BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy

Analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Rawasari Kota Jambi Bulan Agustus 2011

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968 penyakit DBD ini terus mengalami peningkatan dan menyebar bertambah luas. Hampir sepanjang tahun penyakit DBD ini selalu ditemukan di seluruh Indonesia terutama pada awal musim penghujan. 1,2 Peningkatan dan penyebaran kasus DBD di perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks. Diantaranya pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tingginya mobilitas penduduk, tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi serta kondisi geografis. 3 Kasus DBD yang terbanyak dilaporkan masih terpusat di kota-kota besar di pulau Jawa tetapi banyak pula kasus DBD yang ditemukan di kotakota di luar Jawa yang cukup tinggi penderitanya. 4 Secara nasional tahun 2009, terdapat 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang. Dengan demikian, angka kesakitan (Incidence Rate=IR) DBD pada tahun 2009 adalah 68,22 per 100.000 penduduk dan angka kematian (Case Fatality Rate=CFR) sebesar 0,89%. Angka-angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan 1

2 tahun 2008 dengan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,86%. 5 Di Propinsi Kalimantan Barat kasus DBD dari tahun 2005 2009 cenderung fluktuatif. Tahun 2005 jumlah penderita sebanyak 1.220 orang, IR 31,92 per 100.000 penduduk dan CFR 1,07%. Tahun 2006 jumlah penderita sebanyak 2.659 orang, IR = 65,94 per 100.000 penduduk dan CFR = 1,32%. Tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 508 orang, IR = 12,98 per 100.000 penduduk dan CFR = 1,38%. Tahun 2008 jumlah penderita sebanyak 947 orang, IR = 22,29 per 100.000 penduduk dan CFR = 3,38% dan Tahun 2009 jumlah penderita sebanyak 9.792 orang, IR = 228,30 per 100.000 penduduk dan CFR = 1,75%. 5 Kabupaten Sambas di Propinsi Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah endemis penyakit DBD. Penyakit DBD di Kabupaten Sambas sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum terpecahkan. Kasus DBD di Kabupaten Sambas setiap tahun terjadi, bahkan tidak sedikit menyebabkan kematian. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas propinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa kasus DBD selama lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2006 dilaporkan terdapat 21 kasus, IR = 4,40 per 100.000 penduduk dengan CFR= 9,52%, tahun 2007 sebanyak 20 kasus IR = 4,15 per 100.000 penduduk dengan CFR=0, tahun 2008 meningkat menjadi 152 kasus IR = 31,23 per 100.000 penduduk dengan CFR=1,3%, tahun 2009 meningkat tajam menjadi

3 1.332 kasus, IR = 270,95 per 100.000 penduduk dengan CFR=2,0%, namun tahun 2010 kasusnya cenderung menurun yaitu 68 kasus, IR = 13,71 per 100.000 penduduk dengan CFR=5,9%. 6 Distribusi kasus DBD pada tahun 2010 tertinggi di Kecamatan Tebas yaitu 16 kasus diikuti oleh Kecamatan Sambas 9 kasus dan Kecamatan Teluk Keramat dan Sejangkung masing-masing 7 kasus. Hampir seluruh kecamatan terdapat kasus DBD kecuali Kecamatan Paloh, Galing dan Sajad. 6 Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah propinsi Kalimantan Barat dan berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. 6 Kabupaten Sambas terletak diantara 0 0 57 35-2 0 05 43 Lintang Utara dan 108 0 54 01-109 0 45 13 Bujur Timur, termasuk daerah beriklim tropis. Ketinggian tanah 0-100 m dari permukaan laut dengan 49,60% dari luas wilayah kabupaten Sambas merupakan daerah dataran rendah. 6 Daerah dataran rendah yang merupakan lahan gambut memiliki air tanah dengan kadar zat besi tinggi sehingga penduduk di Kabupaten Sambas tahun 2010 terdapat 70,1% keluarga memanfaatkan penampungan air hujan (PAH) untuk minum dan sebanyak 12,76% menggunakan ledeng dan selebihnya menggunakan sumur gali, sumur pompa tangan di wilayah tertentu.. Jenis PAH setiap rumah bervariasi seperti tempayan, drum,

4 fibberglass dan jenis yang terbuat dari bak beton. Kapasitas PAH setiap rumah juga bervariasi tergantung dari jumlah anggota keluarga di rumah tersebut, namun pada umumnya setiap rumah memiliki PAH minimal tiga buah atau berkapasitas + 600 liter. 6 Kondisi lingkungan tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap kesehatan masyarakat, terutama pada tempattempat yang merupakan daerah genangan karena berpotensi sebagai lokasi perkembangbiakan bagi nyamuk. 6 Mengantisipasi kondisi lingkungan yang berpotensi perkembangbiakan vektor penular DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas setiap tahun telah melakukan kegiatan abatesasi selektif setiap tiga bulan, fogging fokus bila terjadi kasus DBD dan menggerakan masyarakat untuk melakukan Pemberanatasan Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan PSN oleh masyarakat dilakukan ketika terjadi kasus sehingga upaya penanggulangan penyakit DBD belum dilaksanakan secara menyeluruh dan periodik. 6 Penelitian-penelitian terdahulu diketahui bahwa kejadian DBD berkaitan dengan faktor prilaku dan lingkungan. Faktor iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit, dan vektor bersifat sensitif terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan kondisi lingkungan ambien lainnya. 7 Iklim dan kejadian penyakit memiliki hubungan yang amat erat, terutama terjadinya berbagai penyakit menular. Iklim dapat dijadikan predictor kejadian berbagai penyakit menular yang seyogyanya dapat dijadikan petunjuk untuk melakukan manajemen kesehatan, khususnya manajemen penyakit berbasis wilayah. 8

5 Kemajuan teknologi saat ini telah merambah ke berbagai bidang termasuk kesehatan. Sistem Informasi Geografis dibidang kesehatan memiliki arti suatu perangkat program geografis pada komputer dan data kesehatan yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu keutuhan keterangan (informasi) dalam bentuk visualiasasi atau gambaran peta yang memudahkan petugas kesehatan menganalisis data situasi kesehatan pada ruang, tempat, wilayah dan waktu tertentu. 9 Peningkatan dan penyebaran kasus DBD semakin meluas dan kondisi lingkungan maupun prilaku yang mendukung kejadian DBD tersebut serta adanya kemajuan teknologi dibidang kesehatan sehingga perlu diupayakan suatu langkah yang tepat untuk mencari determinan timbul dan tersebarnya kasus DBD di Kabupaten Sambas. Untuk mendapatkan faktor lingkungan yang dominan maka perlu dilakukan penelitian sehingga mempermudah dalam melakukan intervensi secara cepat dan tepat oleh pengelola program kesehatan dalam mencegah dan mengendalikan penyakit DBD di Kabupaten Sambas. B. Rumusan Masalah Angka kesakitan dan kematian karena DBD di Kabupaten Sambas cenderung meningkat, walaupun upaya pencegahan dan pemberantasan telah dilakukan oeh dinas kesehatan setempat. Hal tersebut karena kondisi iklim dan geografis kabupaten tersebut sangat mendukung perkembangbiakan vektor penyakit tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor

6 lingkungan yang mendukung kejadian penyakit DBD, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasan dapat dilakukan efektif dan efesien. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran sebaran kejadian DBD berdasarkan karakteristik wilayah dan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran sebaran kejadian DBD berdasarkan karakteristik wilayah di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan melakukan pengukuran keberadaan tempat penampungan air hujan, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian wilayah, kecepatan angin, kepadatan penduduk dan kepadatan jentik (container index) pada wilayah kasus DBD dan kontrol penelitian di Kabupaten Sambas. b. Menganalisis hubungan keberadaan tempat penampungan air hujan dengan kejadian DBD di Kabupaten Sambas c. Menganalisis spasial pengaruh faktor risiko lingkungan suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian wilayah, kecepatan angin, kepadatan penduduk dan kepadatan jentik (container index) terhadap distribusi kejadian DBD di Kabupaten Sambas.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Bahan masukan bagi program pemberantasan penyakit menular (P2M), khususnya program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (P2DBD) serta program yang terkait khususnya di Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dalam rangka menyusun, perencanaan dan pelaksanaan pengendalian vektor penyakit DBD terkait dengan spasial. 2. Bagi Masyarakat Informasi dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit DBD di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat. 3. Bagi Penulis Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam merancang penelitian dan menganalisis masalah yang ada sekaligus mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini keasliannya terletak pada kajian spasial hubungan faktor risiko lingkungan dan unit analisis kecamatan dengan kejadian DBD di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat karena belum pernah dilakukan peneliti lain. Di bawah ini beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan kajian deman berdarah dengue.

8 Tabel 1.1 Daftar Penelitian DBD yang pernah dilakukan. No Tahun Nama, Judul dan Sumber Penelitian Hasil penelitian 1. 2009 Majidah, A. V. D. dkk, Faktor Iklim Dan Angka Insiden Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Serang 2007-2008. 2. 2007 Damar Tri Boewono dkk, Efikasi Insektisida Vectron 95EC (Bahan Aktif: Etofenproks) terhadap Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) Aplikasi Pengasapan (Thermal Fogging) dan Pengabutan (ULV). 3. 2007 Sukamto, Studi Karakteristik Wilayah dengan Kejadian DBD di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Magister Kesling Undip, Semarang. 4. 2006 Damar Tri Boewono, Studi Komprehensif Dan Analisis Spatial Transmisi DBD Di Salatiga Tidah ada hubungan faktor iklim yang diteliti (suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban, dan kecepatan angin) yang memiliki hubungan bermakna dengan insiden DBD di Kabupaten Serang tahun 2007-2008. Mortalitas nyamuk uji Aedes Aegypti aplikasi pengabutan (dosis 75 m1/10 liter solar/ha), di luar rumah 93.6%, sedangkan di dalam rumah dan dosis 150 m1/10 liter solar/ha, adalah 100%. Tidak ada perbedaan kematian nyamuk uji baik secara pengasapan maupun pengabutan, di dalam dan di luar rumah. Ada hubungan bitting rate, perilaku dan sisa klor bebas dengan kejadian demam berdarah dengue. Perlu adanya tindakan pengendalian terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue dengan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengasapan/fogging, abatisasi dan tindakan lainnya sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti dapat berkurang sampai tidak menimbulkan masalah kesehatan. Distribusi kasus DBD di Kota Salatiga adalah klaster, tetapi ada beberapa kasus sporadis. Ditemukan indikasi penularan virus dari induk nyamuk ke keturunannya (trans-ovarial). Aplikasi B. thuringiensis H14 galur lokal untuk membunuh jentik nyamuk Ae. aegypti diterima masyarakat. Responden belum mengetahui tempat berkembangbiak nyamuk vektor DBD, tetapi mereka sudah mengetahui cara penularan, gejala dan penanggulangan vektor. Penyuluhan masyarakat untuk penanggulangan DBD terbatas di kelurahan endemis dan bersifat insidental (KLB).

9 No Tahun Nama, Judul dan Sumber Penelitian Hasil penelitian 5. 2006 Umi Widyastuti, Pemetaan Program Pengendalian Vektor Bali. 6. 2005 M. Hasyimi, dkk, Situasi Vektor Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Badan Litbang Depkes. 7. 2004 Citraningsih Y, dkk, Promosi Kesehatan Oleh Kader dan Petugas Kesehatan tentang Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Buletin Sains Kesehatan. 8. 2003 Agustiansyah, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Memelihara Wan Cupang (Betta splendens) Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kota Pontianak, Magister IKM, Undip, Semarang Pada pemetaan program pengendelian vektor dan reservoir di 35 kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali kasus malaria, filariasis, dan JE cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir 2003-2005, sedangkan DBD mengalami peningkatan. House Index (HI) 22,6%; Container Index (CI) 11,4% dan Breuteau Index (BI) 30,3. Kontainer yang positif larva yang berada di dalam rumah 12,7% dan 387 kontainer. Sedangkan yang berada di luar rumah 3,1% dan 65 kontainer. Angka bebas jentik (ABJ) di daerah KLB kurang dari 95%. Hasil uji HI sera penderita menunjukkan 70,8% dan pasangan sera yang diperiksa, terinfeksi oleh virus dengue. Nilai rerata pada kelompok perlakuan petugas kesehatan dengan kelompok kontrol sama, karena nilai P>0,05 yaitu P=0.901. Nilai pengetahuan sebelum dan sesudah promosi kesehatan oleh fasilitator petugas kesehatan juga meningkat. Dan hasil uji statistik Paired Sampel t Test diperoleh probabilitas sebesar 0.00 (P<0.05), artinya ada perbedaan pengetahuan tentang pencegahan penyakit DBD yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan oleh fasilitator petugas kesehatan. Faktor yang mempengaruhi perilaku memelihara ikan cupang yaitu pengetahuan, jumlah anggota keluarga dan peraktik PSN, sedangkan faktor prediktor untuk terjadinya perilaku memelihara ikan cupang, yaitu apabila kondisi pengetahuan baik, jumlah anggota keluarga > 5 orang dan praktik aktif.

10 No Tahun Nama, Judul dan Sumber Penelitian Hasil penelitian 9. 2003 Sri Wahyuningsih, Kajian tentang Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kabupaten Karanganyar Tahun 2003, Magister Kesling Undip, Semarang 10. 2003 Agung Suharto, dkk, Promkes Metode Konseling Kelompok dan Curah Pendapat dalam Meningkatkan PSP Pemberantasan DBD di Puskesmas Sidokerto, Kab. Magetan 11. 2000 Paiman Soeparmanto, dkk, Peningkatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat dengan Pendekatan Pendidikan Kesehatan. Ada perbedaan proporsi temuan telur Nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah, jentik, nyamuk, nyamuk parous di daerah dataran rendah dan tinggi. Tidak ada perbedaan proporsi temuan telur Nyamuk Aedes aegypti di luar rumah dan dilatasi nyamuk di daerah dataran rendah dan tinggi. Pengetahuan awal (pretes) tentang pemberantasan DBD pada kedua kelompok subyek penelitian tidak berbeda secara bermakna (p>0,05) Sedangkan pengetahuan segera setelah perlakuan (postes-1) dan satu bulan setelah perlakuan (postes-2) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna Hasil pemeriksaan jentik nyamuk pada awal dan akhir penelitian menunjukkan presentase yang berbeda, antara daerah kontrol dan studi, serta tidak menggambarkan ada kecenderungan yang jelas bahwa pada musim hujan menujukkan penurunan presentase ABJ pada ke dua daerah. F. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini termasuk lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya analisis spasial faktor risiko lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).

11 2. Lingkup Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada masalah faktor risiko lingkungan yaitu keberadaan tempat penampungan air hujan, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian wilayah, kecepatan angin, kepadatan penduduk dan kepadatan jentik (container index) dengan kejadian DBD. 3. Lingkup Lokasi Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat. 4. Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember-Desember 2011.