BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, ada juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun mengalami tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

Keywords : diarrhea, zinc, diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Transkripsi:

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang air masing-masing, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Hasan, 2007). Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan anak-anak cenderung makan lebih sedikit saat mengalami diare. Diare juga mempengaruhi pencernaan makanan secara buruk. Akibatnya tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif (Ramaiah, 2007). Menurut Soegijanto (2003), diare terjadi karena infeksi bakteri. Infeksi bakteri yang paling sering menimbulkan diare adalah infeksi bakteri Escherecia coli. Selain E. coli patogen, non-pathogenic bakteri seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphylococcus, Streptococcus. Bakteri E. coli masuk ke dalam tubuh manusia melalui tangan atau alat-alat seperti botol, dot, termometer dan peralatan makan yang tercemar oleh tinja dari pada penderita atau carrier. 1

2 Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare (Widya, 2008). Angka kejadian diare di Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,86% mengalami penurunan bila dibanding tahun 2010 sebesar 1,93%. Angka kematian balita akibat diare tahun 2011 sebesar 0,006%, juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2010 sebanyak 0,007. Jumlah kasus diare pada balita rata-rata setiap tahunnya di atas 40%. Ini menunjukan bahwa kasus diare pada balita masih cukup tinggi dibandingkan golongan umur lain (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2011). Jumlah penderita diare balita di Semarang pada tahun 2011 sebanyak 12.264. Pada tahun 2010 angka kejadian diare pada balita menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 10.443. Penderita diare tahun 2010 pada anak usia kurang dari 1 tahun sebanyak 4.402. Anak usia 1-4 tahun sebanyak 10.194, dan lebih dari 5 tahun sebanyak 19.895. Untuk mengurangi kejadian diare berulang pada balita, maka diberikan seng atau zinc untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi saluran pencernaan (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011).

3 Zinc adalah sebuah mikronutrisi yang bisa ditemukan di semua jaringan tubuh dan penting bagi pertumbuhan sel, diferensiasi sel dan sintesa DNS. Juga penting untuk menjaga sistem daya tahan tubuh yang sehat. Selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc di tubuh. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan penggunaan zinc dalam pengobatan diare dengan dosis 10 mg per hari pada bayi 2-5 bulan, dan dosis 20 mg per hari untuk anak 6 bulan keatas selama 10 hari (WHO, 2005). Zinc membantu pertumbuhan manusia dan meningkatkan imunitas. Tanpa zinc, ratusan enzim dalam tubuh tidak bisa berfungsi. Zinc yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai seng, dan dalam ilmu kimia dilambangkan dengan Zn, merupakan mineral penting yang terdapat dalam semua sel tubuh mahkluk hidup, termasuk tubuh manusia. Lebih dari 300 macam enzim didalam tubuh manusia memerlukan zinc sebagai kofaktor untuk menjamin optimasi fungsinya. Tanpa zinc, semua enzim tersebut akan berhenti kerja. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika pemogokan besar besaran pasukan enzim tersebut benar benar terjadi. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa banyak penduduk yang masih menderita defisiensi zinc. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya sistem imunitas (kekebalan) tubuh seseorang sehingga menjadi sangat mudah terserang berbagai penyakit (Pudjiadi, 2010). Penelitian Korompis (2012), hasilnya menunjukkan seluruh penderita menggunakan ORS (100%), tetapi disertai dengan penggunaan obat lain yang

4 membantu penyembuhan diare akut dan mengobati gejala-gejala klinis yang menyertai diare akut seperti demam dan muntah. Pengobatan tambahan yang digunakan adalah suplemen zinc sebanyak 69%, antipiretik sebanyak 58%, antiemetik sebanyak 27%, antibiotik sebanyak 16% dan probiotik sebanyak 12%. Hal ini didukung oleh penelitian Chandrawati (2010), bahwa pemberian suplementasi Zinc (Zn) memberikan efek yang positif terhadap penyembuhan diare dan pertumbuhan anak. Namun demikian pemberian suplementasi ini juga harus memperhatikan keadaan gizi anak pada awal penelitian dan konsumsi makan anak. Karena status gizi anak selain dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan kekurangan gizi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti genetik. Kejadian diare di Puskesmas Kedungmundu pada tahun 2011 sebanyak 1.039 orang. Pada tahun 2011 jumlah kasus diare di puskesmas Kedungmundu sebanyak 632 anak usia < 1 tahun, 881 anak usia 1-4 tahun dan 1.293 anak usia lebih dari 5 tahun. Berdasarkan laporan puskesmas, faktor yang menyebabkan diare pada anak usia 6-12 bulan didaerah tersebut adalah status gizi, pemberian ASI eksklusif, dan kebersihan lingkungan Balita yang menderita diare ini biasanya diperiksakan di Puskesmas Kedungmundu. Balita mendapat oralit dan tablet zinc. Orang tua memberikan tablet zinc dan oralit bersamaan. Apabila diare pada balita sudah sembuh, orang tua tidak memberikan tablet zinc hingga habis tetapi orang tua menghentikan pemberian zinc tersebut. Orang tua menghentikan pemberian zinc karena beranggapan

5 balita sudah sembuh dari diare sehingga tidak perlu diberikan tablet zinc lagi (Profil Puskesmas Kedungmundu, 2011). Berdasarkan survei pendahuluan di wilayah kerja puskesmas kedung mundu anak-anak yang terkena penyakit diare kebayakan adalah balita (6-24 bulan). Berdasarkan wawancara kepada orang tua khususnya ibu kebanyakan faktor yang menyebabkan balita diare adalah tingkat pengetahuan orang tua, perilaku cuci tangan, lingkungan, kesibukan orang tua dan makanan. Penyebab utama terjadinya diare pada balita di desa Tandang adalah pada makanan. Sedangkan di usia balita, seorang balita masih menyusu atau minum susu formula. Di desa Tandang kebanyakan orang tua sibuk bekerja. Jadi anak-anak mereka dititipkan kepada nenek atau sanak saudara ketika ibu bekerja. Oleh karena itu ibu tidak bisa memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada balita secara rutin dan balita hanya diberi susu formula saja. Kebanyakan yang merawat baita di desa Tandang adalah nenek-nenek. Mereka tidak memperdulikan berapa lamanya susu itu telah dibuat. Padahal susu yang lebih dari 4 jam akan basi dan banyak bakteri yang akan berkembang dan akan menyebabkan diare pada balita. Mereka berfikir bahwa susu formula yang masih banyak atau belum diminum oleh balita jika dibuang akan sia-sia, jadi ketika balita meminta minum, nenek memberikan susu yang masih utuh tadi. Padahal susu itu mungkin jangkanya sudah lebih dari 4 jam. Orang tua memberikan tablet zinc dan oralit bersamaan. Apabila diare pada balita sudah sembuh, orang tua tidak memberikan tablet zinc hingga habis tetapi orang tua menghentikan pemberian zinc tersebut. Anak yang

6 berhenti mendapatkan zinc tersebut mengalami kekambuhan diare setelah 1 bulan. Anak mengalami buang air besar sebanyak 4 kali perhari karena pemberian tablet zinc yang tidak diberikan 10 hari berturut-turit. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan pemberian zinc dengan kejadian diare berulang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan pemberian zinc dengan kejadian diare berulang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemberian zinc dengan kejadian diare berulang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. b. Mendeskripsikan pemberian zinc di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

7 c. Mendeskripsikan kejadian diare berulang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. d. Menganalisis hubungan pemberian zinc dengan kejadian diare berulang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan Keperawatan a. Institusi Keperawatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai kejadian diare berulang pada anak. b. Penelitian Lanjutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti penyebab langsung diare antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, dan keracunan. 2. Praktik a. Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Memberikan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan yang tepat pada masyarakat mengenai pencegahan diare berulang dan pemberian zinc secara benar kepada ibu yang memiliki balita diare.

8 b. Dinas Kesehatan Memberikan masukan bagi dinas kesehatan untuk mengetahui kejadian diare pada anak di wilayah kerjanya, sehingga dapat dijadikan dasar untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada orang tua dalam penanggulangan diare. c. Keluarga/ Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada keluarga/ masyarakat tentang pemberian zinc dengan kejadian diare berulang pada balita sehingga kejadian diare berkurang. d. Profesi Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi kesehatan pada umumnya dan bagi keperawatan pada khususnya mengenai kejadian diare pada anak. E. Bidang Ilmu Penelitian ini, bidang ilmu yang digunakan adalah Ilmu Keperawatan Anak. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama & Tahun 1 Chandrawati, F.P (2010) Judul Penelitian Pemberian zinc dalam terapi diare pada anak di Malang Hasil Penelitian Bahwa pemberian suplementasi Zinc (Zn) memberikan efek yang positif terhadap Perbedaan Penelitian sebelumnya variabel bebas yang diteliti adalah pemberian zinc.

9 2 Korompis, F (2012) Studi penggunaan obat pada penderita diare akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado Periode Januari Juni 2012 penyembuhan diare dan pertumbuhan anak Hasilnya menunjukkan seluruh penderita menggunakan ORS (100%), tetapi disertai dengan penggunaan obat lain yang membantu penyembuhan diare akut dan mengobati gejalagejala klinis yang menyertai diare akut seperti demam dan muntah. Pengobatan tambahan yang digunakan adalah suplemen zinc sebanyak 69%, antipiretik sebanyak 58%, antiemetik sebanyak 27%, antibiotik sebanyak 16% dan probiotik sebanyak 12%. Sedangkan penelitian sekarang variabel yang diteliti adalah pemberian zinc dan kejadian diare berulang pada balita Penelitian sebelumnya untuk mengurangi kejadian diare diberikan suplemen zinc, antipiretik, antiemetik, antibiotic dan probiotik. Sedangkan penelitian sekarang dengan pemberian zinc pada balita