V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang terbagi dalam 17 Rukun Warga (RW) dan 240 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Penjaringan memiliki dataran yang kurang lebih satu meter lebih rendah dari permukaan air laut dan merupakan muara dari tiga sungai sehingga memiliki potensi banjir yang cukup tinggi apabila terjadi hujan dan pasang air laut. Kawasan yang memiliki potensi banjir tertinggi akibat air pasang dan kenaikan permukaan air laut adalah wilayah Luar Batang (RW 01, 02, dan 03) dan Muara Baru (RW 17). Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pluit dan Kelurahan Penjagalan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ancol, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Roa Malaka, Kelurahan Tambora, dan Kelurahan Penjagalan. Peta Kelurahan Penjaringan dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber: Kelurahan Penjaringan (2011) Gambar 3. Peta Kelurahan Penjaringan
Jumlah penduduk Kelurahan Penjaringan pada tahun 2011 sebesar 79 066 jiwa yang terdiri dari 46 028 (58.21 %) laki-laki dan 33 038 (41.79 %) perempuan. Kepadatan penduduk di Kelurahan Penjaringan yaitu 1 420 jiwa/km 2. Jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringan dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia muda (0-14 tahun), kelompok usia kerja (15-64 tahun) dan kelompok usia tua (65 tahun ke atas). Kelompok usia di Kelurahan Penjaringan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel. 2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 Kelompok Umur Jumlah Penduduk 0-14 18 289 15-64 57 553 65+ 3 224 Sumber: Kelurahan Penjaringan, 2011 (diolah) Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Penjaringan yaitu pegawai swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan, buruh bangunan, dan pedagang. Mayoritas penduduk Kelurahan Penjaringan adalah sebagai pegawai swasta/pns/tni yaitu 39.42 %, kemudian diikuti pedagang dengan presentase sebesar 29.47 %. Mata pencaharian lainnya sebesar 17.01 % yang terdiri dari wirausaha, dokter, akademisi, dan buruh pelabuhan. Daftar mata pencaharian penduduk Kelurahan Penjaringan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel. 3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Penjaringan Tahun 2010 Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%) Swasta/PNS/TNI 20 231 39.42 Nelayan 152 0.30 Buruh Bangunan 7 082 13.80 Pedagang 15 122 29.47 Lain-lain 8 731 17.01 Total 51 318 100.00 Sumber: Kelurahan Penjaringan 2011 (diolah) 5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden di Kelurahan Penjaringan pada penelitian ini diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 50 orang responden yang dibagi ke dalam dua strata berdasarkan jarak rumah ke laut. Karakteristik umum tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, status kependudukan, tingkat pendidikan, mata pencaharian kepala keluarga (KK), dan pendapatan rumah tangga. 5.2.1 Jenis Kelamin Responden Penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu 62 %, sedangkan responden laki-laki berjumlah 38 %. Hal ini disebabkan oleh survei yang dilaksanakan pada hari kerja dimana pada umumnya laki-laki mencari nafkah. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Laki-laki 38% Gambar 4. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 Responden dengan jenis kelamin perempuan pada umumnya lebih memahami berbagai pengeluaran rumah tangga. Hal ini membantu peneliti dalam memperoleh informasi mengenai biaya adaptasi yang dikeluarkan oleh rumah tangga tersebut. 5.2.2 Tingkat Usia Responden Perempuan 62%
Usia menjadi salah satu faktor yang mencerminkan tingkat kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam menentukan berbagai hal dalam hidupnya, misalnya jenis pekerjaan maupun alokasi pendapatan yang diterima. Responden pada usia produktif pada umumnya lebih bijak dalam mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tingkat usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 5 berikut. 45-54 24% 55-64 4% 65 4% 25-34 40% 35-44 28% Gambar 5. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Usia Tahun 2011 Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat usia responden cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 25 tahun hingga 83 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu 40 %. Sedangkan jumlah responden terendah terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun dan 65 tahun ke atas, yaitu masing-masing 4 %. 5.2.3 Status Kependudukan Responden Status kependudukan dari responden mempengaruhi tingkat kepedulian sosial dan lingkungan tempat tinggalnya. Status kependudukan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli ialah penduduk yang berasal (lahir) dan bertempat tinggal di Kelurahan Penjaringan. Sedangkan, pendatang ialah penduduk yang berasal dan bertempat tinggal di luar Kelurahan Penjaringan sebelum menetap di tempat tinggal saat ini. Status
kependudukan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 6 berikut. Pendatang 40% Gambar 6. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Status Kependudukan Tahun 2011 Berdasarkan data yang diperoleh melalui survei, sebagian besar responden merupakan penduduk asli Kelurahan Penjaringan, yaitu sebanyak 60 %. Sedangkan, selebihnya berasal dari berbagai daerah di luar Kelurahan Penjaringan maupun pendatang dari luar Provinsi DKI Jakarta. Jumlah responden pendatang yaitu 40 % dan terbagi dalam beberapa daerah asal, yaitu Bekasi, Solo, Blitar, Kebumen, Pacitan, Subang, Kuningan, Makasar, Ujung Pandang, Bone, dan Ambon. Sebagian besar pendatang memilih berdomisili di wilayah Kelurahan Penjaringan dengan alasan mencari mata pencaharian yang lebih baik dan kemudahan akses fasilitas publik. 5.2.4 Tingkat Pendidikan Responden Penduduk Asli 60% Selain tingkat usia, tingkat pendidikan juga mempengaruhi jenis pekerjaan dan pola pikir responden dalam menentukan pilihan demi kelangsungan hidupnya. Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraan seseorang. Tingkat kesejahteraan berpengaruh pada daya beli seseorang, dalam hal ini daya adaptasi terhadap kerusakan dan perubahan kondisi lingkungan. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 7 berikut.
SMA 40% PT 2% SD 32% SMP 26% Gambar 7. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Hasil survei menunjukkan jumlah responden terbanyak terdapat pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, yaitu 40 %. Sedangkan jumlah responden terendah terdapat pada tingkat Perguruan Tinggi (PT), yaitu 2 % yang merupakan lulusan S1. Responden lainnya menempuh jenjang pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu sebanyak 26 % dan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, yaitu sebanyak 32 %, Artinya, mayoritas responden berpendidikan rendah, hal ini dapat dilihat dari proporsi lulusan SMA dan PT lebih kecil dibandingkan lulusan SD dan SMP. 5.2.5 Mata Pencaharian Kepala Keluarga Responden Jenis mata pencaharian kepala keluarga dalam rumah tangga responden cukup variatif. Jenis mata pencaharian tersebut antara lain pegawai swasta, nelayan, pedagang, buruh, wirausaha, dan beberapa pekerjaan lainnya. Wirausaha yang dimaksudkan adalah usaha yang dibangun sendiri oleh individu dalam skala yang lebih besar dengan status hukum yang jelas, misalnya penyedia jasa, koorporasi, dan usaha sejenisnya. Sedangkan, pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis usaha dengan skala yang lebih kecil seperti warung, penjual makanan dan sayuran, penjual alat dapur, dan sebagainya. Jenis mata pencaharian responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 8 berikut.
Lainnya 20% Wirausaha 10% Buruh 16% Pegawai Swasta 30% Gambar 8. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Mata Pencaharian Kepala Keluarga Tahun 2011 Jenis mata pencaharian kepala keluarga (KK) responden dengan jumlah terbanyak adalah pegawai swasta, yaitu 30 %. Hal ini dikarenakan banyak industri dan perkantoran yang beroperasi di wilayah tersebut. Jumlah mata pencaharian KK responden dengan jumlah terbanyak kedua adalah pedagang, yaitu sebanyak 22 %. Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan sebagian kepala keluarga yang masih tergolong rendah dan lokasi tempat tinggal responden yang dekat dengan pasar. Kepala keluarga responden yang menjadikan wirausaha sebagai mata pencaharian yaitu sebanyak 10 %. Jenis usaha tersebut antara lain penyedia jasa travel, event organizer, percetakan, dan lain sebagainya. Responden yang memiliki jenis mata pencaharian lainnya yaitu sebanyak 20 %. Jenis pekerjaan tersebut antara lain keorganisasian, tukang ojek, seniman (pemain lenong), petugas keamanan, dan TNI. Pedagang 22% 5.2.6 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan 2% Besar jumlah pendapatan rumah tangga responden cukup variatif. Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan kepala keluarga dengan penghasilan anggota keluarga lainnya yang masih tinggal di rumah yang sama. Besar pendapatan rumah tangga merepresentasikan tingkat kesejahteraan dan
mempengaruhi daya adaptasi seseorang. Variasi jumlah pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Gambar 9 berikut. 3600001 24% 400001-1200000 20% 2800001-3600000 16% 2000001-2800000 8% 1200001-2000000 32% Gambar 9. Karakteristik Responden Kelurahan Penjaringan Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2011 5.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Banjir Rob Kelurahan Penjaringan merupakan muara dari tiga sungai dan memiliki permukaan tanah yang lebih rendah kurang lebih satu meter dari permukaan laut. Hal tersebut memperparah potensi dampak perubahan iklim melalui kenaikan permukaan air laut. Banjir pasang atau yang biasa dikenal dengan istilah rob adalah peristiwa yang biasa terjadi di wilayah ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, 84 % menyatakan terjadi peningkatan intensitas banjir rob sejak tahun 2007, yakni sejak banjir siklus lima tahunan terakhir. Sedangkan, responden yang menyatakan tidak terdapat perubahan sebanyak 6 % dan responden yang menyatakan terjadi penurunan sebanyak 10 %. Hal ini disebabkan lokasi atau jarak rumah responden dengan muara sungai yang bervariasi. Selain itu, menurut informasi yang diperoleh dari responden intensitas rob meningkat tetapi ketinggian air menurun pada sebagian wilayah pemukiman. Ketinggian air terendah rata-rata di tempat tinggal responden saat terjadi air pasang adalah 0.08 meter, sedangkan ketinggian air tertinggi rata-rata adalah 0.54 meter.
5.3.1 Status Kepemilikan Rumah Status kepemilikan merupakan faktor yang mempengaruhi keinginan dan kepedulian seseorang untuk melakukan perlindungan maupun kemampuan beradaptasi dari rumah yang dihuni. Berdasarkan data yang diperoleh melalui survei responden yang merupakan pemilik dari rumah yang dihuninya yaitu sebanyak 80 %, sedangkan responden bukan pemilik yaitu sebanyak 20 %. Responden bukan pemilik yang diperoleh dalam survei merupakan responden yang tinggal di rumah sewa atau mengontrak. Proporsi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 10 berikut. Bukan Pemilik 20% Gambar 10. Proporsi Status Kepemilikan Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 5.3.2 Jenis Bangunan Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap biaya adaptasi adalah jenis bangunan. Jenis bangunan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bangunan permanen dan semi permanen. Bangunan permanen merupakan bangunan yang memiliki konstruksi kokoh atau tembok. Sedangkan bangunan semi permanen adalah bangunan yang sebagian besar konstruksinya terbuat dari bambu, kayu, maupun bilik. Proporsi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 11 berikut. Pemilik 80%
Semi Permanen 14% Gambar 11. Proporsi Jenis Bangunan Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011 Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang menghuni tempat tinggal jenis bangunan permanen yaitu sebanyak 86 %. Sedangkan responden yang menghuni tempat tinggal jenis bangunan semi permanen, yaitu sebanyak 14 %. 5.3.3 Luas Rumah Lokasi penelitian ini merupakan kawasan padat penduduk dimana mayoritas penduduk tinggal di rumah yang berhimpitan dengan rumah lain dan cenderung tidak terlalu luas, bahkan dapat dikatakan terlalu kecil untuk jumlah anggota dalam keluarga tertentu. Proporsi luas rumah responden tersebut dapat dilihat dalam Gambar 12 berikut (dalam meter persegi). Permanen 86% 57-71 4% > 71 14% 12-26 30% 42-56 14% 27-41 38% Gambar 12. Proporsi Luas Rumah Responden Kelurahan Penjaringan Tahun 2011
Mayoritas responden memiliki rumah tidak lebih luas dari 41 m 2. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dan luas lahan di wilayah tersebut. Meskipun harus tinggal di rumah yang sempit, sebagian besar responden mengaku merasa betah tinggal di wilayah Kelurahan Penjaringan karena letaknya strategis.