BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan. kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) C-134

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor Dalam Mengurangi Tingkat Kerentanan Masyarakat Di KSN. Gunung Merapi Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam. Hal tersebut

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN SOSIAL EKONOMI PENDUDUK BANTARAN SUNGAI CODE KOTA YOGYAKARTA TERHADAP BENCANA LAHAR MERAPI

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia rawan akan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas gunungapi. Salah satu gunungapi aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunungapi Merapi dengan ketinggian 2968 mdpl (meter diatas permukaan laut). Gunungapi Merapi termasuk gunungapi tipe strato. Secara geografis berada di 110 o 15 13-110 o 33 00 BT dan 7 o 34 51-7 o 47 03 LS. Secara administratif, terletak pada empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten (BAPPENAS dan BNPB, 2011:7). percayai telah mengalami erupsi lebih dari 68 kali sejak tahun 1548. Gunung ini mengeluarkan awan panas yang paling banyak dipermukaan bumi (32 dari 68 kejadian erupsi). Erupsi Gunungapi Merapi sifatnya sangat merusak karena VEI (Volcano Eruption Index) mencapai 3. Gunungapi Merapi pernah mengalami erupsi besar yaitu terjadi pada tahun 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada tahun 1987, erupsi Gunungapi Merapi menghasilkan 40 awan panas (Nuée Ardentes) perhari. Pada erupsi tahun 2006, kubah lava runtuh dan menimbulkan aliran awan panas sejauh 5 km dari puncak gunung. Bencana ini mengakibatkan jatuhnya korban yaitu sebanyak 43 jiwa dan terjadi pengungsian sebanyak 6000 orang (Gates dan Ritchie, 2007: 165). Pada tanggal 25 Oktober 2010 Gunungapi Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hingga awal November 2010 dengan intensitas erupsi yang berbeda. Erupsi ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian besar di empat kabupaten, yaitu Boyolali, Klaten, Magelang, dan Sleman. Berdasarkan data Pusdalops BNPB pertanggal 27 November 2010, bencana erupsi ini menimbulkan korban meninggal sebanyak 277 jiwa di wilayah DIY dan 109 orang meninggal di wilayah Jawa Tengah (BAPPENAS dan BNPB, 2011:1). Erupsi Gunungapi Merapi telah mengubah tatanan alam dan kondisi tatanan kehidupan masyarakat, khususnya dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Erupsi Gunungapi Merapi telah banyak menyebabkan korban, baik harta maupun 1

2 jiwa (Hasse dan Said, 2012). Bencana erupsi Gunungapi Merapi menyebabkan kerusakan kehidupan dan penghidupan pada kawasan lereng Gunungapi Merapi (BPBD Kabupaten Sleman, 2012). Data kerusakan akibat erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Kerusakan Akibat Erupsi di Kawasan Lereng Gunungapi Merapi No. Sektor Dampak Erupsi 1 Pekerjaan Umum a. 61,8 km jalan rusak dan 22 jembatan putus b. 23 sabo dam terkubur c. 94 sistem SPAMDES dan 3 sistem PDAM rusak d. 51 bendungan tidak berfungsi e. 22 intake saluran induk irigasi tertutup 2 Pendidikan 6 TK, 10 SD, 1 SMP, 1 SMK rusak 3 Pasar 8 pasar tradisional rusak 4 Pemerintahan 14 kantor pemerintahan rusak 5 Perkebunan/kehutanan a. 924,3 ha areal TNGM rusak b. 1.020,5 ha areal hutan rakyat rusak 6 Perumahan a. 2.836 rumah tidak layak huni 7 Peternakan dan perikanan 8 Usaha menengah Sumber: BPBD Kabupaten Sleman, 2012 b. 46 unit rumah tertimbun lahar hujan a. 3.413 ekor sapi mati b. 6 ekor sapi mati karena lahar hujan c. 14 ha kolam ikan rusak a. 241 unit UKM dan 812 pelaku usaha (194 diantaranya kehilangan tempat usaha) Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di daerah zona ancaman bahaya Gunungapi Merapi yaitu 226.618 jiwa yang meliputi 57 desa dengan luas area 3.147 km 2 (BAPPENAS dan BNPB, 2011). Menurut BPBD Kabupaten Sleman (2012), bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 merupakan salah satu erupsi besar karena VEI mencapai 4 dan mengeluarkan material vulkanik sebanyak 130 juta m 3. Selain itu juga memperbesar bukaan kawah ke arah selatantenggara. Salah satu Kecamatan yang memiliki bahaya tinggi erupsi Gunungapi Merapi yaitu Kecamatan, karena lokasinya berada di sebelah selatan dan termasuk dalam KRB (Kawasan Rawan Bencana) Gunungapi Merapi. Pada bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 tercatat 8.861 penduduk Kecamatan mengungsi. Jika dirinci jumlah pengungsi di Kecamatan

3 yaitu Desa Kepuharjo 1.329 orang, Desa Glagaharjo 1.643 orang, Desa Umbulharjo 2.073 orang, dan Desa Wukirsari 3.816 orang (BAKESBANGLINMASPB Sleman, 2011). Gambar 1.1. Contoh Rumah Penduduk Desa Kepuharjo yang Rusak Akibat Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 (Sumber: Survei Lapangan, 2014) Kondisi ini menggambarkan bahwa masyarakat Kecamatan berisiko terhadap erupsi Gunungapi Merapi. Salah satu cara untuk mengurangi risiko bencana erupsi Gunungapi Merapi yaitu dengan pengkajian kerentanan. Salah satu aspek yang penting untuk dikaji dalam pengkajian kerentanan yaitu kerentanan sosial dan ekonomi. Analisis kerentanan sosial, ekonomi dan pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi memerlukan penilaian secara tepat dan menyeluruh, karena dari analisis tersebut dapat dijadikan rujukan dalam mitigasi bencana erupsi Gunungapi Merapi. 1.2. Permasalahan Penelitian Bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa pada 5 periode erupsi waktu sebelumnya, yaitu tahun, 1994, 1997, 1998, 2001, dan 2006 (BAPPENAS dan BNPB, 2011:1). Kecamatan merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam KRB dan ATL (Area Terdampak Langsung) erupsi Gunungapi Merapi. Bencana

4 erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 mengakibatkan kerusakan, kehilangan harta benda, bahkan merenggut 191 jiwa penduduk di Kecamatan. Kondisi ini menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan rentan terkena dampak dari erupsi Gunungapi Merapi. Kecamatan mempunyai luas wilayah yaitu 45,28 km 2. Kecamatan ini mempunyai 5 desa yang terdiri dari 73 pedukuhan. Jumlah penduduk Kecamatan yang relatif banyak, yaitu 30.362 jiwa (November 2014), dengan kepadatan penduduk 670/km 2 menyebabkan masyarakat Kecamatan rentan terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi. Masyarakat merupakan unsur utama dalam pengkajian kerentanan sosial dan ekonomi. Kerentanan sosial dan ekonomi pada masyarakat Kecamatan terkait dengan kondisi masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Merapi. Apakah masyarakat tersebut akan mampu atau tidak mampu dalam menghadapi ancaman bencana erupsi Gunungapi Merapi?. Misalnya masyarakat miskin yang tinggal di zona bahaya erupsi Gunungapi Merapi akan lebih rentan jika dibandingkan dengan masyarakat yang secara ekonomi relatif lebih sejahtera yang tinggal di daerah yang sama. Kondisi masyarakat miskin ini menandakan lebih rentan baik secara sosial dan ekonomi karena dianggap kurang mampu menghadapi ancaman erupsi Gunungapi Merapi. Studi kasus peningkatan status Gunungapi Merapi tahun 2010 dari status siaga (21 Oktober) menjadi awas (25 Oktober), terdapat sebagian masyarakat Kecamatan yang termasuk dalam wilayah di KRB III tidak bersedia mengungsi. Fakta membuktikan erupsi Gunungapi Merapi menyebabkan kerusakan, kerugian harta benda, bahkan kehilangan jiwa, seperti yang menimpa sebagian masyarakat Desa Umbulharjo. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya karena faktor pengetahuan dan sikap yang dimiliki masyarakat tersebut. Semakin tinggi dan baik pengetahuan seseorang dalam mengelola bencana maka akan berbanding lurus dalam menyikapi suatu bencana. Pengetahuan ini seharusnya dapat diwujudkan dalam bersikap dan bertindak dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi.

5 Bencana erupsi Gunungapi Merapi pada dasarnya tidak diharapkan oleh masyarakat manapun, termasuk masyarakat Kecamatan. Oleh karena itu, diperlukan mitigasi bencana. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana tersebut yaitu analisis tingkat kerentanan sosial, ekonomi dan pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi. Berdasarkan permasalahan tersebut memunculkan pertanyaan, Bagaimana tingkat kerentanan sosial ekonomi dan pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan?. Pertanyaan ini di rinci menjadi empat pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana tingkat kerentanan sosial terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan? 2. Bagaimana tingkat kerentanan ekonomi terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan? 3. Bagaimana tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan? 4. Bagaimana pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis tingkat kerentanan sosial ekonomi dan pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Kecamatan, merupakan penelitian pertama yang dilakukan dan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dalam hal judul, lokasi, tujuan, variabel, dan metode penelitian. Penelitian lain yang sejenis telah dilakukan di lokasi lain dengan tema sejenis. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang akan dilakukan. Untuk jelasnya mengenai keaslian penelitian terkait dengan perbedaan penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

6 Nama Peneliti Setyaningrum, P. dan Giyarsih, S.R. Syamsiati, D. Destriani, N. dan Pamungkas, A. Ardianingrum, A.G. Judul Penelitian (Tempat, Tahun) Identifikasi Tingkat Kerentanan Sosial Ekonomi Penduduk Bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta Terhadap Bencana Lahar Merapi. (Tahun 2012) Analisis kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan di Kecamatan Turi, Pakem, dan Kabupaten Sleman Yogyakarta (Studi kasus bencana Erupsi Merapi 2010). (Tahun 2013) Identifikasi Daerah Kawasan Rentan Tanah Longsor dalam KSN Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. (Tahun 2013) Dampak Erupsi Merapi 2010 Terhadap Pemanfaatan Lahan dan Daya Pulih Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Mengidentifikasi tingkat kerentanan sosial ekonomi beserta persepsi dan kapasitas penduduk di bantaran Sungai Code. 2. Analisis korelasi antara tingkat kerentanan sosial ekonomi, tingat persepsi dan tingkat kapasitas penduduk di bantaran Sungai Code dalam menyikapi bencana aliran lahar. 1. Menelaah kembali bentuk kerja sama dan komunikasi antarinstitusi kesehatan di Kecamatan Turi, Pakem, dan saat tanggap darurat erupsi Merapi 2010. 2. Menelaah kembali bentuk kerja sama dan komunikasi antarinstitusi kesehatan di Kecamatan Turi, Pakem, dan dan Dinas Kesehatan pascaerupsi Merapi 2010 hingga sekarang (2013). 3. Mencari titik temu permasalahan tanggap darurat kesehatan di Kecamatan Turi, Pakem, dan. meng identifikasi Daerah Kawasan Rentan Tanah Longsor dalam KSN Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. 1. Mengidentifikasi dampak erupsi Merapi 2010 terhadap perubahan pemanfaatan penggunaan lahan. Tabel 1.2. Keaslian Penelitian Metode penelitian survei. Metode pengambilan sampel yaitu sampel acak sederhana. Analisis kerentanan sosial ekonomi yaitu pembobotan dan pengharkatan pada indikator untuk tiap kondisi elemen risiko. Identifikasi tingkat persepsi dan kapasitas diberi skor kemudian dijumlahkan dan direpresentasikan ke dalam kelas tinggi, sedang dan rendah. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel kerentanan sosial ekonomi, persepsi serta kapasitas. Pengumpulan data kesiapsiagaan di analisis menggunakan statistik deskriptif. Pengumpulan data manajemen pengetahuan yang diperoleh melalui wawancara dianalaisis secara kualitatif menggunakan model interaktif. Terdapat dua tahapan analisa yaitu menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan longsor dengan analisa deskriptif yang kemudian dibobotkan dengan analisis AHP dan perhitungan stakeholder. Kemudian dianalisa dengan weighted overlay yang menghasilkan zonasi tingkat kerentanan masyarakat Perubahan penggunaan lahan diperoleh dari overlay peta penggunaan lahan sebelum erupsi dengan peta penggunaan lahan pasca erupsi. Analisa daya pulih Tingkat kerentanan sosial ekonomi penduduk di bantaran Sungai Code cenderung pada tingkat kerentanan rendah, dipengaruhi oleh aspek ekonomi. Tingkat persepsi dan tingkat kapasitas penduduk sama-sama berada pada tingkat tinggi, hal ini karena adanya informasi serta sistem edukasi tentang kebencanaan yang turut terbangun. Korelasi antara variabel kerentanan sosial ekonomi dengan variabel persepsi lemah dan berbanding terbalik, bahkan dengan variabel kapasitas nilai korelasinya sangat lemah. Hal ini dikarenakan indikator yang digunakan sedikit sekali terkait satu sama lain, antara variabel persepsi dengan kapasitas cenderung sedang dan searah. Keluarga tidak terdampak masuk pada kategori siap, sedangkan keluarga terdampak baik yang dihuntara maupun non huntara masuk pada kategori sangat siap. Hasil analisis data manajemen pengetahuan menunjukkan: (1) sumber pengetahuan keluarga diperoleh melalui sosialisasi, wajib latih, dan simulasi yang bersifat incidental, dengan ayah sebagai simpul pengetahuan; (2) terdapat perbedaan distribusi pengetahuan keluarga saat sebelum dan sesudah bencana lahar 2011; (3) pemanfaatan manajemen pengetahuan tercermin pada output berupa himbauan kesiapsiagaan dalam keluarga. Kerentanan lingkungan zona sangat rentan berada di Kecamatan dengan luas kerentanan mencapai 4.799 ha, untukkerentanan fisik zona sangat rentannya berada di Kecamatan Kalasan dengan luas 3.584ha, sedangkan untuk kerentanan sosial dengan zona sangat rentan berada di Kecamatan Kalasan dengan luas kerentanan mencapai 3.584 ha, dankerentanan ekonomi zona sangat rentannya berada di Kecamatan dengan luas kerentanan mencapai 4.799 ha. Jenis penggunaan lahan mengalami penambahan pascaerupsi yaitu penambahan shelter dengan luas 140,66 ha. Penggunaan lahan yang berkurang luasanya adalah

7 Rahmat, P.N. Riyanto, E.A., Rachmawati, R., Sunarto Masyarakat di Kecamatan. (Tahun 2014) Penilaian Kerentanan Fisik, Sosial dan Ekonomi Dusun- Dusun di sekitar Kali Putih Terhadap Banjir Lahar Gunungapi Merapi. (Tahun 2014) Analisis Tingkat Kerentanan Sosial Ekonomi dan Pengetahuan dalam Mengelola Bencana Erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan. (Tahun 2014) 2. Menganalisis dampak perubahan pemanfaatan penggunaan lahan terhadap aktivitas perekonomian (matapencaharian) masyarakat setempat. 3. Mengevaluasi dan merekomendasi upaya pemulihan ekonomi masyarakat pasca erupsi. Menilai kerentanan fisik dan sosial ekonomi di wilayah penelitian. Selanjutnya variabel kerentanan tersebut diproses untuk mengetahui kerentanan secara total. 1. Menganalisis tingkat kerentanan sosial terhadap bahaya erupsi Kecamatan. 2. Menganalisis tingkat kerentanan ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan. 3. Menganalisis tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan. 4. Menganalisis pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi. rumahtangga diperoleh dari wawancara. Penyamplingan dilakukan di Desa Kepuhharjo, Desa Wukirsari, Desa Glagahharjo, dan Desa Argomulyo dengan jumlah areal terdampak lebih besar. Penyamplingan dilakukan di Dusun dengan purposive sampling. Pengambilan responden di setiap Dusun menggunakan metode random sampling. Variabel yang dianalisa yaitu asset, akses, dan aktivitas masyarakat. Terdapat 68 dusun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini. Dusun-dusun tersebut dipilih berdasarkan lokasi yang masuk ke dalam KRB I dan II di sekitar Kali putih. Metode analisis yang digunakan dalam penilaian kerentanan adalah dengan menggunakan metode Spatial Multy Criteria Evaluation (SMCE). Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Variabel kerentanan sosial dan ekonomi menggunakan data sekunder yaitu data kependudukan dan peta lahan produktif. Metode analisis data yang digunakan yaitu pembobotan, pengkelasan, pemberian skor, dan analisis spasial. Pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi menggunakan data primer melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, dengan menggunakan analisis kualitatif. semak belukar 312,994 ha, kebun 92,702 ha, rumput 30,514, dan tegalan 2155,698 ha. Sedangkan penggunaan lahan yang bertambah luasannya adalah pemukiman 2222,664 ha, sawah irigasi 428,584 ha, dan shelter 140,66 ha. Perubahan pemanfaatan penggunaan lahan pasca erupsi ini memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Tingkat daya pulih rendah lebih besar yaitu 65%, dan daya pulih tinggi sebesar 35. Kerentanan fisik didominasi oleh dusun dengan tingkat kerentanan yang tinggi dan sangat tinggi. Kerentanan sosial ekonomi, sebagian besar memiliki kerentanan yang rendah dan sangat rendah. Penentuan kelas kerentanan total dilakukan dengan tiga skenario. Pada setiap skenario memiliki nilai yang hampir sama yang menunjukkan adanya tingkat homogenitas pada wilayah penelitian baik di bagian hilir, tengah dan hulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan yaitu 17 pedukuhan (23%) termasuk kelas kerentanan rendah, 30 pedukuhan (41%) termasuk kelas kerentanan sedang, dan 26 pedukuhan (36%) termasuk kelas kerentanan tinggi. Pengetahuan masyarakat Kecamatan pasca-bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menjadi lebih baik. Perubahan pengetahuan masyarakat dalam mengelola bencana erupsi pengaruhi oleh faktor pengalaman bencana erupsi Gunungapi Merapi dan pendidikan manajemen bencana. Sumber pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi peroleh dari media massa, sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan tanggap bencana erupsi Gunungapi Merapi.

8 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis tingkat kerentanan sosial terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan. 2. Menganalisis tingkat kerentanan ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan. 3. Menganalisis tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan. 4. Menganalisis pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi. Tabel 1.3. Keterkaitan Antara Permasalahan Penelitian, Tujuan Penelitian, Sumber Data, Analisis Data, dan Hasil Penelitian Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data Erupsi Gunungapi Merapi mejadi ancaman bagi masyarakat Kecamatan, karena wilayah Kecamatan terletak di KRB dan zona bahaya erupsi Gunungapi Merapi. Bencana erupsi Gunungapi Merapi dapat berdampak pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Masyarakat Kecamatan mempunyai karakteristik pengetahuan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi Menganalisis tingkat kerentanan sosial terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi di Kecamatan Menganalisis tingkat kerentanan ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan Menganalisis tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan Menganalisis pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi. Jenis data sekunder. Sumber: survei data kependudukan Jenis data sekunder. Sumber: survei data kependudukan, peta penggunaan lahan Jenis data sekunder. Sumber: survei data kependudukan, peta penggunaan lahan Jenis data: primer. Sumber data: observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam Analisis kuantitatif yaitu metode pembobotan, pengkelasan, pemberian skor, pemetaan Analisis kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulam Hasil (output) Penelitian Peta tingkat kerentanan sosial terhadap bahaya erupsi Kecamatan Peta tingkat kerentanan ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan Peta tingkat kerentanan sosial ekonomi terhadap bahaya erupsi Kecamatan Informasi pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi

9 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Memberikan alternatif infromasi tentang pengetahuan masyarakat Kecamatan dalam mengelola bencana erupsi Gunungapi Merapi. 2. Memberikan alternatif informasi tentang tingkat kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan terhadap bahaya erupsi Gunungapi Merapi. 3. Memberikan acuan dan masukan bagi pemangku kebijakan yaitu pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Sleman, dalam pengambilan kebijakan untuk mitigasi bencana erupsi Gunungapi Merapi. 4. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian di bidang geo-informasi dan manajemen risiko bencana.