IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

UPAYAPENGGUNAANSEPEDA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indikator Konten Kuesioner

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA JALAN PADA PENERAPAN SISTEM SATU ARAH DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kendaraan di DKI Panjang Jalan/ Luas Wilayah, km/km2. Kend/Panjang Jalan Sepeda Motor, , 61% 2.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

Lampiran 1. Wawancara dengan Moda Transportasi Penumpang/Orang (angkutan Kota, Mobil Pribadi dan Kendaraan bermotor Roda dua)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

BAB II TINJAU PUSTAKA

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB III LANDASAN TEORI

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

EVALUASI KINERJA DAN PERENCANAAN PERBAIKAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI JALAN MERDEKA KOTA BANDUNG

WALIKOTA TASIKMALAYA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Nurhasanah Dewi Irwandi1, Agus Susanto2 2 FMIPA Universitas Terbuka ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEDESTRIAN MALL DI JALAN IMAM BONJOL

BAB III GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. adapun obyek dalam penelitin ini adalah jalur sepeda tahap-1 di Kota Surabaya

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

Transkripsi:

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR Dyah Prabaningrum 1), Indarti Komala Dewi 2), Budi Arief 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan e-mail : dyahprabaningrum@yahoo.co.id ABSTRAK Jalur sepeda merupakan salah satu sarana penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana transportasi wilayah perkotaan. Selain menjadi sarana alternatif transportasi yang ramah lingkungan, menyehatkan dan hiburan bagi masyarakat, sepeda juga menjadi salah satu cara agar masyarakat dapat mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan beralih ke moda transportasi yang ramah lingkungan. Berdasarkan RTRW bahwa fungsi Kebun Raya Bogor termasuk dalam kawasan lindung dan harus di lestarikan. Taman dalam kota yang berdekatan dengan pusat kota ini, membuat keberadaan Kebun Raya Bogor ini terancam akibat padatnya aktivitas manusia disekitarnya terutama padatnya volume kendaraan yang melewati lokasi ini sehingga tingginya polusi udara yang ditimbulkan membuat taman dalam kota ini tidak berfungsi layaknya kawasan lindung. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis deskriptif persentase mengenai persepsi masyarakat dan pengendara sepeda tentang peluang jalur sepeda ditinjau dari seluruh faktor diketahui bahwa dari jumlah 150 responden, menghasilkan 70,6% menyatakan peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor sangat baik. Adapun tingkat kenyamanan bersepeda yang paling penting menurut responden adalah faktor sirkulasi yang baik dan keselamatan sedangkan menurut para pakar adalah keselamatan. Maka dari itu, pemerintah Kota Bogor dapat mensosialisasikan adanya jalur sepeda agar masyarakat Kota Bogor dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke transportasi ramah lingkungan salah satunya sepeda agar tidak ada lagi dampak yang ditimbulkan dari tingginya polusi udara. Kata kunci : jalur sepeda, peluang, pengendara sepeda PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan sepeda adalah dianggap menjadi salah satu solusi alternatif transportasi bagi warga dunia, yaitu untuk mengurangi kemacetan yang mencapai titik parah dan mengurangi polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan lainnya. Akan tetapi sepeda juga dapat mengalami berbagai kendala, misalnya berhubungan dengan masalah infrastruktur (jalur sepeda), dimana negara-negara didunia belum selurnya menyediakan jalur khusus bagi pengguna sepeda sehingga pada akhirnya timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan keselamatan bersepeda. Bersepeda baik untuk kesehatan kita, juga baik untuk kenyamanan kota,kenyamanan global dan pemeliharaan lingkungan. Hampir semua pihak sepakat bahwa bersepeda baik untuk kesehatan, yang hingga saat ini masih banyak dipertanyakan adalah apakah bersepeda di tengah lalu lintas kota dengan tingkat polusi yang relatif tinggi juga tetap baik untuk kesehatan. Bersepeda memacu jantung dan paru-paru kita untuk bekerja lebih optimal, ketika udara yang dihirup kurang sehat, tentu akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan. Di sekeliling Kebun Raya Bogor adalah lokasi yang memungkinkan untuk dijadikan penentuan kawasan studi penelitian peluang jalur sepeda, yang disebabkan karena : 1. Kawasan Kebun Raya Bogor merupakan salah satu landmark Kota Bogor yang sering dijadikan sebagai kawasan pariwisata atau sekedar menikmati pemandangan kota sehingga banyak masyarakat yang menggunakan sepeda disekeliling ini untuk berjalan-jalan dan juga untuk bersantai. 2. Berdasarkan RTRW Kota Bogor Tahun 2009-2029, kawasan Kebun Raya Bogor berfungsi sebagai kawasan strategis kota dan kawasan pusat pelayanan kota. Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di SekelilingKebun Raya Bogor (Dyah Prabaningrum) 1

3. Jl. Ir. H. Djuanda, Jl. Otto Iskandar Dinata, Jl. Padjajaran Jl. Jalak Harupat merupakan jalan-jalan utama yang terdapat di Kota Bogor, sehingga dianggap signifikan dan representatif untuk dilakukan suatu penelitian mengenai studi kenyamanan pengguna sepeda. Maka peluang lokasi yang cocok untuk di jadikan jalur sepeda di Kota Bogor salah satunya adalah sekitar Kebun Raya Bogor agar peran dari fungsi kawasan lindung dapat dilestarikan dan tidak mengganggu fungsi dari pelayanan Kota Bogor tersebut. Selain itu diharapkan adanya partisipasi yang besar dari masyarakat Kota Bogor dan pemerintah Kota Bogor dalam penyediaan jalur sepeda di Kota Bogor. TUJUAN STUDI DAN MANFAAT Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi kebijakan pemerintah terkait dengan adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor; 2. Mengidentifikasi persepsi dari masyarakat dengan adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor; 3. Mengidentifikasi persepsi para pengendara sepeda dengan adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor; 4. Mengidentifikasi kendala yang menjadi penghambat dalam upaya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. 5. Identifikasi peluang lokasi untuk dijadikan peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. Manfaat Hasil penelitian yang dilakukan merupakan bahan masukkan bagi Pemerintah Daerah Kota Bogor dan akademisi yang terkait dalam upaya pembangunan perkotaan kususnya dalam upaya untuk menciptakan sarana dan prasarana peluang jalur sepeda yang baik di sekeliling Kebun Raya Bogor. LANDASAN TEORI Penerapan sustainable transportation untuk Kota Bogor dikondisikan sesuai dengan prinsip-prinsip sustainable transportation yang diadopsi dari berbagai case study. Menurut Artiningsih (2011), prinsip-prinsip sustainable transportation antara lain: 1. Kebijakan yang menjadi pedoman dalam penerapan sustainable transportation. Penerapan sustainable transportation tidak terlepas dari komitmen stakeholder untuk menyelesaikan permasalahan bidang transportasi. Ketegasan pemerintah diwujudkan dalam bentuk kebijakan sosial dan kebijakan teknis yang mengatur sistem transportasi dari level nasional hingga daerah. 2. Sistem transportasi yang mengedepankan aksesibilitas bagi semua lapisan masyarakakat. Aksesibilitas menjadi centre point dalam mewujudkan sustainable transportation. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan sistem transportasi yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat termasuk kaum difable, terutama untuk mendukung pergerakan kaum difable dengan destinasi kawasan pendidikan, sosial, perdagangan dan jasa. 3. Non Motorized Transport, Sustainable transportation akan menjadi lebih sempurna penerapannya jika mengkombinasikan non motorized transport dengan integritas transportasi multi moda. Non motorized transport yang dipilih oleh masyarakat adalah sepeda. Penggunaan sepeda saat ini telah berkembang sebagai penunjang aktivitas sehari-hari. Peran sepeda sebagai non motorized transport tidak menjadi pilihan satu-satunya masyarakat dalam melakukan pergerakan, tetapi sepeda dapat difungsikan sebagai feeder menuju moda transportasi umum. John C Khisty (1980) menyatakan walaupun lalulintas sepeda hanya berupa presentase kecil dari total arus lalulintas, lalulintas sepeda ini cukup untuk memberikan pengaruh pada perencanaan dan pendesainan jalan. Jalur sepeda umumnya dikelaskan sebagai berikut : A. Jalur Sepeda Kelas I Jalur Sepeda Kelas I ini merupakan jalan sepeda yang sama sekali terpisah dari lalulintas kendaraan dan di dalam hak prioritas jalan atau prioritas jalan pada fasilitas lain. B. Jalur Sepeda Kelas II Jalur Sepeda Kelas II ini merupakan bagian badan jalan atau bahu jalan yang di batasi dengan marka keras atau rintangan. C. Jalur Sepeda Kelas III Jalur sepeda kelas III ini merupakan jalan sepeda yang sama-sama menggunakan 2 Jurnal Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak

akses jalan dengan kendaraan bermotor; yang ditandai oleh rambu saja. Sumber : FHWA, (1980) Gambar 1 Klasifikasi Jalur Sepeda Banyak kriteria penting yang digunakan dalam mengevaluasi rute jalur sepeda yang layak ialah (ITTE, 1975): 1. Kebutuhan potensial untuk penggunaan rute tersebut haruslah ditentukan. 2. Lebar dasar yang dibutuhkan untuk operasi yang aman harus disediakan. Kita sebaiknya mempertimbangkan operasi satu arah. 3. Kesinambungan/kelanjutan dan langsung rute tanpa banyak jalan berbelok merupakan hal yang mendasar, yang menghubungkan titik-titik penting. 4. Keselamatan sangat penting. Upaya-upaya untuk meminimumkan konflik kendaraan/pedestrian hatus diberi prioritas tinggi. 5. Kemiringan harus diberikan dalam batasan yang dapat diterima. Lebih disukai kemiringan 5%. 6. Pemilihan perkerasan merupakan hal yang lebih penting bagi pengendara sepeda jika dibandingkan dengan pengguna kendaraan lain. Mutu perkerasan dan bahkan keselamatan dipengaruhi oleh permukaan perkerasan, 7. Daerah-daearh dengan emisi mobil yang tinggi, harus dihindari; karbon monoksida sangat membahayakan bagi pedestrian dan pengendara sepeda. 8. Lalulintas kendaraan bermotor harus dihindari, terlebih-lebih truk, yang bergerak pada kecepatan 50 mpj, yang dapat menggangu keseimbangan pengendara sepeda. Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 pasal 62 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menjelaskan bahwa, Pemerintah setempat harus memberikan kemudahan berlalu lintas bagi pengendara sepeda dan pengendara sepeda berhak menikmati dan mendapat fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas di jalan. Maka dengan ini para pengendara sepeda harus mempunyai fasilitas jalur sepeda supaya bersepeda merasa aman tanpa ada ganguan dari kendaraan bermotor disekitarnya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 pasal 76 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas disebutkan bahwa, pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum dapat dilaksanakan di jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, atau jalan kota. Menurut RTRW Kota Bogor tahun 2009-2029 kawasan strategis Kota Bogor dibagi atas: kawasan strategis lingkungan, budaya, dan ekonomi. Kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya, dalam ketentuan ini masuk dalam kawasan strategis lingkungan yang diarahkan untuk mempertahankan, melindungi, menata, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam dan di sekitar kawasan tersebut. Menurut Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 2011-2031 pada pasal 20 huruf c tentang Rencana Jaringan Transportasi disebutkan bahwa, pengadaan rencana kapasitas dan jaringan jalan salah satunya adalah penyediaan jalur khusus kendaraan tidak bermotor. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor dengan mengambil lokasi penelitian pada peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor yang terletak di Kecamatan Bogor Tengah. Untuk teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara purposive sampling (pengambilan sampel secara bertujuan) dengan mengambil secara accidential sampling pada masyarakat yang lewat di sekeliling Kebun Raya Bogor dan pengendara sepeda yang lewat di Kota Bogor. Untuk metode analisis menggunakan tabulasi tabulasi angket dan tabel silang (crosstab). PEMBAHASAN 1. Analisis Kebijakan Terkait Rencana Jalur Sepeda Hasil analisis kebijakan untuk adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor dapat di sesuaikan dengan kebijakankebijakan yang terkait, seperti : Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di SekelilingKebun Raya Bogor (Dyah Prabaningrum) 3

a. Kebijakan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 bahwa Pemerintah setempat harus memberikan kemudahan berlalu lintas bagi pengendara sepeda dan pengendara sepeda berhak menikmati dan mendapat fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas di jalan. b. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 bahwa Pembatasan lalu lintas kendaraan tidak bermotor umum dapat dilaksanakan di Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, atau Jalan Kota. c. RTRW Kota Bogor Tahun 2009-2029 dan Rapperda Kota Bogor Tahun 2011-2030 disebutkan bahwa Rencana Jaringan Transportasi juga disebutkan bahwa, pengadaan rencana kapasitas dan jaringan jalan salah satunya adalah penyediaan jalur khusus kendaraan tidak bermotor. Tabel 2 Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Di Zona 2 3. Analisis Persepsi Pengendara Sepeda Tentang Adanya Peluang Jalur Sepeda Tabel 3 Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Menurut Pengendara Sepeda 2. Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Adanya Peluang Jalur Sepeda Hasil analisis peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor menurut masyarakat menunjukkan Zona 1 mempunyai persentase keinginan yang sangat baik sebesar 70% untuk adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. Tabel 1 Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Di Zona 1 Hasil analisis peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor menurut pengendara sepeda menunjukkan persentase persepsi keinginan yang sangat baik sebesar 72%. Dalam hal ini lingkup kebun raya masih menjadi jantung Kota Bogor bagi kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. Pada Zona 2 mempunyai persentase keinginan yang sangat baik sebesar 82% untuk adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. Dalam hal ini lingkup kebun raya masih menjadi jantung Kota Bogor bagi kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. 4. Kendala Kesiapan Trotoar Dan Badan Jalan Untuk Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Hasil Kendala Kesiapan Trotoar Dan Badan Jalan Untuk Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor menjelaskan tentang kondisi studi penelitian yang akan di jadikan peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor dan persepsi masyarakat dan pengendara sepeda terkait kendala untuk peluang jalur sepeda. Untuk menyediakan jalur sepeda, yang harus dilakukan adalah melihat kondisi trotoar dan badan jalan yang menjadi kendala atau permasalahan di sekeliling Kebun Raya Bogor. 4 Jurnal Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak

Kendala atau permasalahan kondisi trotoar dan badan jalan dapat dibagi dalam beberapa faktor antara lain: A. Sirkulasi Beberapa permasalahan sirkulasi peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor, antara lain: 1. Adanya pengalihan fungsi trotoar menjadi tempat berdagang para PKL dan bangunanbangunan non permanen sehingga memaksa para pejalan kaki untuk berjalan di tepi jalan dan minimnya peluang pengendara sepeda untuk menggunakan jalur sepeda (apabila jika adanya peluang jalur sepeda yang terpisah dari kendaraan tetapi sama-sama digunakan oleh sepeda dan pedestrian (Klasifikasi 1 pada Bab 2). 2. Terdapat beberapa lokasi yang tingkat pejalan kakinya cukup tinggi sehingga apabila peluang jalur sepeda bersamaan dengan pejalan kaki akan mengakibatkan bersenggolnya dan ketidaknyamanan para pejalan kaki dengan pengendara sepeda. 3. Di beberapa titik lokasi di trotoar (jika sama-sama digunakan oleh sepeda dan pedestrian) terdapat penghalang sirkulasi yang terpasang secara permanen maupun tidak permanen yang mengganggu sirkulasi para pejalan kaki dan pengendara sepeda. Seperti pot tanaman, rambu lalu lintas, dan penghalang lainnya. Gambar 2 Kondisi Sirkulasi Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Gambar 3 Peta Kondisi Sirkulasi Di Sekeliling Kebun Raya Bogor B. Keselamatan Permasalahan yang ada terkait keselamatan pengendara sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor antara lain : 1. Para pengendara sepeda di sekitar Kebun Raya Bogor sangat rentan terhadap kemungkinan tertabrak karena terdapat badan trotoar atau bahu jalan yang digunakan PKL sehingga membuat pengendara sepeda merasa kesulitan untuk melewati lokasi tersebut. Kondisi ini berkaitan pula dengan kondisi sekitar jalan yang sangat ramai oleh kendaraan. 2. Pada beberapa bagian trotoar (jika peluang jalur sepeda sama-sama digunakan oleh sepeda dan pedestrian) tidak terdapat dinding pembatas dengan sungai atau saluran air sehingga sangat berbahaya bagi keselamatan para pengendara sepeda maupun para pejalan kaki. 3. Pengendara sepeda sangat peka terhadap kemiringan. Di beberapa lokasi di sekeliling Kebun Raya Bogor terdapat beberapa kemiringan jalan yang membahayakan para pengendara sepeda, diantaranya keadaan jalan yang menanjak sehingga menyulitkan pengendara sepeda yang melalui lokasi tersebut. Di samping itu, selain lokasi yang menanjak berkaitan pula dengan kondisi sekitar jalan yang sangat ramai oleh kendaraan bermotor yang sangat membahayakan para pengendara sepeda. Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di SekelilingKebun Raya Bogor (Dyah Prabaningrum) 5

Gambar 4 Kondisi Keamanan Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Gambar 6 Kondisi Kebersihan dan Keindahan Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Gambar 5 Peta Kondisi Keamanan Di Sekeliling Kebun Raya Bogor C. Kebersihan dan Keindahan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, permasalahan kebersihan dan keindahan yang ada di sekeliling Kebun Raya Bogor antara lain: 1. Kurang tersedianya tempat penampungan sampah di sekitar trotoar sehingga banyak pengunjung dan PKL di sekitar trotoar yang membuang sampah di sembarang tempat bahkan masih banyak sampah yang menumpuk di selokan atau saluran drainase di sekitar trotoar. Sampah-sampah ini berasal dari daun atau ranting pepohonan, sampah pejalan kaki, PKL, dan sampah yang terbawa aliran air, sehingga terjadi penumpukan sampah yang juga menghambat aliran air. Kondisi ini juga membuat kawasan sekitar trotoar menjadi bau. 2. Adanya aktivitas pedagang kaki lima di sekitar trotoar yang menjual berbagai binatang peliharaan membuat beberapa titik disekitar trotoar tercium bau tidak sedap akibat kotoran-kotoran hewan tersebut. 3. Pemandangan kumuh dari berbagai kegiatan informal yang terdapat di sekitar trotoar. Gambar 7 Peta Kondisi Kebersihan dan Keindahan Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Tabel 4 Persepsi Masyarakat Terkait Kendala Untuk Peluang Jalur Sepeda Di Zona 1 Hasil persepsi masyarakat terkait kendala pada Zona 1, presentase mencapai 92% pendapat 6 Jurnal Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak

masyarakat kondisi yang tidak baik untuk jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. Tabel 5 Persepsi Masyarakat Terkait Kendala Untuk Peluang Jalur Sepeda Di Zona 2 Hasil persepsi masyarakat terkait kendala pada Zona 2, 86 % presentase pendapat kondisi yang tidak baik untuk jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. Dan bagi pengendara sepeda, dengan adanya kendala dan permasalahan peluang jalur sepeda persentase 72 %, keinginan sangat baik untuk jalur di sekeliling Kebun Raya Bogor. Tabel 6 Persepsi Pengendara Sepeda Terkait Kendala Untuk Peluang Jalur Sepeda Dalam hal ini perlu pembenahan sekitar jalan pada kondisi eksisting sekarang untuk menjadi kebutuhan adanya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor. 5. Identifikasi Peluang Lokasi Untuk Dijadikan Jalur Sepeda Dari analisis diatas kemudian dapat diidentifikasi peluang lokasi jalur sepeda berdasarkan keinginan masyarakat dan pengendara sepeda. Dan dapat dilihat pada Gambar 8 tentang hasil identifikasi analisa terkait peluang jalur sepeda dapat disimpulkan bahwa dalam analisis kebijakan seperti Undang- Undang No. 22 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2009-2029 dan Rancangan Peraturan Daerah Kota Bogor Tahun 2011-2030 mempunyai kebijakan untuk kendaraan tidak bermotor (salah satunya jalur sepeda). Kemudian untuk persepsi masyarakat, pengendara sepeda dan para pakar, mereka mempunyai keinginan yang besar untuk diadakannya peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor, karena mereka mempunyai respon yang positif dalam aktivitas tersebut. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat disana mengganggap bersepeda sebagai aktivitas yang menarik atau hobby yang sedang terkenal pada saat ini. Bersepeda mempunyai manfaat yang sangat baik untuk kesehatan, untuk mengurangi polusi udara dan polusi suara dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Klasifiksai ideal 1 merupakan klasifikasi ideal yang di inginkan oleh masyarakat maupun pengendara sepeda di Kota Bogor untuk peluang jalur sepeda kedepannya. Namun dalam kondisi eksisting di sana, tidak semuanya setiap jalan di sekeliling Kebun Raya Bogor mempunyai peluang klasifikasi 1 untuk jalur sepeda karena banyaknya kendala dan permasalahan seperti kondisi trotoar yang kurang lebar, banyaknya penghalang sirkulasi di trotoar dan tingginya volume pejalan kaki. Jadi ada beberapa lokasi yang yang cocok untuk klasifikasi ideal 1 yaitu di zona 1 (Depan Jl. Roda (Depan Pasar Bogor) Pertigaan Jl. Padjajaran (Depan Plaza Pangrango)) dan ada beberapa lokasi yang cocok untuk klasifikasi ideal 2 yaitu di zona 2 (Jl. Jalak Harupat (Lapangan Sempur) Depan Jl. Roda (Depan Pasar Bogor)). Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di SekelilingKebun Raya Bogor (Dyah Prabaningrum) 7

Gambar 8 Hasil Identifikasi Analisa Terkait Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor Raya Bogor Gambar 9 Peta Klasifikasi Jalan Sepeda 1 Gambar 10 Peta Klasifikasi Jalan Sepeda 2 KESIMPULAN Dalam penelitian yang dilakukan pada peluang jalur sepeda di sekeliling Kebun Raya Bogor diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Menurut kebijakan yang ada, berbagai peraturan telah dirancang dengan baik, namun penerapannya masih belum optimal. Masih banyak aturan yang belum dilaksanakan dan ada pula yang daerahdaerah yang belum menerapkan fasilitas jalur sepeda salah satunya Kota Bogor. 2. Menurut hasil analisis perhitungan peluang jalur sepeda, dapat di lihat sebagai berikut: a) Zona 1 Persepsi masyarakat di zona 1 mempunyai keinginan yang besar dengan adanya peluang jalur sepeda sebesar 70% dan menginginkan klasifikasi ideal 1 sebagai peluang jalur sepeda dengan persentase sebesar 72%. Untuk tingkat kenyamanan bersepeda masyarakat zona 1 ini menganggap keselamatan dalam bersepeda yang harus diutamakan dengan persentase sebesar 20%. b) Zona 2 Persepsi masyarakat di zona 2 mempunyai keinginan yang besar dengan adanya peluang jalur sepeda sebesar 82% dan menginginkan klasifikasi ideal 1 sebagai peluang jalur sepeda sebesar 74%. Untuk tingkat kenyamanan bersepeda masyarakat zona 2 ini menganggap keselamatan dan sirkulasi yang baik dalam bersepeda yang harus diutamakan dengan persentase sebesar 20%. c) Pengendara Sepeda Persepsi pengendara sepeda mempunyai keinginan yang besar dengan adanya peluang jalur sepeda sebesar 72% dan menginginkan klasifikasi ideal 1 sebagai peluang jalur sepeda sebesar 74%. Untuk tingkat kenyamanan bersepeda bagi pengendara sepeda ini menganggap keselamatan dalam bersepeda yang harus diutamakan dengan persentase sebesar 40%. 3. Menurut kendala yang menjadi penghambat dalam upaya penyediaan jalur sepeda berdasarkan zona diantaranya : Zona 1 : a. Adanya alih fungsi trotoar menjadi tempat berdagang para pedagang kaki lima dan parkir sembarangan. b. Banyaknya penghalang sirkulasi di trotoar. c. Tidak terdapat dinding pembatas antara drainase atau sungai 8 Jurnal Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak

d. Rawan tertabrak kendaraan bermotor. Zona 2 : a. Terdapat pedagang kaki lima yang berdagang di bahu jalan. b. Tingginya kecepatan volume kendaraan bermotor. c. Kapasitas trotoar yang tidak layak untuk pejalan kaki. d. Ukuran badan jalan yang kurang lebar. 4. Menurut hasil semua analisis diatas, maka dapat di simpulakan bahwa : a) Zona 1 : Mempunyai peluang jalur sepeda yang sangat cocok di zona 1 dengan tipe klasiikasi jalur sepeda 1, karena kondisi trotoar yang cukup lebar ataupun trotoar dapat di lebarkan untuk penunjang adanya jalur sepeda. b) Zona 2 Mempunyai peluang jalur sepeda yang cocok di zona 2 dengan tipe klasifikasi jalur sepeda 2, karena kondisi lebar jalan yang kurang lebar (sekitar 10 sampai 12 meter) serta tingginya volume kendaraan bermotor. SARAN 1. Dengan kebijakan yang sudah sesuai, pemerintah dapat merealisasikan jalur sepeda dengan standar-standar teknis yang sesuai agar kenyamanan jalur sepeda dapat lebih terjamin, ketegasan pemerintah terhadap berbagai bentuk pelanggaran, dan perlunya sosialisasi yang baik oleh pemerintah Kota Bogor ke masyarakat Kota Bogor untuk adanya peluang jalur sepeda guna penunjang aktivitas masyarakat sekitar. 2. Adanya komitmen antara pemerintah Kota Bogor dengan masyarakat Kota Bogor agar peluang jalur sepeda dapat di realisasikan. 3. Zona 1 : a. Masyarakat menginginkan agar tersedianya jalur sepeda yang nyaman b. Kendala yang perlu di perhatikan di zona 1 antara lain : 1) Sirkulasi : Perlunya pengaturan terhadap fasilitas umum yang menghalangi sirkulasi bersepeda, seperti perlunya penertiban terhadap kegiatan lain yang ada di trotoar. 2) Keselamatan : Perlunya penyediaan pagar pembatas di sekitar trotoar atau jalur sepeda karena berada di lokasi yang terjal dan drainase yang curam. 3) Kebersihan dan Keindahan : Perlunya penyediaan sarana dan prasarana kebersihan serta pembersihan saluran air di sekitar trotoar yang telah tersumbat dan penertiban pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar trotoar agar tidak terjadi pemandangan yang kumuh di sekitar zona 1. c. Peluang jalur sepeda dalam jangka menengah dapat direalisasikan di zona 1 dengan tipe jalur sepeda 1, dilihat dari karakteristik lahannya yang mencukupi pelebaran untuk jalur sepeda. 4. Zona 2 : a. Masyarakat menginginkan agar tersedianya jalur sepeda yang baik, seperti sirkulasi lancar, terjaminnya keselamatan serta tersedianya fasilitas penunjang bersepeda seperti rambu-rambu, parkir sepeda, dan tempat peristirahatan khusus pengendara sepeda. b. Kendala yang perlu di perhatikan di zona 2 antara lain : 1) Sirkulasi : Perlunya pengaturan terhadap fasilitas umum yang menghalangi sirkulasi bersepeda, seperti perlunya penertiban terhadap kegiatan lain yang ada di trotoar dan di bahu jalan. 2) Keselamatan : Perlunya marka jalur sepeda yang cukup aman di bahu jalan agar terhindar dari kendaraan bermotor. 3) Kebersihan dan Keindahan : Perlunya penyediaan sarana dan prasarana kebersihan serta pembersihan saluran air di sekitar trotoar yang telah tersumbat dan penertiban pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar trotoar agar tidak terjadi pemandangan yang kumuh di sekitar zona 2. c. Peluang jalur sepeda dalam jangka panjang dapat direalisasikan di zona 2 dengan tipe jalur sepeda 2, dilihat dari karakteristik lahannya yang belum mencukupi pelebaran untuk jalur sepeda. d. Perlunya pengendalian kendaraan bermotor yang melewati lokasi tersebut Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di SekelilingKebun Raya Bogor (Dyah Prabaningrum) 9

terutama di zona 2 agar peluang jalur sepeda untuk tipe klasifikasi jalur sepeda 2 dapat di realisasikan. 5. Dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat kekurangan, diantaranya : a) Mengidentifikasi kecepatan pengendara sepeda yang melewati lokasi tersebut. b) Mengidentifikasi konflik antara pengendara sepeda dengan pejalan kaki apabila sama-sama menggunakan jalur trotoar. c) Mengidentifikasi pergerakan sepeda yang berlawanan dan tidak berlawanan arus. d) Mengidentifikasi kesiapan pemerintah Kota Bogor dengan adanya jalur sepeda. DAFTAR PUSTAKA Artiningsih. 2009. Peluang Pengembangan Jalur Sepeda pada Kota yang Berwawasan Lingkungan. Disampaikan dalam Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota di ITS Surabaya. Surabaya. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (RTRW) Tahun 2009-2029. Baskoro, Sinta. 2010. The Centre of Sustainable Transportation Canada. Canada. Federal High Way Administration (FHWA). 1976. Safety and Locational Criteria for Bicycle Facilities: User Manual, vol. 2, U.S. Departement of Transportation. Washington, DC. Institute of Traffic and Transportation Engineering (ITTE). 1975. Bileway Planning Criteria and Guidelienes, University of California at Los Aneles, Los Angeles. Khisty, C. J. 1985. Pedestrian Cross Flow Characteristics dan Performance, Environment and Behavior, vol. 17, no. 6, pp. 579-595. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011. Manajemen Rekayasa dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Sekretariat Negara. Jakarta. Undang - Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sekretariat Negara. Jakarta. Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, 2012, Identifikasi Peluang Jalur Sepeda Di Sekeliling Kebun Raya Bogor, Laporan Akhir Studio Perencanaan Kota, Bogor. RIWAYAT PENULIS Dyah Prabaningrum, Mahasiswa Strata 1 (satu) jurusan Teknik Planologi Universitas Pakuan Bogor. 10 Jurnal Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak