KEUNGGULAN SIFAT METALURGI DAN LAJU KOROSI PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS 4,8 gu/cm 3

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI SIFAT TERMAL DAN MIKROS- TRUKTUR PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U 3 SI 2 -AL DENSITAS 4,8 GU/CM 3 DENGAN PADUAN ALMGSI SEBAGAI KELONGSONG

ANALSIS TERMAL PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS TINGGI

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

PENGARUH POROSITAS MEAT BAHAN BAKAR TER- HADAP KAPASITAS PANAS PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

ABSTRAK PENDAHULUAN. ISSN HasH-hasH Penelitian EBN Tahun 2010

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

KETAHANAN KOROSI BAHAN STRUKTUR AlMg-2 DALAM MEDIA AIR PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENDINGINAN

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH FABRIKASI PELAT ELEMEN BAKAR U-7Mo/Al DENGAN VARIASI DENSITAS URANIUM TERHADAP PEMBENTUKAN PORI DI DALAM MEAT DAN TEBAL KELONGSONG

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN INTERMETALIK AlFeNi SEBAGAI BAHAN KELONGSONG BAHAN BAKAR

STRUKTUR MIKRO DAN KARAKTERISTIK MEKANIK PEB U3Si2- Al TMU 2,96 g/cm 3 PASCA PERLAKUAN PANAS SUHU 500 o C

PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U-10Zr/Al UNTUK BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

Aslina Br.Ginting, Nusin Samosir, Suparjo,Hasbullah Nasution Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar dan Daur Ulang

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

PENGARUH KANDUNGAN MOLIBDENUM TERHADAP PERUBAHAN FASA DAN KAPASITAS PANAS INGOT PADUAN UMo

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH DENSITAS URANIUM DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U-7Mo/Al-Si MENGGUNAKAN KELONGSONG AlMgSi1 TERHADAP HASIL PROSES PENGEROLAN

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

KARAKTERISASI SIFAT TERMAL PADUAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%) DAN AlFe(2,5%)Ni(1,5%)Mg(1%) UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

INTERAKSI TERMOKIMIA BAHAN BAKAR U 3 SI 2 TMU 2,96 GU/CM 3 DENGAN MATRIKSS AL DAN KELONGSONG ALMG 2

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

Elman panjaitan2, Sulistioso G. S!, Ari Handayani2

STUDI SIFAT BAHAN BAKAR URANIUM SILISIDA AKIBAT IRADIASI

INTERAKSI BAHAN BAKAR U3Si2-Al DENGAN KELONGSONG AlMg2 PADA ELEMEN BAKAR SILISIDA TMU 2,96 gu/cm 3 PASCA IRADIASI

KARAKTERISASI INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Supardjo (1) dan Boybul (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

KOMPARASI ANALISIS KOMPOSISI PADUAN AlMgSI1 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK X RAY FLUOROCENCY (XRF) DAN EMISSION SPECTROSCOPY (

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA AlMg2 SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR MENGGUNAKAN AUTOCLAVE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB III METODE PENELITIAN

PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO AKIBAT PROSES ROL DAN LAS PADA PADUAN ZR-NB-MO-GE UNTUK MATERIAL KELONGSONG PLTN

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

KOMPARASI ANALISIS REAKSI TERMOKIMIA MATRIK Al DENGAN BAHAN BAKAR UMo/Al DAN U 3 Si 2 /Al MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYSIS

KORELASI ANTARA PERSEN KANDUNGAN Si DENGAN LAJU KOROSI DALAM UAP AIR PADA INGOT PADUAN Zr-1,5w%Nb-Si

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

ANALISIS MIKROSTRUKTUR DAN KIMIA TERHADAP HASIL KOROSI PADA INGOT AlFeNiMg

PENGEMBANGAN PADUAN URANIUM BERBASIS UMo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET MENGGANTIKAN BAHAN BAKAR DISPERSI U3Si2-Al

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI ZIRCALOY-4 MELALUI PEMADU TIMAH, TEMBAGA DAN NIOBIUM

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASA KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN FASA PADUAN Zr- 0,3%Nb-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENGEROLAN DINGIN

BAB IV HASIL PENGUJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PEMUNGUTAN SERBUK U 3 Si 2 DARI GAGALAN PRODUKSI PEB DISPERSI BERISI U 3 Si 2 -Al SECARA ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA TEMBAGA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

SINTESIS PADUAN AIFeNi DEN CAN METODA PELEBURAN

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK BAHAN STRUKTUR PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL DENGAN PENGUATAN FASE KEDUA DAN STRUKTUR BUTIR

KOMPATIBILITAS MATRIK AI DENCAN BAHAN BAKAR JENIS UMo

PENAMBAHAN AlTiB SEBAGAI PENGHALUS BUTIR PADA PROSES RAPID SOLIDIFICATION ALUMINIUM

DISTRIBUSI PERTUMBUHAN PRESIPITAT ZIRCALOY-4 PADA TEMPERATUR C

Pengaruh Penuaan Terhadap Karakteristik Paduan Ingat Bentuk Nitinol

PENGARUH UNSUR Ti PADA PADUAN U-7Mo-xTi TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN INGOT SERTA MORFOLOGI SERBUK HASIL HIDRIDING - DEHIDRIDING

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN AL 2014 HASIL PROSES AGING DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

Transkripsi:

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) KEUNGGULAN SIFAT METALURGI DAN LAJU KOROSI PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS 4,8 gu/cm 3 Aslina Br.Ginting, Nusin Samosir, Sugondo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten e-mail: aslina@batan.go.id (Diterima 17-6-2010, disetujui 15-10-2010) ABSTRAK KEUNGGULAN SIFAT METALURGI DAN LAJU KOROSI PADUAN AlMgSi UNTUK KELONGSONG BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al DENSITAS 4,8 gu/cm 3. Bahan bakar U 3 Si 2 -Al densitas tinggi mempunyai kekerasan yang lebih tinggi sehingga dalam proses fabrikasinya harus menggunakan kelongsong yang kompatibel dengan bahan bakar yang dikungkungnya. Bila digunakan paduan AlMg 2 sebagai kelongsong bahan bakar densitas tinggi dapat terjadi efek dogbone pada saat proses perolan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan kelongsong sebagai pengganti kelongsong AlMg 2. Salah satunya adalah paduan AlMgSi yang mempunyai sifat metalurgi dan laju korosi lebih baik dari kelongsong AlMg 2, sehingga paduan tersebut dipandang baik untuk menjadi kelongsong bahan bakar densitas tinggi yaitu 4,8 gu/cm 3. Proses fabrikasi pembuatan bahan bakar U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 dengan paduan AlMgSi sebagai kelongsong hampir sama dengan menggunakan kelongsong AlMg 2 hanya berbeda pada temperatur perolan dan anil. Perolan kelongsong AlMg 2 dilakukan pada temperatur 415 C dan proses anil pada 425 C sedangkan perolan kelongsong AlMgSi dilakukan pada temperatur 450 C dan proses anil pada temperatur 480 C. Untuk membuktikan kelongsong AlMgSi mempunyai sifat metalurgi dan laju korosi lebih baik dari kelongsong AlMg 2, maka PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 yang menggunakan kelongsong AlMgSi dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 yang menggunakan kelongsong AlMg 2 dikenakan pengujian metalurgi yang meliputi analisis mikrostruktur, analisis kekerasan dan analisis uji korosi. Kemudian kedua hasil analisisnya dibandingkan. Dari hasil analisis mikrostruktur diperoleh bahwa morfologi ikatan antar muka (interface bonding), kekerasan dan laju korosi kelongsong AlMgSi lebih baik dari kelongsong AlMg 2. Data analisis sifat metalurgi dan laju korosi kelongsong AlMgSi yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai perbaikan perancangan fabrikasi bahan bakar reaktor riset PEB U 3 Si 2 -Al dengan muatan uranium yang tinggi menggunakan kelongsong AlMgSi. KATA KUNCI: U 3 Si 2 -Al, densitas 4,8 gu/cm 3, kelongsong AlMgSi, metalurgi, korosi 79

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 ABSTRACT IMPROVEMENTS IN METALLURGICAL PROPERTIES AND RATE OF CORROSION OF AlMgSi ALLOY FOR U 3 Si 2 -Al FUEL CLADDING WITH A DENSITY OF 4.8 gu/cm 3. The utilization of high-density nuclear fuel must be supported by cladding material that is compatible with the fuel it contains considering high-density fuel possesses greater hardness. If AlMg 2 alloy is used as high density fuel cladding, dog bone effect may occur during rolling. For this reason, alternate cladding material is being investigated to replace the AlMg 2 cladding. One of the candidates is AlMgSi alloy which exhibits better metallurgical properties and rate of corrosion compared to AlMg 2 cladding, thus regarded as suitable for high uranium density of 4.8 gu/cm 3. In addition, the fabrication process of AlMgSi alloy as a cladding for U 3 Si 2 -Al fuel plate with a uranium density of 4.8 gu/cm 3 is almost similar to that of the AlMg 2 cladding. The differences are only in the rolling and annealing temperatures, in which the rolling of AlMg 2 cladding is carried out at 415 C and the annealing at 425 C while the rolling of AlMgSi is performed at 450 C and the annealing at 480 C. To establish that AlMgSi cladding has better rate of corrosion and metallurgical properties compared to the AlMg 2 cladding, the U 3 Si 2 -Al fuel plates having a uranium density of 4.8 gu/cm 3 that employ AlMgSi cladding and the ones that employ AlMg 2 cladding undergo metallurgical testings, which include metallurgy analyses, i.e. microstructure and hardness, and corrosion testing. The results of the two analyses are then compared. From the analysis of the microstructure, it is revealed that the morphology of the interface bonding, hardness and rate of corrosion of the AlMgSi cladding are better than those of the AlMg 2 cladding. The data from the analysis of the metallurgical properties and rate of corrosion of the AlMgSi cladding obtained are expected to serve as a correction to the design of the U 3 Si 2 -Al fuel plate for research reactor with a high uranium density using AlMgSi cladding. FREE TERMS: U 3 Si 2 -Al, uranium density of 4.8 gu/cm 3, AlMgSi cladding, metallurgy, corrosion I. PENDAHULUAN Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa pelat elemen bakar U 3 Si 2 -Al dengan densitas 2,9 dan 3,6 gu/cm 3 dengan kelongsong AlMg 2 sangat baik digunakan sebagai bahan bakar di dalam reaktor [1,2,3,4]. Sedangkan untuk densitas 4,2 dan 4,8 gu/cm 3 dengan kelongsong AlMg 2 data analisisnya menunjukkan bahwa kedua pelat elemen bakar tersebut tidak mengalami kendala dalam proses fabrikasi, tetapi penggunaannya di dalam reaktor sedang dalam penelitian. Namun untuk bahan bakar U 3 Si 2 -Al dengan densitas 5,2 gu/cm 3 di dalam proses fabrikasi mengalami kendala dalam hal ketebalan kelongsong AlMg 2 yang dipersyaratkan. Jika muatan uranium ditingkatkan menjadi 80

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) 5,2 gu/cm 3, maka kekerasan inti elemen bakar akan meningkat sehingga berpengaruh pada proses perolan kelongsong AlMg 2. Hal ini tidak diinginkan karena terjadi fenomena dogbone pelat elemen bakar reaktor riset [5,6,7]. Fenomena dogbone dapat terjadi apabila kekerasan bahan bakar lebih tinggi dari kelongsong sedangkan fenomena whisker terjadi sebaliknya. Adanya dogbone maupun whisker harus dihindari karena panas akan terlokalisasi di daerah tersebut dan dapat menimbulkan blister. Hal ini penting mengingat bahan bakar berdensitas tinggi mempunyai kekerasan yang lebih tinggi, sehingga bila digunakan kelongsong AlMg 2 pada saat perolan dapat terjadi efek dogbone seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 [8]. Oleh karena itu perlu dicari beberapa alternatif bahan kelongsong sebagai pengganti kelongsong AlMg 2 yang digunakan Batan Teknologi pada saat ini, salah satunya adalah paduan AlMgSi. Karena data fabrikasi pelat elemen bakar U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2 sudah tersedia, maka hipotesis penelitian ini mengacu pada pelat elemen bakar U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2 karena diduga pelat elemen bakar U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi mempunyai sifat termal, metalurgi, dan laju korosi yang lebih baik dibandingkan kelongsong AlMg 2. Gambar 1. Fenomena dogbone pada bahan bakar U 3 Si 2 -Al. Paduan AlMgSi merupakan paduan aluminium dengan kandungan unsur pemadu utama adalah Mg dan Si yang mudah diperoleh di pasaran [4,9]. Penambahan unsur paduan tersebut pada logam aluminium dapat menghasilkan kondisi yang larut padat atau menghasilkan senyawa logam fase kedua. Dengan demikian terjadinya peningkatan kekuatan dan kekerasan paduan AlMgSi disebabkan oleh penguatan larut padat dan penguatan fase kedua. Penguatan dengan fase kedua yang tarjadi pada paduan AlMgSi dapat ditingkatkan lagi dengan cara mengusahakan agar fase kedua yang terjadi berbentuk partikel halus berupa endapan yang terdistribusi secara merata. Penguatan seperti ini dikenal dengan pengerasan endapan (precipitation hardening). Paduan AlMgSi juga 81

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 termasuk dalam paduan yang dapat dikeraskan dengan perlakuan panas (heat treateable alloy) [9,10] serta partikel halus yang terdapat pada paduan AlMgSi dapat dimanfaatkan pula sebagai tempat berkumpulnya cacat titik yang diakibatkan oleh panas atau radiasi, yang berdampak baik pada penurunan elongasi atau swelling bahan bakar, sehingga sangat baik digunakan sebagai kelongsong bahan bakar nuklir. Kondisi demikian merupakan keunggulan paduan AlMgSi dan merupakan perbedaan yang sangat mendasar bila dibandingkan dengan kelongsong AlMg 2 yang merupakan non heat treateable alloy. Selain keunggulannya mempunyai presipitat dan dapat dikeraskan, proses fabrikasi pembuatan paduan AlMgSi sebagai kelongsong hampir sama dengan menggunakan kelongsong AlMg 2 yaitu meliputi peleburan logam uranium menjadi serbuk uranium, pembuatan inti elemen bakar (IEB), penyiapan dan perolan kelongsong AlMgSi menjadi frame dan cover yang dilanjutkan dengan pembuatan pelat elemen bakar (PEB) U 3 Si 2 -Al dengan densitas 4,8 gu/cm 3. Perbedaan proses pabrikasi PEB U 3 Si 2 -Al menggunakan kelongsong AlMgSi hanya berada pada temperatur perolan dan anil. Proses perolan kelongsong AlMg 2 dilakukan pada temperatur 415 C yang diikuti proses anil pada 425 C sedangkan kelongsong AlMgSi dirol pada temperatur 450 C dan dianil pada 480 C. Disamping itu, paduan AlMgSi juga mempunyai keunggulan lain dibanding kelongsong AlMg 2 yang sangat erat kaitannya dengan persyaratan yang harus dimiliki oleh kelongsong bahan bakar densitas uranium tinggi, yaitu sifat kimia, sifat termal, sifat metalurgi (kekerasan, mikrostruktur, ketahanan korosi) [10,11,12]. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan analisis kimia dan analisis termal terhadap kelongsong AlMgSi dan kelongsong AlMg 2. Dari hasil analisis kimia dan termal tersebut diperoleh bahwa PEB U 3 Si 2 -Al dengan densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi mempunyai sifat termal lebih baik didibandingkan PEB U 3 Si 2 -Al dengan densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis mikrostruktur, analisis kekerasan dan analisis laju korosi terhadap PEB U 3 Si 2 -Al dengan densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi yang dibandingkan dengan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. Analsisis mikrostruktur dilakukan untuk mengetahui adanya morfologi ikatan antar muka (interface bonding) kelongsong AlMgSi dengan bahan bakar U 3 Si 2 -Al dan distribusi bahan bakar U 3 Si 2 -Al. Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan kepada fabrikator bahan bakar reaktor riset PEB U 3 Si 2 -Al untuk mendesain elemen bakar reaktor riset dengan muatan uranium 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi. 82

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) II. TATA KERJA Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelongsong AlMgSi, AlMg 2, AlMgSi rol, AlMg 2 rol, PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (dengan kelongsong AlMgSi) dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (dengan kelongsong AlMg 2 ). Sebelum PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 difabrikasi, bahan baku bahan bakar U 3 Si 2 -Al tersebut terlebih dahulu dianalisis komposisi kimianya menggunakan titroprosesor. Setelah perbandingan komposisi kimia U 3 Si 2 : Al diketahui, selanjutnya diproses lebih lanjut menjadi Inti Elemen Bakar (IEB) U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 yang dilanjutkan dengan pembuatan Pelat Elemen Bakar (PEB) U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3. Untuk mengetahui keunggulan penggunaan paduan AlMgSi sebagai kelongsong PEB U 3 Si 2 -Al kemudian dibandingkan paduan AlMg 2 dengan melakukan beberapa analisis meliputi analisis mikrostruktur dengan menggunakan SEM, analisis kekerasan dengan kekerasan mikro dan analisis laju korosi dilakukan di dalam autoclave dengan pemanasan 150 C. Analisis mikrostruktur, analisa kekerasan dan laju korosi dikenakan terhadap kelongsong AlMgSi, AlMg 2, AlMgSi rol, AlMg 2 rol, PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. Hasil ketiga analisis kemudian dievaluasi dan dibandingkan sehingga diperoleh sifat mikrostruktur, kekerasan dan laju korosi dari kelongsong AlMgSi, AlMg 2 dan PEB U 3 Si 2 -Al. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Analisis Komposisi Kimia Analisis komposisi kimia telah dilakukan terhadap bahan baku uranium logam, U 3 Si 2 dan pelat AlMgSi AlMg 2 dan pelat elemen bakar U 3 Si 2 -Al dengan densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan titroprosesor. Hasil analisis komposisi kimia yang diperoleh dituangkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia paduan AlMgSi, AlMg 2, U 3 Si 2 dan logam U. Konsentrasi (% berat) Paduan Mg Si Ti Cr Mn U AlMgSi 0,5708 0,845 0,0083 0,0014 0,,578 AlMg 2 1,965 0,1214 - - - Logam uranium - - - - - 99,82 U 3 Si 2-7,50 - - - 92,55 Sertifikat AlMgSi < 1,2 0,7-1,3 0,1 0,25 0,4-1,0 Sertifikat AlMg2 1,7-2,4 0,30 - - - 83

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 Dari hasil analisis komposisi kimia kemudian logam uranium tersebut dipotong yang dilanjutkan dengan proses peleburan menjadi serbuk uranium yang kemudian dipadu dengan logam Si dengan perbandingan logam U : logam Si = 92,5% : 7,5 %. Setelah diketahui perbandingan komposisi kimia U 3 Si 2 : Al, selanjutnya diproses lebih lanjut menjadi Inti Elemen Bakar (IEB) dan Pelat Elemen Bakar (PEB) U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3. PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 dengan kelongsong AlMgSi yang telah dibuat, kemudian dilakukan preparasi pemotongan sisi jauh (SJ), sisi dekat (SD) dan bagian tengah (C). Selanjutnya untuk membuktikan bahwa kelongsong AlMgSi lebih baik dibanding kelongsong AlMg 2, dikenakan analisis kekerasan, mikrostuktur dan laju korosi kemudian dibandingkan dengan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. 3.2. Hasil Analisis Kekerasan Analisis kekerasan telah dilakukan terhadap paduan AlMgSi (segar) dan AlMg 2 (segar), AlMgSi rol, AlMg 2 rol, PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMgSi) dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMg 2 ) dengan 7 kali pengulangan masing-masing pada 3 posisi. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat Mikro Hardness Merk Leizt metode Vickers. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelongsong AlMgSi, AlMgS rol, dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMgSi) mempunyai kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan kelongsong AlMg 2, AlMg 2 rol dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMg 2 ) seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan 3. Kelongsong AlMgSi mempunyai kekerasan sebesar 115 HVN lebih besar dibanding kelongsong AlMg 2 yang mempunyai kekerasan sebesar 50,9 HVN, sedangkan kelongsong AlMgSi rol dan AlMg 2 rol masing-masing mempunyai kekerasan sebesar 70,1 HVN dan 47,3 HVN. Proses perolan panas pada saat fabrikasi bahan bakar sangat berpengaruh terhadap kekerasan kelongsong AlMgSi maupun AlMg 2. Kelongsong AlMgSi yang dikenakan proses perolan pada temperatur pada 450 C dan proses anil pada 480 C atau di atas titik rekristalisasinya menurunkan kekerasan kelongsong AlMgSi dari 115 HVN menjadi 70,1 HVN sedangkan kelongsong AlMg 2 yang dikenakan proses perolan pada temperatur 425 C menurunkan kekerasannya dari 50,9 HVN menjadi 47,3 HVN seperti yang terlihat pada Tabel 2. Penurunan kekerasan AlMgSi rol maupun AlMg 2 rol disebabkan karena perolan panas tersebut menyebabkan terjadinya proses rekristalisasi spontan dengan 84

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) deformasi plastis sehingga kelongsong AlMgSi maupun AlMg 2 menjadi lunak dan menurunkan kekerasan kedua kelongsong tersebut [11,12]. Tabel 2. Kekerasan kelongsong AlMgSi, AlMg 2, AlMgSi rol dan AlMg 2 rol. Uji kekerasan Vickers : HV2 (F = 1,96 N), ASTM No Bahan Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3 HVN d rerata HV d rerata HV d rerata HV rerata 1 AlMgSi 0,18 115 0,18 115 0,18 115 115 2 AlMg 2 0,27 50,9 0,27 50,9 0,27 50,9 50,9 3 AlMgSi rol SD 0,23 70,1 0,23 70,1 0,23 70,1 70,1 4 AlMgSi rol SJ 0,23 70,1 0,23 70,1 0,23 70,1 70,1 5 AlMg 2 rol SD 0,28 47,3 0,28 47,3 0,28 47,3 47,3 6 AlMg 2 rol SJ 0,28 46 0,28 48 0,29 47,2 47,1 Tabel 3. Kekerasan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (AlMgSi dan kelongsong AlMg 2 ). Uji kekerasan Vickers : HV2 (F = 1,96 N), ASTM No Bahan Sisi dekat (SD) Tengah (C) Sisi jauh (SJ) HVN d rerata HV d rerata HV d rerata HV rerata 1 PEB U 3 Si 2 -Al kelongsong AlMgSi 0,24 64,4 0,25 59,30 0,24 64,4 62,70 2 PEB U 3 Si 2 -Al kelongsong AlMg 2 0,30 41,35 0,28 45,70 0,29 47,3 44,78 Dari Tabel 3 juga dapat diketahui bahwa PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi mempunyai kekerasan sebesar 62,70 HVN lebih besar dibandingkan dengan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2 dengan kekerasan sebesar 44,78 HVN. Dari hasil analisis kekerasan terhadap kedua kelongsong bahan bakar tersebut dapat dinyatakan bahwa paduan AlMgSi lebih kuat digunakan sebagai kelongsong bahan bakar U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 dibanding paduan AlMg 2. Disamping keunggulan yang telah diperoleh dari sifat termalnya (pada penelitian sebelumnya), kelongsong AlMgSi juga mempunyai kekerasan yang lebih baik dibanding kelongsong AlMg 2. Hal ini merupakan persyaratan penting menjadi kelongsong bahan bakar nuklir densitas tinggi. 3.3. Analisis Mikrostruktur Analisis mikrostruktur telah dilakukan terhadap AlMgSi dan AlMg 2, IEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3, PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. Analisis dimulai dengan pemotongan sampel yang dilanjutkan dengan preparasi metalografi meliputi mounting dengan resin, gerinda dan poles seperti yang terlihat pada Gambar 2. Setelah 85

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 permukaan sampel halus dan mengkilap, sampel kemudian dietsa dengan bahan kimia tertentu, dan selanjutnya dianalisis mikrostrukturnya dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Gambar 2. Sampel metalografi siap dianalisis dengan SEM. Gambar 3. Mikrostruktur ikatan antar muka kelongsong AlMgSi. Gambar 4. Mikrostruktur ikatan antar muka kelongsong AlMg 2. 86

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) Dari hasil analisis mikrostruktur kelongsong AlMgSi dan AlMg 2, terlihat jelas perbedaan morfologi ikatan antar muka (interface bonding) kelongsong AlMgSi dengan ikatan antar muka kelongsong AlMg 2 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Proses fabrikasi kelongsong AlMgSi pada temperatur perolan 450 C menghasilkan morfologi ikatan antar muka relatif lebih sempurna dibandingkan dengan morfologi ikatan antar muka kelongsong AlMg. Hal ini disebabkan temperatur perolan pada 450 C yang dilanjutkan dengan prosess anil pada temperatur 480 C mampu meningkatkan luas bidang kontak antar muka yang mempercepat difusi atom antar muka sehingga menghasilkan ikatan antar muka logam yang relatif lebih baik. Dari Gambar 5 dan 6 dapat diketahui bahwa proses perolan pada temperatur 450 C dan proses anil pada 480 C yang dikenakan terhadap kelongsong AlMgSi menghasilkan ikatan antar muka IEB U 3 Si 2 -Al dengan kelongsong AlMgSi lebih baik dibandingkan dengan ikatan antar muka IEB U 3 Si 2 -Al dengan kelongsong AlMg 2 yang mengalami perolan pada temperatur 415 C dan proses anil pada 425 C. Hal ini disebabkan karena proses perolan pada temperatur 480 C selain dapat meningkatkan kerapatan ikatan antar muka kelongsong AlMgSi yang lebih baik melalui peningkatann deformasi, dapat juga mengurangi atau memperkecil perbedaan kekerasan antar muka bahan bakar U 3 Si 2 dengann kelongsongnya. Pengurangan perbedaan kekerasan ini diharapkan mampu mengeleminasi dan mencegah kemungkinan terjadinya dogbone [13]. Gambar 5. Mikrostrukturr ikatan antar muka kelongsong AlMgSi dengan U 3 Si 2 -Al. 87

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 Gambar 6. Mikrostruktur ikatan antar muka kelongsong AlMg 2 dengan U 3 Si 2 -Al. Gambar 7. Mikrostruktur IEB U 3 Si 2 -Al. Dari analisis mikrostruktur terhadap IEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 pada Gambar 7 dapat diketahui distribusi butiran serbuk U 3 Si 2 dan matrik Al. Morfologi partikel U 3 Si 2 yang berwarna abu-abu terlihat dengan ukuran sekitar <90 µm dan >40 µm serta distribusi matrik Al berwarna hitam. 88

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) Gambar 8. Mikrostruktur PEB U 3 Si 2 -Al (kelongsong AlMgSi). Gambar 9. Mikrostruktur PEB U 3 Si 2 -Al (kelongsong AlMg 2 ). Analisis mikrostruktur juga dilakukan terhadap PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMgSi) dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 (kelongsong AlMg 2 ) menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). Hasil analisis mikrostruktur menunjukkan terlihat jelas adanya perbedaan antara posisi inti elemen bakar U 3 Si 2 -Al dengan posisi kelongsong AlMgSi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 serta perbedaan posisi inti elemen bakar U 3 Si 2 -Al dengan kelongsong AlMg 2 seperti yang terlihat pada Gambar 9. Posisi 89

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 kelongsong AlMgSi maupun kelongsong AlMg 2 berada di bagian tepi atas dan bawah sedangkan inti elemen bakar U 3 Si 2 -Al terdistribusi secara merata di bagian tengah PEB U 3 Si 2 -Al. 3.4. Analisis Laju Korosi Analisis laju korosi juga telah dilakukan terhadap kelongsong AlMgSi, AlMg 2, AlMgSi rol, AlMg 2 rol PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. Analisis dilakukan dengan cara memotong sampel dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi tertentu, kemudian sampel ditimbamg untuk menentukan berat awal (W o ) seperti yang terlihat pada Tabel 4. Selanjutnya sampel yang sudah dipotong dipanaskan pada temperatur 150 C selama 77 jam di dalam autoclave. Sampel hasil pemanasan selanjutnya ditimbang kembali untuk menentukan berat setelah korosi (W 1 ). Hasil analisis besarnya laju korosi dari kelongsong AlMgSi segar, AlMg 2 segar maupun rol dan PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 dituangkan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 diketahui bahwa kelongsong AlMgSi mempunyai laju korosi sebesar 0,0666 g/dm 2 lebih kecil dibanding kelongsong AlMg 2 yang mempunyai laju korosi sebesar 0,0720 g/dm 2. Kecilnya laju korosi kelongsong AlMgSi disebabkan paduan AlMgSi mengalami larut padat membentuk senyawa Mg 2 Si yang lebih banyak. Fenomena ini terjadi karena sebagian besar unsur Mg dengan kadar <1% yang larut padat dalam AlMgSi telah diikat oleh unsur Si terlebih dahulu membentuk senyawa Mg 2 Si, dan unsur Mg tidak cukup untuk mengikat Al membentuk senyawa Mg 2 Al 3. Pembentukan senyawa Mg 2 Si tidak bersifat anodik terhadap matriknya sehingga tidak mengubah potensial elektrode kelongsong AlMgSi. Sedangkan pada kelongsong AlMg 2 kemungkinan terbentuknya fase Mg 2 Al 3 relatif lebih besar. Kehadiran fase ini tidak diharapkan karena sifatnya yang relatif lebih anodik dari pada fase matriknya. Fenomena seperti ini tidak menguntungkan karena fase Mg 2 Al 3 berpotensi untuk terkorosi pada daerah batas butir apabila berada di dalam media korosif. Fase Mg 2 Al 3 ini juga mempercepat terjadinya proses korosi tegangan (stress corrosion) apabila mengalami perlakuan panas yang mengakibatkan terbentuk endapan yang lebih banyak pada batas butir. 90

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) Tabel 4. Data korosi selama 77 jam pada temperatur 150 C. No Sampel Kode Selimut (dm 2 ) W 0 (g) W 1 (g) ΔW (g) Laju korosi (g/dm 2 ) 1.1 0,0160 0,1850 0,1861 0,0011 0,0686 Rerata (g/dm 2 ) 1 AlMgSi 2 AlMg 2 3 AlMgSi rol 4 AlMg 2 rol 1.2 0,0161 0,1828 0,1838 0,0010 0,0621 1.3 0,0159 0,1702 0,1713 0,0011 0,0692 1.1 0,0161 0,1781 0,1794 0,0013 0,0807 1.2 0,0169 0,2152 0,2160 0,0008 0,0473 1.3 0,0159 0,1612 0,1626 0,0014 0,0880 1.1 0,0148 0,1874 0,1879 0,0005 0,0338 1.2 0,0146 0,1838 0,1846 0,0008 0,0548 1.3 0,0141 0,1799 0,1808 0,0009 0,0638 1.1 0,0137 0,1724 0,1731 0,0007 0,0511 1.2 0,0137 0,1721 0,1730 0,0009 0,0657 1.3 0,0134 0,1659 0,1671 0,0012 0,0896 0,0666 0,0720 0,0508 0,0688 5 PEB U 3 Si 2 Al AlMgSi (SJ) 1.1 0,0145 0,1830 0,1832 0,0002 0,0138 1.2 0,0134 0,1635 0,1640 0,0005 0,0373 1.3 0,0142 0,1761 0,1769 0,0008 0,0563 0,0347 6 PEB U 3 Si 2 Al AlMgSi (SD) 1.1 0,0141 0,1757 0,1762 0,0005 0,0355 1.2 0,0137 0,1728 0,1734 0,0006 0,0438 1.3 0,0141 0,1763 0,1767 0,0004 0,0284 0,0359 7 PEB U 3 Si 2 Al AlMg 2 (SJ) 1.1 0,0143 0,1747 0,1755 0,0008 0,0559 1.2 0,0140 0,1742 0,1751 0,0009 0,0643 1.3 0,0141 0,1761 0,1769 0,0008 0,0567 0,0589 1.1 0,0142 0,1788 0,1796 0,0008 0,0563 8 PEB U 3 Si 2 -Al AlMg 2 (SD) 1.2 0,0141 0,1771 0,1779 0,0008 0,0567 1.3 0,0144 0,1796 0,1805 0,0009 0,0625 Catatan: W 0 = berat awal, W 1 = berat setelah korosi, ΔW = W 1 W 0, Laju korosi = g/dm 2 0,0585 Proses perolan yang dikenakan terhadap kelongsong AlMgSi maupun AlMg 2 menurunkan laju korosi kedua kelongsong tersebut. Hal ini disebabkan karena proses perolan kelongsong AlMgSi pada temperatur 450 C menyebabkan terjadinya deformasi elongasi, dislokasi kemudian diikuti proses anil pada 480 C atau di atas temperatur rekristalisasi menyebabkan terjadinya penataan ulang (recovery) menuju kondisi yang lebih stabil. Fenomena ini 91

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 6 No. 2 Juni 2010: 71-134 ISSN 1907 2635 berlaku juga terhadap kelongsong AlMg 2 yang mengalami proses perolan pada temperatur 415 C dan anil pada 425 C. IV. KESIMPULAN Dari analisis kekerasan diperoleh hasil bahwa kelongsong AlMgSi mempunyai kekerasan lebih kuat dibandingkan kelongsong AlMg 2 sebesar 115 HVN dan 70,1 HVN untuk masing masing AlMgSi dan AlMgSi rol dan 50,9 HVN dan 47,1 HVN untuk kelongsong AlMg 2 dan AlMg 2 rol. Dari analisis laju korosi diperoleh kelongsong AlMgSi, AlMgSi rol mempunyai laju korosi masing masing sebesar 0,0666 g/dm 2 dan 0,0508 g/dm 2 lebih kecil dibanding kelongsong AlMg 2 segar dan AlMg 2 rol yaitu sebesar 0,0720 g/dm 2 dan 0,0688 g/dm 2, sedangkan dari analisis mikrostruktur diperoleh morfologi ikatan antar muka (interface bonding) kelongsong AlMgSi lebih baik dari kelongsong AlMg 2. Dari hasil analisis kekerasan, laju korosi dan mikrostruktur menunjukkan bahwa PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMgSi jauh lebih baik dibanding PEB U 3 Si 2 -Al densitas 4,8 gu/cm 3 menggunakan kelongsong AlMg 2. V. DAFTAR PUSTAKA 1. Tim Keselamatan Reaktor Serba Guna. (1998). Laporan Analisis Keselamatan Penggantian Elemen Bakar Oksida ke Silisida Densitas 2,96 g/cm 3. RSG. OTH/LAK/01/98. 2. Masrukan. (1989-1999). Karakterisasi AlMgSi Untuk Pelat Sisi Ditinjau Sebagai Kelongsong Bahan Bakar Reaktor Riset. Hasil-Hasi Penelitian Elemen Bakar Nuklir, P2TBDU-BATAN, Serpong. 3. Benjamin, M.MA. (1983). Nuclear Reactor Materials and Applications. USA: VNR Company Inc. 4. Altenpohl. (1982). Aluminium Viewed From Within. Springer Verlag. German: Dusseldorf-FRG. 5. Mondolfo, L.F. (1976). Aluminium Alloys Structure and Properties. London Boston: Butterworths. 6. Hollingsworth, E.H. (1988). Corrosion of Aluminium and Aluminium Alloys. ASM. 7. Fontana, M.G. (1987). Corrosion Engineering. New York: McGraw-Hill. 8. Suripto, A. (1989). Deskripsi Singkat Proses Pembuatan Elemen Bakar Reaktor Riset Tipe MTR di IPEBRR. Serpong: Bidang Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, PEBN-BATAN. 92

(Aslina Br. Ginting, Nusin Samosir, Sugondo) 9. Snelgrove, J.L., Domagala, R.F., Hofman, G.L., Wincek, T.C., Copeland, G.L., Hobbs, R.W., & Senn, R.L. (1987). The Use of U 3 Si 2 Dispersed Al in Plate Type Fuel Elements for Research and Test Reactor. ANL/RERTR /TM-11. 10. Rhee, C.K., Pyun, S.I., & Kuk, I.H. (1991). Phase Formation and Growth at Interface between U 3 Si and Aluminium. Korea Atomic Energy Institute, Daejon 305-606, Korea. 11. Siswosuwarno, M. (1985). Teknik Pembentukan Logam Jilid I. Institut Teknologi Bandung: Jurusan Mesin Fakultas Teknologi Industri. 12. Cahoon, J.R. (2006). Microstructure and Phase Constituents in the Interface Zone of Mg/Al Diffusion Bonding. Department of Mechanical and Manufacturing Engineering, University of Manitoba. Canada. 13. ASTM. (1992). Annual Book of ASTM Standards, 14.02, 658-665. 93