BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran. a. Teori Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI ACTIVE LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia. Kant

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan penelitian dan observasi yang dilakukan pada SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran a. Teori Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pembelajaran berarti psoses, cara, pembuatan, menjadi makhluk hidup belajar. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Gagne di dalam Khanifatul (2013, h. 4) menyebutkan bahwa instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat intern salah satu faktor penentu tercapainya pembelajaran adalah ketetapan bahan yang diberikan kepada peserta didik. Seoramg guru dituntut untuk terampil dalam memilih bahan pembelajaran yang telah dirumuskan. Materi pembelajaran tersebut harus disusun dan dirumuskan dengan baik agar dapat menarik minat peserta didik dalam pembelajaran di kelas. 16

17 Mulyasa (2010, h. 204) mengidentifikasi materi standar yang menunjang kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; 2) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 3) Struktur keilmuan; 4) Kedalaman dan keluasan materi; 5) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; 6) Alokasi waktu. Majid (2012, h. 44) menjelaskan bahwa materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar. Peserta didik akan dinilai berdasarkan kemampuannya dalam menyerap pokok materi pembelajaran yang sesuai dengan instrument dan indikator pembelajaran. B. Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian atau salah satu usaha tujuan pendidikan IPS (Social Science Education) yaitu bahan pendidikannya di organisisr secara terpadu ( intregrated ) dari berbagai disiplin ilmu ilmu

18 sosial, humaniora, dokumen negara, teutama Pancasila, UUD 1945, dan perundangan negara dengan tekanan bahan pedidikan pada hubungan warga negara dan yang berkenaan dengan bela negara. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Nu man Somantri dalam Wuryan dan Syaifullah (2008, h. 6) adalah selesksi, adaptasi dari lintasan disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, teknologi, agama, kegiatan dasar manusia (basic human activities) yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial dan tujuan pendidikan nasional. Menurut Dasim Budimansyah, (2010, h. 111-112) pada hakekatnya Civic Education/Citizenship Education merupakan program pembelajaran yang memiliki tujuan utama mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga peserta didik menjadi warga negara yang baik, melalui pengalaman belajar yang di pilih dan diorganisasikan atas dasar konsep-konsep ilmu politik. b. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaran Pada dasarnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini digunakan dalam pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban asasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.

19 Menurut Azis Wahab (1997) dalam Sri Wuryan dan Syaifullah (2008, h. 9-10), mengatakan karakteristik dari PKn adalah: lahirnya warga negara dan warga masyarakat yang berjiwa Pancasila, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengatahui hak dan kewajiban, dan melaksanakan dengan penuh kesadarn dan bertanggung jawab. Agar dapat membuat keputusan secara tepat dan cepat, baik untuk dirinya maupun orang lain. Warga negara yang mencemari air dan tidak merusak lingkungan. c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah pendidikan nilai dan moral yang bersumber dan berdasarkan Pancasila. berkaitan dengan hal tersebut lebih dititik beratkan kepada aspek sikap (efektif), tanpa mengabaikan aspek pengetahuan (kognitif) dan aspek keterampilan (psikomotor) ketiga aspek tersebut harus menunjang satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warganegara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat di andalkan oleh bangsa dan negara. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ialah program pendidikan yang membentuk karakter warga negara Indonesia menjadi warga negara yang memiliki nilai dan moral yang luhur, cerdas, terampil dan setia kepada bangsa seperti yang diamanatkan Pancasila. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pelajaran PKn di

20 dalam Dasim Budimansyah (2010, h. 121-122) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut pendapat diatas, Tujuan utama dari pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat ditegaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah adalah untuk menumbuhkan wawasan

21 dan kesadaran bernegara serta membentuk perilaku cinta tanah air agar terciptanyta warga negara yang siap membela negaranya dan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Lebih dari itu Pkn juga bertujuan menyiapkan warga negara yang baik sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa serta komitmen dalam menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia (NRI). C. Penerapan a. Pengertian Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil Badudu dan Zain (1996, h. 1487). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan Ali (1995, h. 1044). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi : 1) Adanya program yang dilaksanakan. 2) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

22 3) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut Wahab (1990, h. 45). D. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran Snowball Throwing adalah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL) Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh peserta didik kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab.menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (activelearning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan peserta didik. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Saminanto (2010, h. 37) Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih peserta didik untuk lebih tanggap menerima pesan dari peserta didik lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to

23 know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to livetogether), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001, h. 5). E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Suprijono (2009:128) dan Saminanto (2010:37), langkah-langkah metode pembelajaran snowball throwing adalah: a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. b. Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. d. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 5 menit.

24 f. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. g. Evaluasi h. Penutup Untuk melaksanakan model pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing, pendidik perlu melakukan beberapa persiapan. Persiapan/ langkah yang harus dilakukan adalah : 1) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan minimal 25 pertanyaaan singkat, lebih banyak lebih baik. 2) Guru menyiapkan bola kecil (bisa bola karet atau bola kain), yang akan di gunakan sebagai alat lempar. 3) Guru menerangkan cara bermain Snowball Trowing kepada peserta didik. Aturan atau cara bermain snowball trowing adalah sebagaimana diterangkan berikut ini. 1) Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu peserta didik. 2) Peserta didik yang mendapatkan bola melemparkannya ke peserta didik yang lain, boleh secara acak atau secara sengaja. 3) Peserta didik yang mendapatkan bola dari temannya melemparkannya kembali ke peserta didik lainnya. 4) Peserta didik ketiga /peserta didik terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh guru.

25 5) Mengulangi terus metode di atas, sampai soal yang disediakan habis atau waktu habis. 6) Guru memulai dengan melemparkan bola kepada peserta didik secara acak. 7) Peserta didik melemparkannya kembali ke arah peserta didik yang lain, sesuai dengan peraturan yang telah dijelaskan sebelumnya. 8) Peserta didik terakhir yang menerima bola harus menjawab pertanyaan nomor satu. 9) Guru membenarkan jika jawaban salah, menegaskan apabila kurang pas dan menerangkan / membahas soal yang baru saja dijawab. a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Snowball Throwing 1) Kelebihan Metode Pembelajaran Snowball throwing Metode Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran. Kelebihan dari metode snowball throwing adalah : a. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti. bermain dengan melempar bola kertas kepada peserta didik lain. b. Peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan pada peserta didik lain.

26 c. Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa. d. Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. e. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terjun langsung dalam praktek. f. Pembelajaran menjadi lebih efektif. g. Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. 2) Kekurangan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Disamping terdapat kelebihan tentu saja metode Snowball Throwing juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari metode ini adalah. 1. Sangat bergantung pada kemampuan peserta didik dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai peserta didik hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat peserta didik biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan. 2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk peserta didik mendiskusikan materi pelajaran.

27 3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga peserta didik saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok. 4. Memerlukan waktu yang panjang. 5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar. 6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid. Tetapi kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara : 1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya. 2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan. 3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi. 4. Memisahkan group anak yang dianggap sering dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda. 5. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.

28 F. Kreativitas Belajar a. Pengertian Kreativitas Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu ketrampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, walaupun dalam kenyataannya terlihat bahwa orang tertentu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide baru dengan cepat dan beragam. Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki semua orang. Kreativitas perlu dipupuk dalam diri anak agar anak dapat mewujudkan diri, dan perwujudan diri ini merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan umum untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pikiran yang sampai saat ini kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Dalam Anik Pamilu (2007, h. 116) Kreativitas menurut Guntur Talajan dalam Buku Menumbuhkan Kreativitas & Prestasi Guru (2011, h. 11) secara umum dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru, baik sama sekali yang baru bagi dunia ilimiah atau budaya maupun secara relatif baru bagi individunya sendiri walaupun orang lain telah menemukan atau memproduksi sebelumnya.

29 Menurut Satiadarma dalam munandar (2012, h. 19-20), kreativitas merupakan salah satu modal yang harus dimiliki peserta didik untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas peserta didik tidak seharusnya diartikan sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki peserta didik dalam memandang ketentuan dimana masih perlu adanya bimbingan, pemahaman. Arti kreativitas yang dikenal dengan four p s of creativity, yakni person, process, press dan product. Kreativitas dari segi pribadi (person) menunjukan pada potensi daya kreatif yang ada pada setiap pribadi. Kreativitas sebagai suatu proses (process) dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan yang baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara baru menghadapi masalah. Kreativitas sebagai pendorong (press) yang datang dari diri sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi. Kreativitas dari segi hasil (product) segala sesuatu yang diciptakan seseorang sebagai hasil dari keunikan pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut cameron yang dikutip oleh jamal ma suri asmani (2013, h. 14), kreativitas adalah ciptaan alami kehidupan. Diri kita sendiri adalah ciptaan, dan pada gilirannya, kita ditakdirkan untuk meneruskan kreativitas dengan menjadi diri kita kreatif. Berdasarkan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas dalam perkembangan sangat terkait dengan empat aspek yaitu aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi

30 kreativitas muncul dari interaksi pribadi unik dengan linkungannya. Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. b. Pengertian Belajar Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman, pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Menurut Travers dalam Agus Suprijono (2013, h. 2) Belajar adalah proses penghasilan penyesuaian tingkah laku. Sedangkan menurut james O. Whittaker dalam Aunurrahman (2011, h. 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh indivdu dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan tau pengalaman. G. Penerapan Metode Pembelajaran Snowball Thowing Untuk Menumbuhkan Kreativitas Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

31 Dalam pembelajaran PPkn terdapat beberapa metode pembelajaran yang diterapkan, metode pembelajaran yang berorientasikan pada pembelajaran peserta didik aktif dan memfokuskan pada kreativitas belajar peserta didik, salah satunya adalah metode pembelajaran Snowball Throwing. Metode pembelajaran snowball throwingmemungkinkan peserta didik untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta menuntut peserta didik mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang muncul. Selain itu dengan metode snowball throwing diharapkan peserta didik lebih semangat, nyaman, dan menyenangkan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru serta konsep-konsepnya dapat disampaikan dengan benar dan tepat pada sasarannya. Berdasarkan Suprijono (2009, h. 128) dan Saminanto (2010, h. 37), langkah-langkah metode pembelajaran snowball throwing adalah: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. 2) Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

32 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 5 menit. 6) Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Evaluasi. 8) Penutup. Bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan gagasangagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah dalam belajar. Kreativitas belajar dapat dilihat berdasarkan aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif seperti kelancaran (fluency), keluwesan (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran. Sedangkan yang termasuk aspek afekif seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Dengan Model pembelajaran snowball throwing diharapkan peserta didik dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan, sehingga peserta didik merasa lebih tertarik dan lebih kreatif. Karena dalam metode pembelajaransnowball throwing ini,diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke peserta didik lain yang masingmasing peserta didik menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Selain

33 itumetode pembelajaransnowball throwingdapat menumbuhkan kreativitas guru dalam mengolah materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Berdasarkan pendapat diatas, tersebut maka perlu diciptakan iklim pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan peserta didik menumbuhkan kreativitas belajar peserta didik dalam kehidupan di kelas XI IPA-1 SMA 1 TEMPURAN Karawang dengan penerapan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. H. Penelitian Terdahulu Adapun hasil penelitian terdahulu yang menjadi patokan penulis dalam membuat penelitian ini, akan dijelaskan pada berikut ini: 1. Penelitian Santi Aprianti (2011) Santi Aprianti meneliti tentang judul Penerapan Model Pembelajaran Snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Penelitian tindakan kelas peserta didik kelas XII A di SMK 45 Lembang). Berdasarkan hasil penelitiannya, penerapan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran PPkn telah mampu meningkatkan partisipasi belajar peserta didik. Peserta didik sudah dapat terlibat secara aktif pada pembelajaran PPkn, peserta didik juga sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya secara sistematis. 2. Penelitian Moch Arinal Rifa (2014) Mochamad Arinal Rifa meneliti tentang Penerapan ModelPembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas

34 belajar peserta didik pada mata Pelajaran Pendidika Kewarganegaraan (Penelitian tindakan kelas pada peserta didik Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya). Berdasarkan hasil penelitiannya, penerapan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran PPkn telah meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, terlihat dari hasil setiap siklus. Siklus 1 menunjukan 51,67% dengan kategori cukup aktif, siklus ke II menunjukan 66,68% dengan kategori sangat aktif, dan siklus ke III menunjukan 96,67% sdengan kategori sangat aktif. Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang akan Dilakukan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Persamaan Perbedaan 1. Santi Aprianti (2011) Persamaan antara penelitian yang dilakukan Peneliti sendiri dengan penelitian Santi Aprianti adalah judul penelitiannya-sama menggunakan model Snowball Throwing dan Metode sama menggunakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif Penelitian Santi Aprianti ini menggunakan meningkatkan partisipasi belajar peserta didik sedangkan saya menggunakan untuk menumbuhkan kreativitas belajar peserta didik. Tahun penelitian yang dilakukan yaitu 2011 sedangkan peneliti pada tahun 2015.

35 Tempat penelitian Santi Aprianti di SMK 45 Lembang,Bandung sedangkan peneliti bertempat di SMA Kartika XIX I Bandung 2. Moch Arinal Rifadi (2014) Persamaan antara penelitian yang dilakukan Peneliti sendiri dengan penelitian MochArinal adalah judul penelitiannya-sama menggunakan model Snowball Throwing dan Metode sama menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian Moch Arinal Rifadi ini menggunakan meningkatkan aktifitas belajar peserta didik sedangkan saya menggunakan untuk menumbuhkan kreativitas belajar peserta didik. Tahun penelitian yang dilakukan yaitu 2014 sedangkan peneliti pada tahun 2015. Tempat penelitian Moch Arinal Rifadi SMA N 1 Tasikmalaya sedangkan peneliti bertempat di SMA Kartika XIX I Bandung.