BAB II Tinjauan Umum Ilmu Mukhtalif al-hadits

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF Al- HADITS

BAB II TINJAUAN UMUM ILMU MUKHTALIF AL HADITS DAN `IDDAH. dua kata yakni mukhtalif dan al Hadits. Menurut bahasa mukhtalif

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

A. PENDAHULUAN B. PEMBAHASAN

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

PEMBAGIAN HADITS NABI

BAB I PENDAHULUAN. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam suatu mushap

BAB I PENDAHULUAN. dengan hadis Nabi SAW. masing-masing ada yang qath i al-dilalah dan

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

PENDAHULUAN. Nabi Muhammad saw menurut al-qur an adalah Rasul utusan Allah, Nabi

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. bumi juga harus mampu menghambakan diri di hadapan Allâh Subhânahu


dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

Makalah Syar u Man Qoblana

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun

BAB II ILMU MUKHTALIF AL HADITS DAN METODE PENYELESAINNYA. ikhtilaf, yang merupakan bentuk mashdar dari kata ikhtilafa ( اختلف- يختلف ) (fi il

BAB II METODE KRITIK HADIS. dirumuskan bahwa kesahihan hadis terpenuhi dengan 3 kriteria, yakni :

BAB I PENDAHULUAN. aqliy. Sumber hukum naqliy ialah Al-Qur an dan As-Sunnah, sedangkan sumber

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

RANGKUMAN MATERI HURUF HIJAIYAH. BACAAN ALIF LAM ( lam Ta rif )

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak

Kajian Bahasa Arab KMMI /12 Shafar 1433 H 1

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

SILABUS PEMBELAJARAN

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. jumpai adalah urusan perdagangan. Muhammad sejak usia 12 tahun. Sebagai pemimpin besar umat Islam

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB II SUNNAH DAN MACAMNYA

SMPN 3 Baradatu Way Kanan-Silabus PAI kelas /2011

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

BAB I PENDAHULUAN. menambah istri yang lebih muda yakni 9 dan 7 tahun, bocah ingusan yang masih duduk di sekolah dasar itu.

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

SMP NEGERI 2 PASURUAN TAHUN 2015

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

BAB I PENDAHULUAN. menghindari agar tidak terjadi kesalahan dan perubahan bacaan al-qur an serta

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTINBA<T} HUKUM ANTARA IMA>M MA>LIK DAN IMA>M SYA>FI I> TENTANG JUAL BELI ANJING

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah yang dihasilkan melalui beberapa proses di antaranya jasa,

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

PUASA DI BULAN RAJAB

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR DI DESA WARUJAYENG

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IJAB AKAD NIKAH DALAM FIKIH EMPAT MADZHAB. A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Lafadh-Lafadh Ijab yang Sah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB I PENDAHULUAN. sesudah diangkat menjadi rasul, baik membawa konsekuensi hukum syara

SILABUS PEMBELAJARAN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang pada masa Nabi saw.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

UNTUK KALANGAN SENDIRI

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur yaitu

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Umum Ilmu Mukhtalif al-hadits A. Pengertian Ilmu Mukhtalif al-hadits Dalam kaidah bahasa Arab mukhtalif al-hadı ts adalah susunan dua kata yakni mukhtalif dan al-hadı ts. Menurut bahasa mukhtalif adalah isim fa il dari ikhtilaf (berbeda) yang merupakan lawan dari ittifaq (sesuai), 1 maksudnya Hadis- Hadis yang sampai kepada kita dan berbeda satu sama lain dalam makna, artinya maknanya saling bertentangan. 2 Sedangkan menurut istilah: ال ع ل م ال ذ ي ی ب ح ث ف ى ا لا ح اد ی ث ال ت ي ظ اھ ر ھ ا م ت ع ار ض ف ی ز ی ل ت ع ار ض ھ ا أ و ی و ف ق ب ی ن ھ ا ك م ا ی ب ح ث ف ى ا لا ح اد ی ث ال ت ي ی ش ك ل ف ھ م ھ ا أ و ت ص ور ھ ا ف ی د ف ع أ ش ك ال ھ ا و ی و ضح ح ق ی ق ت ھ ا. 3 Ilmu yang membahas hadis-hadis yang tampaknya saling bertentangan, lalu menghilangkan pertentangan itu atau mengkompromikannya, di samping membahas hadis yang sulit difahami atau dimengerti, lalu menghilangkan kesulitan itu dan menjelaskan hakikatnya. Menurut Muhammad Thahhan mukhtalif Hadı ts adalah 4 الحدیث المقبول الم ع ار ض بمثلھ مع إمكان الجمع بینھما 1 Usamah bin Abdullah Khayyath, Mulhtalif al-hadits baina al-muhadditsin wa al- Usuliyyin al-fuqaha, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2001), h. 25. 2 Mahmud al-thahhan, Taisir Musthalah al-hadits (Iskandariyah: Markaz al-huda al- Dira sat, 1405), h. 46. 3 Muhammad Ajaj al-khatib, Ushul al-hadits, (Beirut: Dar al-fikr, 1971), h. 283. 4 Ibid. 20

Hadis maqbul yang saling bertentangan dengan yang semisalnya, sehingga kemungkinan kedua hadis tersebut bisa dikompromikan. Oleh karena itu, sebagian ulama menyebut ilmu ini dengan sebutan Ilmu Musykil al-hadı ts, Ilmu Ikhtilaf al-hadı ts, Ilmu Ta wil al-hadı ts ataupun Talfiq al-hadı ts. Semuanya memiliki pengertian yang sama. Al-Suyuthi menyebutkan dalam Tadrib al-ra wi, bahwa hadis-hadis mukhtalif adalah dua buah hadis yang saling bertentangan pada makna zhahirnya, maka di antara keduanya itu dikompromikan atau di-tarjih salah-satunya. Ilmu ini merupakan sebuah pengetahuan antara fiqih dan hadis sehingga sampai kepada sebuah kesimpulan yang benar. 5 Secara umum apabila ada dua hal yang bertentangan, hal tersebut bisa dikatakan mukhtalaf atau ikhtilaf. Sedangkan dalam istilah ahli hadis, mukhtalif al-hadı ts (dengan dibaca kasroh lam) adalah hadis yang secara zhahir tampak saling bertentangan dengan hadis lain. dan dengan dibaca fathah lam-nya adalah dua hadis yang secara makna saling bertentangan. dari dua definisi diatas bisa disimpulkan bahwa mukhtalif al-hadı ts adalah esensi hadis itu sendiri, sedangkan mukhtlaf al-hadı ts adalah pertentangannya. Para imam dan tokoh kritikus hadis secara umum membagi hadis yang mengandung problem di atas menjadi dua kelompok. 6 Kelompok pertama, adalah 5 Abdirrahman bin Abi Bakar al-suyuthi, Tadrib al-rawi fı Syarhi Taqrib al-nawawi, (Beirut: Dar al-kutub al- Ilmiyah, 1992), Juz 1, h. 310. 6 Nuruddin al- Itr, Ulum al-hadits, Diterjemahkan oleh: Mujiyo, (Bandung: Rosda, 2012), h. 351-354. 21

hadis-hadis mukhtalif yang dapat dikompromikan dan diambil titik temunya. Kelompok pertama inilah yang terbanyak jumlahnya. Kelompok kedua, adalah hadis-hadis mukhtalif yang sama sekali tidak dapat dikompromikan dan tidak diambil titik temunya. Hadis ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, adalah satu dari hadis yang bertentangan itu merupakan nasikh sedangkan yang lain mansukh, maka nasikh diamalkan dan mansukh ditinggalkan. Kedua, tidak ada tanda dan petunjuk bahwa salah-satu riwayat itu merupakan nasikh dan yang lain mansukh. Maka jalan penyelesaiannya adalah dengan tarjih. Apabila kedua hadis mukhtalif sama kuatnya dan tidak dapat dikompromikan diambil titik temunya, maka keduanya dihukumi sebagai Hadı ts mudhtharib. B. Urgensi Ilmu Mukhtalif al-hadis Membaca sepintas perkataan dari al-sakhawiy menjadikan ilmu mukhtalif ini sebagai ilmu yang terpenting disamping ilmu hadis yang lain. Karena jika seseorang yang membaca atau memahami hadis tanpa adanya bantuan ilmu ini, seseorang dapat mengatakan suatu hadis yang shahih menjadi dha if dan sebaliknya, jika menemukan hadis yang tampaknya bertentangan. Berikut adalah perkataan al-sakhawiy : Ilmu ini termasuk jenis yang terpenting yang sangat dibutuhkan oleh ulama di berbagai disiplin ilmu. Yang bisa menekuninya secara tuntas adalah mereka yang berstatus sebagai imam yang memadukan antara hadis dan fiqh dan yang memiliki pemahaman yang sangat mendalam. 7 7 Nafiz Husain al-hammad, Mukhtalif Hadits bain al-fuqaha wa al-muhadditsin, (Dar al-wafa : 1993), h. 83. 22

Selain itu di antara pentingnya memahami ilmu ini adalah: 8 1. Menolak syubhat terhadap hadis Nabi SAW., dan menetapkan terjaganya Nabi SAW. serta terpeliharanya syari at Islam, karena syari at Islam selalu bermanfaat untuk setiap waktu dan tempat. 2. Menjelaskan tidak adanya pertentangan pada dalil yang shahih, tetapi yang demikian itu menunjukkan kesempurnaan. 3. Menyingkap sebagian kesalahan periwayatan serta menjelaskan adanya syadz pada riwayat tersebut. 4. Menetapkan bahwa kritik terhadap nash (matan hadis) muncul lebih awal sebelum kritik sanad. C. Syarat-Syarat Hadis Mukhtalif Ulama hadis mengemukakan, tidak selamanya hadis yang bertentangan dianggap suatu yang mukhtalif. Oleh karena itu, untuk memberikan batasan terhadap hadis yang termasuk dalam kategori mukhtalif maka ulama hadis memberikan beberapa syarat: 1. Hadis tersebut sama-sama berkualitas maqbu l, lawan dari mardu d. Karena hadis mardud tidak termasuk dalam kategori mukhtalif al-hadis. 2. Membicarakan objek yang sama, satu hadis menyatakan larangan dan satu hadis menyatakan kebolehan dalam objek yang sama. 8 Syarif al-qadhah, Ilmu Mukhtalif al-hadits Ushuluh wa Qawa iduh, Majallah Dirasat al-jami ah Arnidiyah, 2012, Jil. 28, h. 7. 23

3. Pertentangan tersebut hanya bersifat zha hir, sehingga memungkinkan untuk diselesaikan makna muktalif tersebut. D. Sebab-Sebab Terjadinya Hadis Mukhtalif Nabi Muhammad adalah sumber ilmu bagi sahabat. Beliau sering diminta petunjuknya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berlangsung selama kehidupan Nabi SAW. dan segala persoalan sahabat beliau berikan penyelesaian dengan tuntas. Nasehat yang diberikan kepada seseorang kadang-kala belum dipahami secara penuh oleh sahabat. Disamping itu sahabat juga memahami perbuatan Rasul SAW. dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian sahabat melihat perbuatan Rasul SAW. dalam kaitannya dengan ibadah sekilas bertentangan dengan hadis yang disampaikannya dengan lisan, sehingga pemahaman yang tidak komprehensif ini menjadikan dua hadis dalam tema yang sama seolah-olah bertentangan. Al-Hafnawi telah berhasil menemukan faktor-faktor penyebab timbulnya ta a rudh al-had its itu, yang disimpulkan sebagai berikut: 9 1. Nash yang menjadi dalil itu berupa zhanny al-dhala lah (sesuatu yang menunjukkan atas suatu makna, tetapi boleh jadi di-ta wil-kan dan dipalingkan makna dan maksudnya adalah makna lain), sehingga membuka 9 Suhefri, Nasah al-hadits Menurut Imam Sya fi i, (Jakarta: Bina Pratama, 2007), h. 56. 24

peluang untuk pemahaman yang beragam dan keberagaman ini membawa ta ar udh. 2. Adanya dua hadis yang terlihat saling bertentangan untuk masalah yang sama disebabkan karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. pernah menetapkan hukum yang berbeda untuk kasus yang sama. 3. Kadang-kala salah-satu di antara dua hadis dipandang ta ar udh yang sebenarnya salah-satunya berstatus na sikh dan yang lain mansu kh. 4. Kadang-kala Nabi menyebutkan lebih dari satu cara untuk sautu perbuatan yang ketentuan hukumya sama, yang sebenarnya ada kebolehan untuk memilih salah-satu cara dari beberapa cara yang disebutkan. 5. Kadang-kala terdapat lafaz nash yang datang dalam bentuk am dan yang dimaksud memamg am. Namun ada lafaz am yang datang bukan maksudnya am melainkan khash dan begitu juga sebaliknya. E. Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Prinsip pokok dalam penyelesaian hadis-hadis yang saling bertentangan, menurut jumhur ushuliyyun urutannya sebagai berikut: 10 1. Al-Jam u wa al-taufiq Salah satu hal penting untuk memahami sunnah dengan baik adalah menyesuaikan hadis-hadis yang tampak bertentangan serta menggabungkan antara hadis satu dengan hadis lainnya, meletakkan masing-masing hadis sesuai dengan tempatnya sehingga menjadi satu kesatuan yang saling 10 Syarif al-qadhah, op. cit, h. 14. 25

melengkapi, tidak saling bertentangan. Maksudnya adalah penyelesaian hadishadis yang tampak (makna lahiriyahnya) dengan cara menelusuri titik temu kandungan makna masing-masing. Sehingga maksud yang sebenarnya yang dituju oleh yang satu dengan yang lainnya dapat dikompromikan. 11 Sementara itu Hasbi al-shiddieqy menggunakan kata jama atau taufiq yang diartikan mengumpulkan dua hadis yang bertentangan. Apabila kelihatan pertentangan antara dua hadis, maka hendaklah kita berusaha untuk mengumpulkan atau mentaufiqkan antara keduanya. Imam al-nawawi mengatakan, ikhtilaf al-hadı ts ialah datangnya dua hadis yang berlawanan maknanya pada lahirnya lalu ditaufiqkan (dikumpulkan) antara keduanya atau ditarjihkan salah satu diantara kedua hadis yang bertentangan. 12 Sedangkan al Qarafi mengartikan al jam u sebagai mengkompromikan hadis-hadis yang tampak bertentangan untuk diamalkan dengan melihat seginya masingmasing. 13 Dari sekian definisi tentang al-jam u dapat disimpulkan bahwa aljam u adalah usaha yang dialakukan guna mengkompromikan antara dua hadis dan yang secara zhahir tampak bertentangan yang kemudian kedua hadis tersebut diamalkan secara bersama-sama tanpa meniadakan salah satunya dengan melihat seginya masing-masing. 11 Edi Safri, Al-Imam Al-Syafi i Metode Penyelesaian Hadits-Hadits Mukhtalif, (Padang: IAIN IB Press, 1999), h. 82. 12 T.M. Hasbi al-shadieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, (Jakarta: Bulan bintang, 1994), Jil. 2, h. 274. 13 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 143 26

Edi safri menjelaskan secara rinci metode Imam Syafi i dalam menyelesaikan hadis-hadis mukhtalif dalam bentuk jam u wa al-taufiq, 14 pertama, penyelesaian dengan pendekatan kaidah ushul fikih dengan memperhatikan lafaz am dan khas, 15 muthlaq dan muqayyad 16 dan lainnya. Kedua, penyelesaian dengan pemahaman kontekstual, yaitu memahami hadishadis Rasulullah SAW. dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa (situasi yang melatarbelakangi munculnya sebuah hadis tersebut), dengan kata lain memperhatikan dan mengkaji konteksnya. Ketiga, penyelesaian berdasarkan pemahaman korelatif, mengkaji hadis-hadis mukhtalif bersama hadis lain terkait, dengan memperhatikan keterkaitan makna satu dengan yang lainnya, agar maksud yang dituju dari hadis-hadis tersebut dapat dipahami dengan baik. Keempat, penyelesaian denga cara takwil, maksudnya menakwilkan hadis dari makna lahiriyah yang tampak bertentangan kepada makna lain karena adanya dalil, sehingga pertentangan yang tampak itu dapat ditemukan pengkompromiannya. 14 Kaizal Bay, Jurnal Ushuluddin Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut Imam Syafi i, Jurnal Ushuluddin, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas ushuluddin UIN SUSKA RIAU, V. XVII, No. 2, 2011. H. 189-194. 15 am adalah suatu kata yang pemakaiannya mencakup seluruh afrad atau satu yang tercakup dalam arti kata tersebut. Sedangkan khas suatu kata yang pemakaiannya, hanya untuk sebagian makna yang dicakup oleh kata tersebut. Lih. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2008), jil. 2, h. 47-48. 16 Muthlaq adalah lafaz yang mencakup pada jenisnya, tetapi tidak mencakup seluruh afrad di dalamnya. Adapun bedanya dengan am, adalah am itu bersifat syumul dan muthlaq bersifat badali. Sedangkan muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan hakikat sesuatu yang diikatkan kepada lafaz itu suatu sifat. Lih. Ibid, h. 116-119. 27

2. Tarjih Secara bahasa tarjı h ialah tafdhı l yaitu mengutamakan, taqawiyah yaitu menguatkan. 17 Menurut istilah Ahli Hadis: 18 Menjadikan rajih salah-satu dari dua hadis yang berlawanan yang tak bisa dikumpulkan, dan menjadikan yang sebuah lagi marjuh, dengan karena ada sesuatu sebab dari sebab-sebab tarjih Defenisi lain menyebutkan, Yaitu memperbandingkan hadis-hadis yang tampak bertentangan yang bisa dikompromikan dan tidak pula terkait sebagai na sikh dan mansu kh, dengan mengkaji lebih jauh hal-hal yang terkait dengan masing-masingnya agar dapat diketahui manakah sebenarnya di antara hadis-hadis tersebut yang lebih kuat atau lebih tinggi nilai hujjahnya dibanding dengan yang lain, untuk selanjutnya dipegang dan diamalkan yang kuat dan ditinggalkan yang lemah. 19 Adapun jalan untuk mentarjih dua dalil yang tampaknya bertentangan itu dapat ditinjau dari beberapa segi, pertama, segi sanad (I tibar al-sanad), kedua, segi matan (I tibar al-matan). ketiga, segi penunjukkan (madlul), misalnya, madlul yang positif, merajihkan yang negatif (didahulukan mutsbit ala al-na fi). Keempat, dari segi luar (al-umur ul kharijah), misalnya dalil quliyah merajihkan dalil fi liyah. 17 T.M. Hasbi al-shadieqy, op.cit.,jil. 2, h. 277. 18 Ibid. 19 Suhefri, loc.cit. 28

3. Nasakh Maksudnya adalah bahwa suatu hukum yang sebelumnya berlaku kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi oleh syar i (Allah dan RasulNya), yakni dengan didatangkannya dalil syar i yang baru yang membawa ketentuan lain dari yang berlaku sebelumnya. Hukum lama lama yang tidak berlaku lagi disebut mansu kh, sedangkan hukum yang baru datang disebut na sikh. 20 Ulama yang membolehkannya nasakh, mengemukakan beberapa syarat, pertama, yang di nasakh itu adalah hukum syara yang bersifat amaliyah, bukan hukum aqli dan bukan yang menyangkut hal aqidah. Kedua, dalil yang menunjukkan berakhirnya masa berlaku hukum yang lama itu datang secara terpisah dan terkemudian dari dalil yang di-nasakh. Kekuatan kedua dalil itu adalah sama, dan tidak mungkin untuk dikompromikan. Ketiga, dalil dari hukum yang dinasakh tidak menunjukkan berlakunya hukum untuk selamanya, karena pemberlakuan secara tetap mentup kemungkinan pembatalan berlakunya hukum dalam suatu waktu. Adapun cara untuk mengetahui adanya nasakh suatu hadis di antaranya : a). Dengan penjelasan dari nash atau sya ri, dalam hal ini penjelasan langsung dari Rasulullah SAW. b). Dengan penjelasan dari sahabat. c). Dengan mengetahui tarikh diucapkannya hadis tersebut. 21 20 Kaizal Bay, op.cit, h. 195 21 Ibid, h. 196. 29

4. Tawaqquf Yaitu mendiamkan dan tidak mengamalkan dan tidak mengamalkan hadis-hadis tersebut sampai ada dalil-dalil yang menunjukkan keabsahan hadis tersebut. 30