa dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Jumlah dan Prosentase Responden berdasarkan Usia Nikah Pertama di Desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo, tahun 2014 No. Usia Nikah Pertama Frekuensi Persentase 1 < 15 tahun 18 22,50 2 15-19 tahun 37 46,25 3 20-24 tahun 16 20 4 25-29 tahun 9 11,25 Tabel tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar wanita nelayan berumah tangga pada usia antara 15 19 tahun yakni sebesar 46,25 persen, sedangkan

50 Singgih Susilo. Fertilitas Masyarakat Nelayan Di Desa Banjarkemuning Kabupaten Sidoarjo jumlah terendah terjadi pada pernikahan pertama pada usia antara 25-29 tahun yakni hanya sebesar 11,25 persen.faktor usia nikah pertama pada wanita ini sangat penting perannya karena terkait erat dengan besarnya fertilitas yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Kontruksinya dari usia nikah pertama kali wanita akan sangat terkait dengan masa usia subur, dan panjangnya masa usia subur akan sangat terkait dengan banyaknya fertilitas yang dilahirkan oleh seorang wanita. Dengan demikian usia nikah pertama wanita akan sangat mempengaruhi banyaknya fertilitas yang dimiliki oleh seorang wanita. Penggunaan Alat Kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepsi memiliki huhungan terbalikdenganbanyaknya anak yang dimiliki oleh seorang wanita, artinya pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi akan memiliki jumlah anak yang lebih rendah dibanding dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Dalam penelitian ini penggunaan alat kontrasepsi dijelaskan melalui apakah rumah tangga nelayan itu menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi digunakan oleh pasangan usia subur dari rumah tanggga nelayan akan mengkaji wanita yang menggunakan alat kontrasepsi atau wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sedangkan jenis alat kontrasepsi yang digunakan bervariasi mulai dari alat kontrasepsi yang efektif seperti IUD, sampai pada alat kontrasepsi yang paling sederhana yaitu cara sederhana (pantang berkala). Untuk mengetahui hasil penelitian pada penggunaan alat kontrasepsi bisa dikaji pada tabel paparan tabel berikut ini. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Masyarakat Nelayan di Desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo, 2014 No. Penggunaan Kontrasepsi Frekfensi Persentase 1 Menggunakan Kontrasepsi 74 92,50 2 Tidak menggunakan 6 7,50 Berdasarkan tabel tersebut bisa dijelaskan bahwa sebagian besar responden menggunakan alat kontrasepsi yakni sebanyak 92,5 persen, sisanya sebesar 7.50 persen rumah tangga nelayan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Dari hasil penelitian ini setelah ditelusuri mengapa rumah tangga nelayan tersebut tidak menggunakan alat kontrasepsi ternyata, responden tersebut masih belum mempunyai anak, yakni sebanyak 4 keluarga, dan dua keluarga beralasan ingin memiliki anak lagi. Banyaknya rumah tangga nelayan yang menggunakan alat kontrasepsiini mengindikasikan bahwa pengaturan jumlah anak yang dimiliki sudah menjadi budaya bagi masyarakat nelayan di desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo. Rumah tangga nelayan sudah memiliki pandangan bahwa memiliki anak itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mereka memandang yang diperlukan anak sebagai kualitas, bukan sebagai kuantitas.

Tingkat Pendidikan Keadaan pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan tingkat kecerdasan, sehingga digunakan sebagai indikator tingkat kemajuan masyarakat. Pendidikan dapat memepengaruhi cakrawala atau wawasan seseorang. Tingkat pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan rendah, yaitu dari tidak sekolah sampai tidak tamat SLTP, tingkat 51 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.2, Jun 2015 menengah atau pendidikan sedang yaitu SLTP hingga tamat SLTA dan pendidikan tinggi yaitu Akademi atau Perguruan Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terendah tidak tamat SD dan tingkat pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang tingkat pndidikan masyarakat nelayan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Jumlah dan Prosentase Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Banjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo, tahun 2014. No. Tingkat Pendidikan Frekfensi Persentase 1 SD 11 17,1 2 SLTP 31 38.5 3 SLTA 37 42,9 4 Perguruan Tinggi 1 1,5 Pada tabel 5.4. digambarkan bahwa wanita nelayan yang berpendidikan tamat SD sebesar 17,1%. Jumlah prosentase terendah terdapat pada wanita nelayan yang tingkat pendidikannya Perguruan Tinggi, yakni hanya 1,5% dan jumlah prosentase terbesar terjadi pada tingkat pendidikan SLTA, yakni sebesar 42,9%. Daerah penelitian merupakan daerah yang cenderung religius, sehingga banyak anak usia sekolah yang bersekolah di pendidikan pendidikan agama seperti MI, MTs maupun MAN (madrasah Aliyah Negeri). Pada umumnya siang bersekolah kalau malam belajar mengaji di pondok pesantren. Tingkat Pendapatan Pendapatan nelayan tidak lain adalah pendapatan dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan. Pandapatan diukur dengan mengetahui pendapatan yang dierima dari hasil jual ikan dalam bentuk rupiah setiap bulannya. Pendapatan rumah tangga nelayan ini sangat bergantung dari banyak sedikitnya hasil tangkapan ikannya. Berdasarkan hasil penelitian dikelompokkan menjadi 5 golongan seperti pada tabel 5.

52 Singgih Susilo. Fertilitas Masyarakat Nelayan Di Desa Banjarkemuning Kabupaten Sidoarjo Tabel 5. Jumlah dan Prosentase Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan Di Desa Benjarkemuning, Kabupaten Sidoarjo, tahun 2014. No. Pendapatam Frekfensi Persentase 1 < Rp.1000.000 2 2,5 2 Rp.1000.000-<Rp.2.000.000 17 21 3 Rp. 2000.000-<Rp.3000.000 26 32 4 Rp. 3000.000- Rp4000000 10 12 5 >Rp 4.000.000 25 32,5 Berdasarkan tabel tersebut bahwa rumah tangga nelayan di daerah penelitian yang memiliki jumlah pendapatan terbanyak adalah responden yang berpenghasilan diatas Rp 4.000.000; setiap bulannya, yakni sebanyak 32,5 persen, dan jumlah terendah terjadi pada rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari Rp.1000.000; setiap bulannya hanya sebesar 2,5 persen. Dari hasil penelitian ini yang cukup menggembirakan banyaknya rumah tangga nelayan yang berpenghasilah lebih dari Rp.4.000.000; setiap bulannya. KESIMPULAN Dari Hasil dan pembahasan penelitian ini bisa ditarik beberapa simpulan bahwafertilitas pada rumah tangga nelayan di daerah penelitian tergolong tinggi yakni rata- rata 2, 45 anak. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan fertilitas di Propinsi Jawa Timur maupun di tingkat Nasional. Usia Nikah pertama wanita bagi rumah tangga nelayan sebagian besar menikah pada usia antara 15-19 tahun.pemakaian alat kontrasepsi pada rumah tangga nelayan memiliki partisipasi tergolong tinggi hal ini dibuktikan dengan besarnya rumah tangga tersebut yangmenjadi akseptor KB. Tingkat pendidikan wanita nelayan sebagian besar sudah berpendidikan SLTA, tetapi masih jarang sekali dari istri nelayan tersebut yang berpendidikan pergurauan tinggi. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa tingkat pendapatan rumah tangga nelayan tergolong besar, yakni sebagian besar berpenghasilan diatas empat juta rupiah setiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi,1987, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT. Bina Aksara. Biro Pusat Statistik, Perkiraan Angka Kelahiran Dan Kematian. Hasil Sensus 1971 dan 1980. Jakarta, 1983. BPS, 1992. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 1990. BPS, Jakarta. Haryono Suyono, 1996 Warta Demografi Edisi Khusus 1997. LD (FEUI) Munir, Rozy, 1985. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: LDFEUI Koalisi Kependudukan;2014 Seminar Kependudukan Di BKKBN Jatim Kerjasama Kualisi Kependudukan dengan Perguruan Tinggi Jawa Timur.