Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

FAKTOR YANG MENENTUKAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI OLEH: SARTIKA KRISNA PANGGABEAN AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus : Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat) ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KAKAO ( Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi )

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal)

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,


KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

Irving C.K. Putri, Analisis Pendapatan Petani Kakao. ANALISIS PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Oleh: Irving Clark Kaiya Putri

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG YANG MENJUAL BIJI BASAH DENGAN MENJUAL BIJI KERING

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU


ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2005 DAN ANGKA RAMALAN I 2006)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KACANG TANAH

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

ANALISA KOMPARATIF PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DAN VARIETAS IR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

PRODUKSI PADI TAHUN 2013 (ANGKA TETAP) MENGALAMI KENAIKAN 20,84 PERSEN DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2014 DIPERKIRAKAN NAIK PERSEN.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN UBI KAYU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015 DAN ANGKA RAMALAN I 2016)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II 2014)

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2015)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA SEMENTARA 2015)

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

BERITA RESMI STATISTIK

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 PENDAPATAN PETANI JAGUNG ANGGOTA DAN NONANGGOTA KOPERASI TANI MAKMUR DESA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Transkripsi:

KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG SUMATERA UTARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP HARGA JUAL DAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DAIRI (Studi Kasus: Desa Lau Mil Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi) Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof A. Sofyan No 3 Medan Hp. 085276342890, E-mail. panggabeansartika@ymail.com **) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (a) perbedaan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 dan (b) dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan sistem simple random sampling. Metode analisis menggunakan uji beda rata-rata satu sampel (one sample) dan uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sample). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di Kabupaten Dairi. Ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tehadap harga jual jagung di Kabupaten Dairi. Ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tehadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Dairi. Kata Kunci: harga referensi daerah, harga jual jagung, pendapatan petani ABSTRACT The research aim is to analyse (a) the difference between the regional reference price of corn in North Sumatra in 2012 with an average selling price (actual price) in 2012 and (b) the determination impact of reference pricing of corn area in North Sumatra to the selling price and farmers income. The area determinated by purposive with simple random sampling system. Analyses method uses the average difference of the one sample and the average difference of paired 1

sample. The result shows that there is a difference between the reference price of corn area in North Sumatra in 2012 with an average selling price (actual price) in 2012 in Dairi Regency. There is an impact of reference pricing policies corn area in North Sumatra in 2012 to the selling price of corn in Dairi. There is also an impact of reference pricing policies corn area in North Sumatra in 2012 to income of corn farmers in Dairi. Keywords: the regional reference price, selling price of corn, farmer income PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah sentra produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar Pulau Jawa. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di Indonesia. Berikut ini merupakan tabel luas panen, hasil per hektar dan produksi jagung menurut angka tetap (ATAP) 2010, 2011 dan 2012 Tabel 1.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Menurut Angka Tetap (ATAP) Tahun 2010, 2011 dan 2012 Sumatera Utara Komoditas Uraian Satuan ATAP ATAP ATAP 2012 2010 2011 Jagung Luas Panen Ha 274.822 255.291 243.098 Produktivitas Kw/Ha 50,13 50,71 55,41 Produksi Ton 1.377.718 1.294.645 1.347.006 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 dan Tahun 2011, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 naik 52,361 ton dari Angka Tetap tahun 2011 dengan meningkatnya produktivitas tanaman petani. Produksi jagung tahun 2012 mencapai 1.347.006 ton naik 52,361 ton dari Angka Tetap (ATAP) tahun 2011 yang masih 1.294.645 ton. Kenaikan itu dipicu naiknya produktivitas tanaman petani dari tahun 2011 sebesar 50,71 kuintal per hektar menjadi 55,41 kuintal per hektar. Produktivitas yang naik cukup besar seharusnya dapat meningkatkan produksi lebih banyak lagi, namun terhalang oleh luas panen jagung yang menurun. Pada ATAP tahun 2012 luas panen sebesar 243.098 2

hektar lebih rendah dibanding dari ATAP tahun 2011 yang mencapai 255.291 hektar. Impor jagung yang banyak membuat harga jagung petani menjadi menurun. Pada tahun 2012, impor jagung di Sumatera Utara sebanyak 216.859,000 ton. Harga jagung di Sumatera Utara pada bulan Juni 2012 sebesar Rp 1.700 per kilogram (Muary, 2012). Harga ini berada di bawah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012. Ketidakstabilan harga jagung di tingkat produsen mengakibatkan pemerintah melakukan upaya perbaikan harga jual petani. Hal ini dilakukan agar petani tidak semakin rugi akibat harga jual yang rendah. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyiapkan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung sebagai standar pembelian jagung dari petani dengan mencari masukan dari berbagai pihak, termasuk kalangan pengusaha pakan ternak. Berdasarkan surat keputusan (Ketapang SUMUT, 2012), disebutkan bahwa Harga Referensi Daerah Jagung adalah harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya produksi ditambah margin/keuntungan petani sebesar 30% (tiga puluh persen) dari biaya produksi. HRD menjadi standar minimum pembelian jagung di tingkat produsen. Dari kesepakatan tersebut maka ditetapkanlah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut: Tabel 1.2 Ketetapan Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara Tahun 2008-2012 Tahun Mulai Berlaku HRD Jagung (Rp/Kg) Peraturan Gubernur (Pergub) 2008-2011 29 Agustus 1.600 No. 23 Tahun 2008 2012 20 Maret 2.133 No. 188.44 Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara ditetapkan pada tahun 2008 yang berlaku sampai tahun 2011, kemudian diperbaharui kembali pada tahun 2012. Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara tahun 2008 sebesar Rp 1600/Kg pipilan kering mengalami peningkatan di tahun 2012 sebesar 24,98% menjadi Rp 2133/Kg pipilan kering. Adapun standart mutu jagung yang diharapkan adalah sebagai berikut (Ketapang SUMUT, 2012): 3

a. Kadar air 17 %. b. Aflatoxin maksimal 50 ppb. c. Tidak berjamur. d. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3 %. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perbedaaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012? 2) Bagaimana dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis perbedaan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012. 2) Untuk menganalisis dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani. TINJAUAN PUSTAKA Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Kebijaksanaan mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang. Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian. Pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut; ada yang berbentuk Undang - Undang, Peraturan - Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, dan lain-lain (Daniel, 2004). 4

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu kebijaksanaan yang bersifat pengatur (regulating police) dan pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata (distributive policies). Kebijaksanaan yang bersifat pengaturan misalnya peraturan dalam perdagangan/distribusi pupuk, sedangkan contoh peraturan yang bersifat mengatur pembagian pendapatan adalah penentuan harga (Mubyarto, 1989). Kebijaksanaan harga dalam bentuk peraturan yang diatur oleh pemerintah adalah kebijaksanaan harga dasar atau harga lantai (floor price) dan harga tertinggi atau harga atap (ceilling price). Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen tidak turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang telah ditetapkan tersebut. Harga atap (harga maksimum) tetap diperlukan khususnya pada musim-musim paceklik (Daniel, 2004) Landasan Teori Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut (Rahim, 2008): TR = Y x Py dimana : TR = total penerimaan (total reveniew) Y = hasil produksi Py = harga Y Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya. Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pedapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan bersih usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR TC 5

dimana: Pd = pendapatan bersih usahatani TR = total penerimaan (total reveniew) TC = total biaya (total cost) Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada dampak penetapan kebijaksanaan harga terhadap harga jual dan pendapatan petani. (Ritonga, 2011) dalam skripsi berjudul Dampak Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah, yang dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata mengemukakan bahwa ada perbedaan harga jual gabah petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), artinya petani menjual gabah di atas harga HPP yang ditetapkan oleh pemerntah walaupun informasi kenaikan HPP tersebut sama sekali tidak diketahui oleh petani. Ada perbedaan harga jual gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010, artinya harga jual gabah sesudah kenaikan HPP tahun 2010 lebih tinggi dari harga sebelum kenaikan HPP tahun 2010. Ini menunjukkan bahwa ada dampak kenaikan HPP terhadap harga jual gabah petani. Ada perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010, artinya petani mengalami peningkatan pendapatan setelah kenaikan HPP tahun 2010 yang telah ditetapkan pemerintah. Ini menunjukkan bahwa ada dampak kenaikan HPP terhadap pendapatan petani. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1) Ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di daerah penelitian. 2) Ada dampak penetapan kebijakan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani di daerah penelitian. 6

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa Lau Mil, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. Alasan pemilihan Kabupaten Dairi sebagai daerah penelitian adalah luas panen jagung di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 sebanyak 274.822 hektar dan Kabupaten Dairi merupakan kabupaten yang mempunyai luas panen terluas ketiga setelah Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 32.007 hektar dengan rata-rata produktivitas 50,24 Kw/Ha. Produksi sebanyak itu menunjukkan bahwa Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Provinsi Sumatera Utara yang turut menyumbangkan jagung bagi industri ternak dan kebutuhan di daerah maupun nasional. Pemilihan Kecamatan Tigalingga sebagai daerah penelitian berdasarkan pertimbangan persentase pemanfaatan luas wilayah. Tanah Pinem yang menjadi sentra produksi jagung terbesar di Kabupaten Dairi memiliki luas wilayah sebesar 43.940 hektar dengan pemanfaatan lahan jagung pada tahun 2011 seluas 9654 hektar yaitu sebesar 21,97% dari luas wilayahnya. Kecamatan Tigalingga dengan luas wilayah 19.700 hektar memiliki lahan jagung pada tahun 2011 seluas 6.175 hektar atau sebesar 31,345% dari luas wilayahnya. Ini menunjukkan bahwa persentase pemanfaatan luas wilayah sebagai lahan pertanaman jagung di Kecamatan Tigalingga lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Tanah Pinem. Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Lau Mil dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki luas panen jagung terbesar di antara desadesa yang ada di Kecamatan Tigalingga. Metode Penentuan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukani usahatani jagung di daerah penelitian. Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling yakni secara acak berdasarkan jumlah petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Lau Mil, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. Populasi petani jagung di Desa Lau Mil adalah sebanyak 7

472 KK. Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin sehingga diperolehlah jumlah sampel sebanyak 83 KK. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara peneliti dan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat terlebih dahulu. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari dinas/instansi terkait seperti Kantor Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Badan Penyuluh Pertanian Gunung Sayang Kecamatan Tigalingga, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Tigalingga Wilayah Kerja Penyuluhan Lau Mil, literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan uji beda rata rata satu sampel (one sample t-test). Prinsipnya adalah menguji apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata atau tidak dengan ratarata sebuah sampel. Nilai yang dimaksud pada umumnya adalah nilai parameter untuk mengukur suatu populasi. Parameter dalam penelitian ini adalah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012. Rumus one sample t-test (Ritonga, 2004): dimana: t X μ Sd = nilai t hitung = rata rata sampel = nilai parameter t = X μ ( S d n ) = simpangan baku (sudut deviasi) untuk sampel 8

Apabila : 1. t-hitung > t-tabel; H0 ditolak, H1 diterima, maka ada perbedaan 2. t-hitung < t-tabel; H0 diterima, H1 ditolak maka tidak ada perbedaan Ho = Tidak ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012. H1 = Ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012. Dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani di Kabupaten Dairi dianalisis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sampel t-test). Uji ini membandingkan mean (rata-rata) dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Sampel berpasangan adalah sebuah kelompok sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji rataan pada pengamatan yang berpasangan adalah: dimana : t = nilai t hitung t = D ( S d D ) D = rata-rata nilai observasi selisih pengukuran 1 dan 2 D = selisih antara pengukuran 1 dan 2 Sd n Apabila : = simpangan baku (sudut deviasi) = jumlah populasi 1. t-hitung > t-tabel; H0 ditolak, H1 diterima, maka ada perbedaan yang artinya ada dampak 2. t-hitung < t-tabel; H0 diterima, H1 ditolak, maka tidak ada perbedaan yang artinya tidak ada dampak Ho = Tidak ada perbedaan antara harga jual dan pendapatan petani sebelum dan sesudah penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara 9

tahun 2012. Artinya tidak ada dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani. H1 = Ada perbedaan harga jual dan pendapatan petani sebelum dan sesudah penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012. Artinya ada dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani. Defenisi Operasional 1) Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara adalah harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya produksi ditambah margin/keuntungan petani sebesar 30% dari biaya produksi yang berlaku di daerah Sumatera Utara. 2) HRD jagung Sumatera Utara Tahun 2008 adalah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di Sumatera Utara yang mulai berlaku 29 Agustus 2008. 3) HRD jagung Sumatera Utara adalah Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di Sumatera Utara yang mulai berlaku tanggal 20 Maret 2012. 4) Harga jual adalah harga yang dijualkan petani jagung kepada pedagang. 5) Produksi adalah jagung pipil yang dihasilkan dari usahatani jagung di daerah penelitian. 6) Biaya produksi adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan petani jagung selama melakukan usahatani jagung di daerah penelitian. 7) Penerimaan adalah hasil produksi jagung dikali dengan harga jual jagung. 8) Pendapatan usahatani adalah penerimaan petani jagung dikurangi dengan total biaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara dengan Rata-Rata Harga Jual Jagung (Harga Aktual) Untuk menjelaskan bagaimana perbedaan antara HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di Kabupaten Dairi digunakan analisis uji beda rata-rata satu sampel (one sample). Hasil analisis perbedaaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera 10

Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Analisis Uji Beda Rata-Rata Satu Sampel (One Sample) Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara dengan Rata-Rata Harga Jual Petani Jagung (Harga Aktual) Kondisi HRD Jagung SUMUT Rata-rata Harga Jual Petani (Harga Aktual) Harga (Rp/Kg) 2.133 2.518 Sig (2-tailed) : 0,000 Kriteria : 0,05 Sumber: Analisis Usahatani MT II ; Data Hasil Output SPSS Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat nilai Sig (2-tailed) adalah 0,00. Nilai Sig (2-tailed) ini berada di bawah kriteria 0,05 (0,000 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di Kabupaten Dairi. Perbedaan ini ditunjukkan dari selisih rata-rata harga jual petani jagung (harga aktual) tahun 2012 sebesar Rp 2.518 dengan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara Rp 2133 sebesar Rp 385. Artinya harga aktual lebih tinggi 15,29% dari Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara yang telah ditetapkan. Dampak Kebijakan Penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung Sumatera Utara Terhadap Harga Jual dan Pendapatan Petani Jagung Untuk menjelaskan dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani jagung digunakan analisis uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sample). Hasil analisis kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dan dampaknya terhadap harga jual jagung dapat dilihat pada Tabel 4.2 11

Tabel 4.2 Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan (Paired Sample) Harga Jual Petani Jagung Sebelum dan Sesudah Penetapan HRD Jagung Sumatera Utara Kondisi Sumber:Analisis Usahatani MT II Tahun 2011 dan ; Data Hasil Output SPSS Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai Sig (2-tailed) adalah 0,000. Nilai Sig (2-tailed) ini berada di bawah kriteria 0,05 (0,000 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual jagung di daerah penelitian. Artinya ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual jagung di daerah penelitian. Dampak ini ditunjukkan dari perbandingan antara rata-rata harga jual jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar Rp 2.327 dan rata-rata harga jual jagung setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar Rp 2.518. Selisihnya adalah Rp 191. Artinya rata-rata harga jual jagung setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 lebih tinggi 7,58% dari rata-rata harga jual jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap harga jual petani. Sebelum Penetapan HRD Jagung SUMUT Untuk mengetahui dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap pendapatan petani jagung digunakan analisis uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sample). Pendapatan petani terlebih dahulu dikonversikan ke dalam satuan per hektar agar dapat dibandingkan dalam satuan yang sama dampak penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara. Hasil analisis kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dan dampaknya terhadap pendapatan petani jagung dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sesudah Penetapan HRD Jagung SUMUT Rata-ratan Harga 2.327 2.518 Jual (Rp/Kg) Sig (2-tailed) : 0,000 Kriteria : 0,05 12

Tabel 4.3 Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan (Paired Sample) antara Pendapatan Petani Jagung Sebelum dan Sesudah Penetapan HRD Jagung Sumatera Utara Kondisi Sebelum Penetapan HRD Jagung Sumatera Utara Sesudah Penetapan HRD Jagung Sumatera Utara Per Petani (Rp/Ha) Per Petani (Rp/Ha) Penerimaan 7.192.600 11.868.500 8.288.010 13.676.040 Total Biaya 4.722.800 7.751.450 5.478.550 9.228.630 Pendapatan 2.469.780 4.363.010 2.809.450 4.670.800 Sig(2-tailed) : 0,026 Kriteria : 0,05 Sumber:Analiis Usahatani MT II Tahun 2011 dan ; Data Hasil Output SPSS Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Sig (2-tailed) adalah 0,026. Nilai Sig (2-tailed) ini berada di bawah kriteria 0,05 (0,026 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap pendapatan petani di daerah penelitian. Artinya ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap pendapatan petani di daerah penelitian. Dampak ini ditunjukkan dari perbandingan antara rata-rata pendapatan petani per hektar sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar Rp 4.363.010 dan rata-rata pendapatan petani per hektar setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar Rp 4.670.800. Selisihnya adalah Rp 307.790. Artinya rata-rata pendapatan petani jagung setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 lebih tinggi 6,58 % dari rata-rata pendapatan petani jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara terhadap pendapatan petani. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ada perbedaan antara Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan harga jual jagung (harga aktual) tahun 2012 di Kabupaten Dairi. 13

2. Ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 tehadap harga jual jagung di Kabupaten Dairi. 3. Ada dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara tahun 2012 tehadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Dairi Saran Kepada Pemerintah: 1. Agar pemerintah Provinsi Sumatera Utara melakukan sosialisasi ke daerahdaerah untuk mengefektifkan penerapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung di wilayah Sumatera Utara. 2. Diharapkan kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dikembangkan menjadi instrument floor price dan celiing price jagung yang berlaku di Provinsi Sumatera Utara. 3. Agar pemerintah mengembangkan fungsi logistik (Bulog) dalam mengendalikan harga jagung. Kepada Petani: 1. Penggunaan biaya produksi dilakukan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pendapatan. 2. Agar petani mencari informasi harga jagung yang berkembang agar mendapatkan harga yang sesuai. Kepada Peneliti: 1. Diharapkan peneliti selanjutnya menganalisis nilai Harga Referensi Daerah (HRD) jagung Sumatera Utara dalam meningkatkan harga jual dan pendapatan petani jagung di Provinsi Sumatera Utara. DAFTAR PUSTAKA Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Ketapang SUMUT. 2012. Kesepakatan Harga Referensi Daerah Jagung Tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara 14

Muary. R. 2012. Petani Karo Tolak Impor Jagung. http://www.mediaindonesia.com /read/2012/06/29/329752/126/101/petani- Karo-Tolak-Impor-Jagung. Diakses pada tanggal 2 November 2012 Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Rahim, dkk. 2008. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta Ritonga, A. 2004. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Rukmana, R. 2012. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta 15