BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Terlepas dari hal itu, penanaman nilai-nilai melalui sikap

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAHASAN KEUTUHAN NKRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V-A SDN TANGGUL WETAN 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sesuai dengan prinsip- prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang terletak di Jalan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang diharapkan setelah menempuh Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimilikinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara serta mampu turut serta dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan profesi dan kapasitas masingmasing. Sifat cerdas yang dimaksud tampak dalam kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditinjau dari segi agama, moral, etika, dan budaya (Sunarso, 2006:13). Keberhasilan pendidikan pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam pernyataan pihak sekolah yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendikan di sekolah melalui peran kepala sekolah dan para guru. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa di kelas. Oleh karena itu, sebenarnya 1

peranan guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal, sering dialamatkan kepadanya. Seiring dengan perkembangan zaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum dalam pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi guru baik dalam penyampaian materi, penggunaan model dan teknik mengajar yang tepat, serta menggunakan media pembelajaran untuk kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model saja. Guru perlu menerapkan berbagai model yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran termasuk dalam penerapan model pelajaran berbasis masalah. Pemilihan model tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika 2

guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berfikir kritis. Model pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecaha masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keretampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugastugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa (Trianto, 2010:23). Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Tidak dapat disangkal bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat memengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuangkan air dalam gelas pada subjek pendidik (Trianto, 2010:89). Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaiman guru dapat membuka wawasan 3

berfikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkanya dalam kehidupan nyata. Bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem solving).model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan sustu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2010: 90). Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, sehubungan dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain, terciptakan interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak / pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima / dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik, kalau siswa lebih banyak aktif dibanding guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar mengajar siswa, serta menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Tugas guru ialah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Ketepatan penggunaan metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan, isi 4

proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar (Suryosubroto, 2002 : 43). Ada beberapa metode pembelajaran yang sesuai diterapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu antara lain : metode ceramah, ekspositorik (bagan), inquiri, pemecahan masalah, tanya jawab, simulasi, bermain peran, demonstrasi, karyawisata, observasi, dan lain sebagainya. Dari beberapa metode tersebut, peneliti memilih metode pemecahan masalah dengan cara diskusi, karena beberapa alasan yaitu agar melatih kerjasama antar siswa, siswa dibiasakan berfikir kritis dihadapkan pada masalah-masalah yang sedang terjadi, melatih rasa percaya diri siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto, 2002: 179). Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan karena selama ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di sekolah. 5

Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan selama ini, baik dari segi materi, segi guru dan siswa, dan segi penyampaian materi. Dalam (Sunarso, 2008: 2) mengungkap ada tiga kendala yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan lebih ditekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya ditekankan pada dimensi kognitif saja. Pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai hidden curriculum belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya.kedua, pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui pelibatannya secara proaktif dan interaktif, baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan hands-on experience juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktik pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum. Berbagai masalahan yang dikemukakan di atas, perlu dicari model pembelajaran baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. 6

Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyatadan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewargaraan. Berdasarkan hasil analisis nilai kelas VII SMP Negeri 5 Wates (2013) dalam Standar Kompetensi Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku di Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara menunjukkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Analisis Kelas A Jumlah Siswa Seluruhnya : 32 Jumlah Siswa Yang Telah Tuntas Belajar : 8 Persentase : 25 % 2. Hasil Analisis Kelas B Jumlah Siswa Seluruhnya : 32 Jumlah Siswa Yang Telah Tuntas Belajar : 21 Persentase : 67 % 3. Hasil Analisis Kelas C Jumlah Siswa Seluruhnya : 32 Jumlah Siswa Yang Telah Tuntas Belajar : 17 Persentase : 54 % 7

4. Hasil Analisis Kelas D Jumlah Siswa Seluruhnya : 32 Jumlah Siswa Yang Telah Tuntas Belajar : 23 Persentase : 75 % 5. Hasil Analisis Kelas E Jumlah Siswa Seluruhnya : 32 Jumlah Siswa Yang Telah Tuntas Belajar : 5 Persentase : 16 % (sumber: olah data nilai siswa kelas VII SMP Negeri 5 Wates 2013) Suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah mendapat minimal 85 % siswa yang telah mencapai daya serap 75 % (daya serap klasikal). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari ke lima kelas tersebut tidak ada kelas yang telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar, maka perlu dilakukan pembenahan model pembelajaran. Mengacu pada hasil ulangan di atas, peneliti merasa perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan beberapa alasan yaitu antara lain : agar aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknnya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari, sehingga siswa dapat mengingat konsep dan mengetahui cara menerapkannnya serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 8

Kegiatan Problem Based Learning diperkirakan dapat mengembangkan kesenangan kepada kegiatan belajar, karena bagi hampir semua siswa, model belajar aktif tidak membosankan. Selain itu, dalam mancapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, para siswa dibiasakan menentukan langkah-langkahnya sendiri untuk mencapai tujuan. Ini relevan sebagai pelatihan belajar mandiri (Haris Mudjiman, 2007 : 57-58). Sehingga diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat membentuk warga negara yang baik yang hendaknya memiliki kecerdasan dalam berbagai aspek, yang dapat bermanfaat untuk berfikir dan menganalisis berbagai masalah kehidupan. Dalam hal ini, seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan / kecakapa (skills) untuk berkomunikasi, berfikir, berpartisipasi untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi dalam diri sendiri maupun dalam kehidupan bermasyarakat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Guru kurang memperhatikan faktor-faktor yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Hasil belajar siswa masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal. 3. Guru kurang memahami cara memilih model pembelajaran yang baik. 9

4. Siswa bersifat pasif dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga proses belajar mengajar hanya satu arah. C. Pembatasan Masalah Banyak permasalahan yang muncul berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, namun berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti hanya akan terfokus pada satu aspek saja, yaitu : Membandingkan keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran konvensional. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : Manakah yang lebih efektif antara penggunaan model Problem Based Learning dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan membandingkan keefektifan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 10

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, umumnya bagi mata pelajaran lainnya. Dengan harapan penelitian ini dapat menjadi inspirasi upaya pengembanagan teori Pendidikan Kewaraganegaraan khususnya model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Manfaat praktis Selain memiliki manfaat teoretis, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis bagi dunia pendidikan, diantaranya: a) Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan dan kemampuan dalam penerapan Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guna meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa. b) Bagi Program Studi Pendidikan Kewargenagaraan, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam penerapan model pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewargenagaraan c) Bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikira guna mengembangkan proses pembelajaran melalui penerapan berbagai model pembelajaran dalam 11

meningkatkan hasil belajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas output sekolah. d) Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk menerapkan begbagai macam model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belejar siswa secara optimal. e) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa. G. Definisi Operasional 1. Keefektifan adalah suatu keberhasilan yang diperoleh setelah dilakukannya suatu tindakan terhadap suatu kegiatan. Dalam hal ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Jadi kriteria yang digunakan untuk mengukur keefektifan model pembelajaran ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. 2. Model Problem Based Learning adalah suatu cara penyampaian pembelajaran secara sistematis dan logis. Berawal dari sebuah masalah sebagai pemicu diarahkan kemampuan anak didik untuk berfikir kritis, berkomunikasi, mencari dan mengolah data. 3. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik para generasi muda agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, berbudi pekerti luhur dan berwawasan kebangsaan, dan partisipatif dalam pembelaan negara. Selain itu Pendidikan 12

Kewargenegaraan merupakan langkah demokratis untuk mempersiapkan warga masyarakat untuk berpikir kritis dan bertindak demokratis. Jadi maksud dari keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah ada tidaknya pengaruh penggunaa model pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan hasil belajar pada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kriteria efektif ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari sebelum diberikan treatmet dan sesudah diberikan treatment. 13