AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, KABUPATEN BADUNG, BALI

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Agresi Provokasi dan Non-Provokasi pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) Terhadap Pengunjung di Kawasan Gunung Meru

SKRIPSI. PERILAKU HARIAN BURUNG JALAK BALI (Leucopsar rothschildi) PERIODE BREEDING PADA RELUNG YANG BERBEDA DI BALI BIRD PARK, GIANYAR, BALI

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

Aktivitas Harian Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara

Kadar Glukosa Darah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Luhur Uluwatu Bali

I. PENDAHULUAN. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) telah hidup berdampingan

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

STRUKTUR KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821) DAN INTERAKSINYA DENGAN PENDUDUK SEKITAR SUAKA MARGASATWA PALIYAN

Sebaran Geografi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Semenanjung Badung

Struktur populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Azhari Purbatrapsila, Entang Iskandar, Joko Pamungkas. Kata Kunci: Macaca fascicularis, pola aktivitas, stratifikasi vertikal, Pulau Tinjil

PERILAKU HARIAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus) di BALI ZOO PARK, DESA BATUAN, GIANYAR, BALI

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :47-53 ISSN : Agustus 2009

TINGKAH LAKU HARIAN KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BATU ANGUS

PERILAKU HARIAN ANAK GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumateranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG

Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura

Kata kunci : monyet ekor panjang, aspartat aminotransferase, alanin transaminase, obesitas

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

IDENTIFIKASI TINGKAH ALPHA MALE MONYET HITAM (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan dan Tingkah Laku Sosial Macaca di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

Strategi Adaptasi Macaca nigra (Desmarest, 1822) Melalui Perilaku Makan di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI PULAU BACAN, MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

SKRIPSI. Oleh Moh Galang Eko Wibowo

KAJIAN EKOLOGI, POPULASI DAN KRANIOMETRI BANGE (Macaca tonkeana) DI KABUPATEN MOROWALI SULAWESI TENGAH MOHAMAD IRFAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra H.A Pengelolaan satwa Liar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Kehutanan Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri

PERBANDINGAN AKTIVITAS HARIAN DUA KELOMPOK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO-BATUANGUS, SULAWESI UTARA

" Fakultas Kedokternn Hewtln IPB, Bogor

IV. METODE PENELITIAN

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

RIWAYAT HIDUP Kadar Kolesterol Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis) Obesitas di Pura Uluwatu Bali

Pola Aktivitas Harian Lutung (Presbytis cristata, Raffles 1821) di Hutan Sekitar Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi

VARIASI MORFOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca. fascicularis) DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO DAN TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Perilaku Agresif Monyet, Macaca fascicularis (Raffles, 1821) terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

DESKRIPSI TINGKAH LAKU TANGKASI ( Tarsius Spectrum ) SAAT MEMASUKI DI LUBANG SARANG POHON DI CAGAR ALAM TANGKOKO

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Satwa dalam mencari makan tidak selalu memilih sumberdaya yang

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

VASEKTOMI PADA MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS)DI LOKASI WISATA SANGEH

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi 2) Alumni Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi * korespodensi:

STUDI POPULASI DAN POLA PENGGUNAAN RUANG MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT ANDOKO HIDAYAT

ABSTRACT. MARIA ROSDALIMA PANGGUR. Vocal Communication of Wild Crested Macaque (Macaca nigra). Supervised by RR DYAH PERWITASARI and ANTJE ENGELHARDT.

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERILAKU AFILIASI DAN PERILAKU AGONISTIK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DEWASA DI TELAGA WARNA, BOGOR JAWA BARAT HECA WAHYUNI

KUALITAS MIKROBIOLOGIS NASI BUNGKUS DITINJAU DARI JUMLAH TOTAL MIKROBA, COLIFORM DAN

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA

METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

PREFERENSI MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI GUNUNG MERU PADANG SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH DEWI APRIANI NIM.

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

Kata kunci: Perilaku Macaca, Pasca Invasive Manusia, Pangandaran

Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN Jurnal Ilmiah. Konservasi Hayati. Papilio polytes

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (17 22)

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PARAMETER DEMOGRAFI POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) CORY WULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

PENGGUNAAN POHON TIDUR MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK DAN EKOWISATA MANGROVE PANTAI INDAH KAPUK JAKARTA

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

PENGELOLAAN SAMPAH DI DAYA TARIK WISATA WANARA WANA/ MONKEY FOREST, DESA PADANGTEGAL, UBUD

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS ADIMAS BRAMANTYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Seluruh dunia, terdapat 20 jenis spesies Macaca yang tersebar di Afrika bagian

Indonesia Medicus Veterinus Agustus (4) : pissn : ; eissn :

Transkripsi:

JURNAL BIOLOGI 19 (1) : 6-14 ISSN : 1410-5292 AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI FEEDING ACTIVITIES OF LONG-TAILED MACAQUES (Macaca fascicularis Raffles) AT LUHUR ULUWATU TEMPLE TOURISTDESTINATION, BALI Ni Made Dewi Wahyuni 1, A. A Gde Raka Dalem 2, I Ketut Ginantra 2 1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali 2 Kelompok Studi Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali Email: sustainablebali@yahoo.com INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Destinasi Wisata Luhur Uluwatu, Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode instantaneous scan sampling. Data yang diperoleh dari berbagai jenis aktivitas mendapatkan makan monyet dianalisa secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang, nampak dengan cara yang relatif tidak jauh berbeda antar waktu, dengan variasi antara 7,91-21,85%. Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet pada pagi, siang dan sore hari didominasi oleh aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (24,89; 21,14 dan 20,06%). Aktivitas mendapatkan makan yang mendominasi berbeda pada cohort (jantan dewasa, jantan remaja dan anakan). Monyet jantan dewasa didominasi oleh aktivitas mendapatkan dengan cara merebut dari wisatawan atau pengelola (22,84%), monyet jantan remaja didominasi oleh aktivitas mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet (24,16%) dan anak monyet didominasi oleh aktivitas mendapatkan makan dengan cara diberi monyet lainnya (29,63%). Aktivitas mendapatkan makan monyet betina dewasa dan remaja didominasi oleh aktivitas mendapatkan yang sama yaitu makan dari alam (25,71 dan 26,38%). Kata kunci: monyet ekor panjang, aktivitas mendapatkan makan, Bali. ABSTRACT The objectives of the research were to identify feeding activities of long-tailed macaques at Luhur Uluwatu Tourist Destination, Bali. Instantaneous scan sampling method was employed on this research. The data of various feeding type activities on macaques was descriptively and quantitatively analyzed. The results showed that the foraging activity of long-tailed macaca was relatively similar across time, which were ranged between 7.91 to 21.85%. The percentage of food searching activities in the morning, afternoon and evening were dominated by collected food from surrounding area (24.89, 21.14 and 20.06% respectively). Different cohort (adult males, juvenile males and infants) were reltively differ in gaining food. Adult males were dominate feeding activities, where food was obtained from visitors and staffs (22.84), while juvenile males were frequently gaining food from other monkeys (24.16%) as well as the infants (29.63%). On the other hand, adult and juvenile of female monkeys were gaining food mostly from surrounding habitats ((25.71 and 26.38% respectively). Keywords: long-tailed macaques, feeding activities, Bali. PENDAHULUAN Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu spesies primata yang tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Bali. Di Bali, monyet ekor panjang dapat ditemukan di hutan-hutan dengan luas wilayah yang terbatas. Monyet ekor panjang umumnya ditemukan di hutan tropis, namun spesies ini dapat pula dijumpai di habitat lainnya (Rowe et al., 1996; Supriatna dkk., 1996). Beberapa habitat yang biasanya dihuni oleh monyet ekor panjang seperti pengunungan, dataran terbuka dan hutan tropis (Collinge, 1993). Hutan di Bali yang menjadi habitat dari monyet ekor panjang sering difungsikan menjadi kawasan wisata oleh masyarakat. Monyet-monyet tersebut secara tidak langsung sering berinteraksi dengan masyarakat dan wisatawan. Mungkin keadaan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap aktivitas harian dari monyet ekor panjang (Budayasih, 1993; Sukertha, 1996). Di Bali monyet ekor panjang sering ditemukan pada habitat hutan yang terdapat pura sebagai tempat persembahyangan. Wilayah hutan yang menjadi habitat dari monyet ekor panjang ini biasanya dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh satwa ini kemungkinan 6

Aktivitas Mendapatkan Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) di Destinasi Wisata Pura Luhur Uluwatu, Bali [Ni Made Dewi Wahyuni, dkkk.] sudah berubah dari sebelumnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan manusia. Habitat hutan tersebut dapat disebut sebagai hutan semi range (Fuentes dan Garmerl, 2005). Monyet ekor panjang dapat beradaptasi pada berbagai macam kondisi terutama pada habitat yang mendapat pengaruh dari kegiatan manusia (Priyono dkk., 2012). Habitat hutan semi range pada umumnya mudah terkena penyakit endemik, karena sering terjadi interaksi antara wisatawan dengan hewan yang terdapat di dalamnya (Brotcorne et al., 2010). Destinasi Wisata Luhur Uluwatu merupakan salah satu habitat hutan semi range yang memiliki luas sekitar 8 hektar, terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Suasana sakral, religius dan alami dapat terlihat di pura ini. Salah satu daya tarik dari destinasi wisata ini adalah monyet ekor panjang dengan jumlah populasi ± 117 ekor (Kusumo, 2007). Penelitian yang telah dilakukan di Destinasi Wisata Luhur Uluwatu adalah mengenai aktivitas harian monyet ekor panjang (Kusumo, 2007). Dalam penelitian tersebut variabel yang diamati oleh peneliti dibedakan menjadi empat kelas utama, yaitu makan (feeding), bergerak (moving), istirahat (resting), dan sosial. Namun, penelitian mengenai aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang masih belum ada dan penting untuk dilakukan agar mengetahui cara mendapatkan makan monyet. Oleh karena itu penting sekali dilakukan penelitian tentang aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang pada lokasi tersebut. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di kawasan Destinasi Wisata Luhur Uluwatu, Kabupaten Badung, Bali antara bulan Desember 2013 sampai Januari 2014. Metode penelitian yang dipergunakan adalah instantaneous scan sampling (Martin and Bateson, 1993), yaitu dengan mengamati dan mencatat secara terus menerus jenis-jenis aktivitas mendapatkan makan yang dilakukan selama periode waktu tertentu, yang mana dalam penelitian ini diamati selama masing-masing 1 menit, dalam periode waktu pukul 07.00-09.00 wita di pagi hari, pukul 11.00-13.00 WITA di siang hari dan pukul 15.00-17.00 WITA di sore hari. Pengamatan dilakukan sebanyak 16 kali dalam 2 bulan, waktu pengamatan ditentukan dengan cara diacak. Variabel yang diamati dan dicatat sebagai berikut: (A) mendapatkan makan dengan cara merebut dari wisatawan atau pengelola, (B) diberi langsung oleh wisatawan atau pengelola (monyet mengambil langsung makan yang di bawa oleh wisatawan atau pengelola), (C) diberi makan dengan cara dilempar oleh wisatawan atau pengelola, (D) mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet, (E) mendapatkan makan sisa, (F) mendapatkan makan langsung dari alam dan (G) cara diberikan oleh monyet lainnya, cara mengambil makan dibedakan menjadi tujuh karena setiap monyet memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendapatkan makan. Monyet ekor panjang yang diamati berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dibedakan menjadi monyet jantan dewasa, monyet betina dewasa, monyet jantan remaja, monyet betina remaja dan monyet anakan. Pengamatan aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang dilakukan di 3 lokasi pengamatan yaitu, di kawasan sekitar pintu masuk sebelah utara (Lokasi I), di kawasan tengah depan pura sampai dengan wantilan (Lokasi II), dan di kawasan tari kecak (Lokasi III), yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Denah lokasi penelitian di Destinasi Wisata Luhur Uluwatu Metode pengolahan data yang digunakan yaitu metode analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Data persentase yang pada tiap kategori aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang ditentukan dengan rumus (Sinaga, 2010): Aktivitas mendapatkan makan dengan cara tertentu Persentase = x 100% Total aktivitas mendapatkan makan HASIL Berdasarkan hasil penelitian diketahui aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang menurut waktu yaitu sebagai berikut (Gambar 2): Berdasarkan waktu monyet ekor panjang mendapatkan makan tampak dengan cara yang relatif tidak jauh berbeda antar waktu, dengan variasi antara 7,91% sampai 21,85%. Aktivitas mendapatkan makan yang mendominasi adalah mendapatkan makan dari alam dengan persentase 21,85%. Dari data aktivitas pagi, siang dan sore hari (Gambar 2) menunjukkan bahwa aktivitas mendapatkan makan yang mendominasi sama, yaitu aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (24,89; 21,14 dan 20,06%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang menurut cohort yaitu sebagai berikut (Gambar 3): 7

JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015 Keterangan: (A) mendapatkan makan dengan cara merebut dari wisatawan/ pengelola. (B) mendapatkan makan diberi langsung oleh wisatawan/ pengelola. (C) mendapatkan makan diberi dengan cara di lempar oleh wisatawan atau pengelola. (D) mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet. (E )mendapatkan makanan sisa. (F) mendapatkan makan langsung dari alam. (G) mendapatkan makan diberi monyet lainnya. bar 2. Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet berda Gambar 2. Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet berdasarkan waktu. Berdasarkan cohort, monyet ekor panjang mendapatkan makan nampak dengan cara yang relatif tidak jauh berbeda antara monyet jantan dewasa, betina dewasa, jantan remaja dan betina remaja (Gambar 3). Namun perbedaan nampak pada aktivitas mendapatkan makan anak monyet, dimana aktivitas yang mendominasi, yaitu mendapatkan makan diberi monyet lainnya (29,63%). PEMBAHASAN Aktivitas Mendapatkan Makan Monyet Ekor Panjang berdasarkan Waktu Berdasarkan waktu, monyet ekor panjang mendapatkan makan nampak dengan cara yang relatif tidak jauh berbeda antar waktu, dengan variasi antara 7,91% sampai 21,85%. Aktivitas mendapatkan makan yang mendominasi adalah dengan cara makan dari alam dengan persentase 21,85%. Dari data aktivitas pagi, siang dan sore hari (Gambar 2) menunjukkan bahwa aktivitas mendapatkan makan yang mendominasi sama, yaitu aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (24,89; 21,14 dan 20,06%). Hal ini terjadi karena monyet banyak yang melakukan aktivitas di atas pohon untuk mencari makan seperti ketapang, akasia dan waru. Persentase aktivitas mendapatkan makan sisa yang dilakukan oleh monyet pada pagi hari lebih besar (22,04%) dibandingkan pada siang dan sore hari (17,23 dan 15,69%). Keadaan ini dapat disebabkan karena pada pagi hari monyet baru diberikan makan sekitar pukul 08.30 WITA oleh pengelola, sedangkan sebagian monyet memulai aktivitas ± pukul 06.00 WITA sehingga monyet banyak yang mendapatkan makan sisa. Persentase aktivitas mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet pada siang hari lebih besar (19,02%) dibandingkan pada pagi dan sore hari (17,09 dan 13,42%). Hal ini terjadi karena pemberian makan terlalu terkonsentrasi pada satu atau dua titik kurang tersebar di beberapa tempat, sehingga tidak semua monyet mendapatkan jatah makan dari pengelola. Monyet yang tidak mendapatkan makanan akan saling merebut makan antar sesama monyet (Engelhardt et al., 2004). Menurut Brotcorne et al. (2011), monyet akan berperilaku agresif apabila jumlah makan yang tersedia sedikit dan jumlah makan yang berlimpah akan mengurangi persaingan untuk mendapatkan makan. Persentase aktivitas mendapatkan makan dengan cara merebut dari wisatawan atau pengelola pada sore hari lebih besar (13,88%) dibandingkan pada pagi dan siang hari (9,75 dan 10,42%). Kusumo (2007) menyatakan tempat-tempat pemberian makan diletakkan pada lokasi yang sering dilalui oleh wisatawan dengan harapan monyet-monyet ini akan datang ke tempat-tempat makanan yang disebar. Selain itu pada sore hari monyet lebih banyak yang melakukan pergerakan untuk mencari makan sebelum beristirahat di malam hari. Aktivitas Mendapatkan Makan Monyet Ekor Panjang Berdasarkan Cohort Berdasarkan cohort, monyet ekor panjang mendapatkan makan nampak dengan cara yang relatif 8

Aktivitas Mendapatkan Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) di Destinasi Wisata Pura Luhur Uluwatu, Bali [Ni Made Dewi Wahyuni, dkkk.] (A) mendapatkan makan dengan cara merebut dari wisatawan/ pengelola. (B) mendapatkan makan diberi langsung oleh wisatawan/ pengelola. (C) mendapatkan makan diberi dengan cara di lempar oleh wisatawan atau pengelola. (D) mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet. (E )mendapatkan makanan sisa. (F) mendapatkan makan langsung dari alam. (G) mendapatkan makan diberi monyet lainnya. Gambar 3. Persentase Gambar 3. Persentase aktivitas mendapatkan makan makan monyet berdasarkan monyet cohort. berdasarkan coho tidak jauh berbeda antar monyet jantan dewasa, betina dewasa, jantan remaja dan betina remaja (Gambar 3). Namun perbedaan nampak pada aktivitas mendapatkan makan anak monyet, dimana aktivitas yang mendominasi, yaitu mendapatkan makan diberi monyet lainnya (29,63%). Keadaan ini dapat disebabkan karena anak monyet masih dalam perlindungan induknya dan aktivitas yang dilakukan tidak jauh dari tempat induknya beraktivitas. Selain itu juga anak monyet memiliki kesempatan untuk mendapatkan makan yang sangat rendah, karena monyet jantan dewasa cenderung menguasai makan. Monyet mempunyai pola waktu makan, polanya berdasarkan hirarki. Individu yang paling dominan akan makan terlebih dahulu, kemudian yang lain mengikuti sesuai dengan hirarkinya (Suratmo, 1979). Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet jantan dewasa didominasi dengan cara merebut dari wisatawan atau pengelola (22,84%). Menurut Napier and Napier (1985), monyet jantan dewasa memiliki ukuran tubuh relatif besar, tegap, kuat serta lebih agresif dan lincah, sehingga lebih mendominasi untuk mendapatkan makan. Menurut Farida (2008), monyet yang berada pada hirarki paling atas akan makan terlebih dahulu, kemudian diikuti individu lainnya sesuai urutan hirarki. Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet betina dewasa didominasi dengan aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (25,71%). Menurut Putra (1996), monyet yang tidak mendapatkan jatah makan akan memakan makanan sisa atau mencari makan di alam. Menurut Ahmad (1989), monyet merupakan hewan arboreal artinya lebih banyak beraktivitas di atas pohon. Monyet jantan remaja memiliki persentase mendapatkan makan dengan cara merebut atar sesama monyet (24,16%), yang mana ini lebih tinggi dibandingkan aktivitas yang sama dari monyet jantan dewasa, yaitu (21,63%). Hal ini terjadi karena monyet jantan remaja lebih aktif dalam mencari makan sedangkan monyet jantan dewasa hanya ingin menguasai makan terlebih dahulu. Perilaku agresif akan muncul bila ada monyet lain yang ingin mengambil makan pada saat individu monyet jantan sedang yang makan (Saputra, 2013). Pada umumnya monyet hidup berkelompok, ini mengharuskan setiap individu untuk membagi aktivitas hidupnya di tempat-tempat yang berbeda guna mengurangi peluang terjadinya kompetisi antar individu di dalam satu kelompok atau antar kelompok (Katili, 2011). Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet betina remaja didominasi dengan aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (26,38%). Hal ini terjadi karena monyet jantan dewasa berperilaku agresif terhadap individu monyet yang lebih lemah pada saat pembagian jatah makan. Monyet jantan dewasa hanya ingin menguasai makan yang diberikan pengelola, sehingga monyet lainnya memilih untuk mencari makan di alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (2009) yang menyatakan bahwa monyet jantan dewasa sebagai monyet yang lebih kuat akan menguasai 9

JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015 makanan sebanyak-banyaknya. Anak monyet lebih banyak melakukan aktivitas mendapatkan makan dari pemberian dengan persentase 29,63%. Anak monyet merupakan monyet yang lebih lemah dari monyet dewasa atau remaja, sehingga anak monyet lebih memilih untuk mendapatkan makan dari alam atau diberi monyet lainnya (Tarigan, 2009). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan waktu aktivitas mendapatkan makan monyet ekor panjang di Destinasi Luhur Uluwatu, nampak dengan cara yang relatif tidak jauh berbeda antar waktu, dengan variasi 7,91 sampai 21,85%. Persentase aktivitas mendapatkan makan monyet pada pagi, siang dan sore hari didominasi oleh aktivitas mendapatkan makan langsung dari alam (24,89; 21,14 dan 20,06%). Aktivitas mendapatkan makan monyet yang mendominasi berbeda pada cohort monyet jantan dewasa, jantan remaja dan anakan. Monyet jantan dewasa mendominasi dengan aktivitas mendapatkan makan dengan cara merebut dari wisatawan atau pengelola (22,84%), monyet jantan remaja mendominasi dengan aktivitas mendapatkan makan dengan cara merebut antar sesama monyet (24,16%) dan anak monyet mendominasi dengan aktivitas mendapatkan makan dari monyet lain (29,63%). Namun aktivitas mendapatkan makan monyet betina dewasa dan remaja didominasi oleh aktivitas mendapatkan makan dari alam (25,71 dan 26,38%). SARAN Penelitian tentang monyet ekor panjang perlu dilakukan lebih menyeluruh dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan penelitian ini diharapkan berbagai aspek tingkah laku monyet ini bisa lebih dipahami, sehingga resiko tentang perilaku yang merugikan wisatawan dapat ditekan dan pengelolaan destinasi ini bisa lebih baik di masa mendatang. KEPUSTAKAAN Ahmad, M. 1989. Pola Aktivitas Harian Kelompok dan Populasi Lutung di Hutan Kawah Kamojang. Tesis. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Brotcorne, F., H. C. Marie, I. N. Wandia and R. J. Beudels. 2011. Impacts of a Recent Steptococcus Outbreak in a Commensal Population of Long-tailed Macaque (Macaca fascicularis) in Bali, Indonesia. American Journal of Primatology. 84:253., H. C. Marie and I. N. Wandia. 2010. Food Provisioning And Agonistic Behaviours In Commensal Long-tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Uluwatu Temple, Bali (Indonesia). American Journal of Primatology.73:83. Budayasih, N. L. 1993. Studi Perbandingan Tingkah Laku Makan Kera Berekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Bali Barat dengan di Daerah Pulaki, Kabupaten Buleleng. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana, Bali. Collinge, N. C. 1993. Introduction to Primate Behaviour. Kendall- Hunt Publishing Company. Dubuque-lowa. Engelhardt, A., J. B. Pfeifer, M. Heistermann, C. Niemitz, V. H. Jaram and J. K. Hodges. 2004. Assessment of female Reproductive Status by Male Long-tailed Macaques (Macaca fascicularis), Under Natural Conditions. Animal Beharviour. 67 (5): 15-24 Farida, H. 2008. Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fuentes, A. and S. Gamerl. 2005. Disproportionate Participation by Age/Sex Classes in Aggressive Interaction between Long- Tailed Macaques (Macaca fascicularis) and Human Tourist at Taman Wisata Alam Sangeh, Bali, Indonesia: Brief Report. American Journal of Primatology. 66: 197-204. Katili, D. dan Saroyo. 2011. Perbandingan Aktivitas Harian Dua Kelompok Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Sains. 11 (2): 162-165. Kusumo, D. A. 2007. Aktivitas Harian Monyet (Macaca fascicularis) di Pura Uluwatu Kelurahan Pecatu Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Bali. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana, Bali. Martin, P. and P. Bateson. 1993. Measuring Behaviour; An Introductory guide. Cambridge University Press. Napier, J. R. and P. H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press, Cambridge. Priyono, P., K. Fakhri dan M. Rahayuningsih. 2012. Studi Awal Populasi dan Distribusi Macaca fascicularis Raffles di Cagar Alam Ulolanang, Indonesia. Unnes Journal of Life Science. 3 (2): 23-31. Putra, I. B. D. O. 1996. Tingkah Laku Makan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis Rafles) Di Hutan Wisata Alas Kedaton, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Dati I Bali. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana, Bali. Rowe, N., Goodall J. and Mittermeirer R. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primates. Pogonias Press, New York. Saputra, K. G. W. 2013. Aktivitas Harian Dan Preferensi Makan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Sangeh, Kabupaten Badung, Bali. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali. Sinaga, M. S., U. Pranoto, H. Surono dan A. Nadila. 2010. Pemanfaatan Habitat oleh Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sukertha, I. M. 1996 Tingkah Laku Sosial Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis Rafles) Di Hutan Wisata Alas Kedaton, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Dati I Bali. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali. Supriatna J., A. Yanuar, Martarinza, H. T. Wibisono, R. Sinaga, I. Sisik and S. Iskandar. 1996. A Preliminary Survey of Longtailed and Pig-tailed Macaques (Macaca fascicularis and Macaca nemestrina) in Lampung, Bengkulu and Jambi provinces, Southern Sumatra, Indonesia. Tropical Biodiversity 3(2):131-140. Suratmo, F. G. 1979. Konservasi Alam dan Pengelolaan Satwa Bagian II (Tingkah Laku Margasatwa). Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor. Tarigan, B. 2009. Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Mandala Wisata Wenara Wana Padangtegal Ubud. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Bali. 10