STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN


PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga


DESAIN KEBUTUHAN PVD UNTUK TANAH LUNAK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

Analisis Konsolidasi Dengan Prefabricated Vertical Drain Untuk Beberapa Soil Model Menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS ANGKA KEAMANAN DIAFRAGMA WALL MENGGUNAKAN PERMODELAN MOHR COLOUMB DENGAN PARAMETER TOTAL DAN EFEKTIF

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN TIMBUNAN TERHADAP KESTABILAN LERENG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN VACUUM PRELOADING DENGAN PROGRAM PLAXIS2D DAN PERHITUNGAN MANUAL DENGAN DATA AKTUAL LAPANGAN

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

ANALISIS PARAMETER MODEL TANAH NONLINEAR ELASTOPLASTIC MENGGUNAKAN PLAXIS 2D UNTUK STUDI KASUS GALIAN-DALAM

PENGARUH PRAPEMBEBANAN TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH LUNAK BERDASARKAN UJI TRIAXIAL TERKONSOLIDASI TERBATAS TAKTERDRAINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LUNAK DI BAWAH PILED - GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT. Oleh: Adhe Noor Patria.

Analisis Deformasi dan Tekanan Air Pori Ekses pada Tanah Lempung Lunak akibat Beban Timbunan

ANALISA TANAH PADA BUKAAN TEROWONGAN (Studi Kasus: Terowongan Kawasan Green Hill, Malendeng)

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

ANALISA DISTRIBUSI DAYA DUKUNG RAFT DAN PILE PADA SISTEM PONDASI PILE RAFT DENGAN PLAXIS 3D

DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS MENGGUNAKAN METODE "MEYERHOF DAN HANNA" DAN METODE ELEMENT HINGGA (PLAXIS)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

ANALISA PENGARUH KETEBALAN PILE CAP DAN JARAK ANTAR TIANG TERHADAP KAPASITAS KELOMPOK PONDASI DENGAN MENGGUNAKAN PLAXIS 3D

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2

Bab III Metodologi Penelitian

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018

Pengaruh Kedalaman PVD Pada Analisis Konsolidasi Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

4 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

Studi Perilaku dan Mekanisme Interaksi Penggabungan Prefabricated Vertical Drain dan Deep Cement Mixing untuk Perbaikan Tanah Lunak

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PARAMETER PERENCANAAN STONE COLUMN UNTUK PERBAIKAN BEARING CAPACITY DAN SETTLEMENT PADA TANAH LEMPUNG

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Kasus Kegagalan Konstruksi Dinding Penahan Tanah Rumah Mewah Di Atas Tanah Lunak

Pemodelan Numerik Pada Perbaikan Tanah Menggunakan Stone Column Di Tanah Lempung Lunak Di Bawah Tanah Timbunan

STUDI PENURUNAN DAN STABILITAS TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK: KASUS SEMARANG TRIAL EMBANKMENT

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

Analisis Rembesan dan Stabilitas Bendungan Bajulmati dengan Metode Elemen Hingga Model 2D dan 3D

EFEKTIFITAS PONDASI RAFT & PILE DALAM MEREDUKSI PENURUNAN TANAH DENGAN METODE NUMERIK

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

ANALISIS PERUBAHAN TEGANGAN DI DALAM TANAH AKIBAT TIMBUNAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS. MRT (twin tunnel) dengan shield pada tanah lempung berlanau konsistensi lunak

BAB III PROSEDUR ANALISIS

ANALISIS NILAI KORELASI PARAMETER E DAN CU PADA KASUS GALIAN DALAM MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PENENTUAN PARAMETER KONSOLIDASI SEKUNDER PADA TANAH ANORGANIK DAN ORGANIK DI KABUPATEN KUBU RAYA, PONTIANAK

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

STUDI PERILAKU TIANG PANCANG KELOMPOK MENGGUNAKAN PLAXIS 2D PADA TANAH LUNAK ( VERY SOFT SOIL SOFT SOIL )

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

HITUNG BALIK NILAI KEKAKUAN TANAH DARI HASIL PILE LOADING TEST DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS

ANALISIS GALIAN DALAM PADA BASEMENT GEDUNG DENGAN PERMODELAN SOFT SOIL MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS

Kegagalan lereng (slope failure) studi kasus : Jalan antara Samarinda Tenggarong

Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan Tahap II

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERHITUNGAN FAKTOR KEAMANAN DAN PEMODELAN LERENG SANITARY LANDFILL DENGAN FAKTOR KEAMANAN OPTIMUM DI KLAPANUNGGAL, BOGOR

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

ANALISA DEFORMASI PONDASI TIANG BOR DENGAN MODEL ELEMEN HINGGA PADA TANAH STIFF CLAY

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007/2008

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

Prediksi Penurunan Tanah Menggunakan Prosedur Observasi Asaoka Studi Kasus: Timbunan di Bontang, Kalimantan Timur

ANALISIS PENURUNAN TANAH DASAR PROYEK SEMARANG PUMPING STATION AND RETARDING POND BERDASAR EMPIRIS DAN NUMERIS

ANALISIS DESAIN TANGGUL UNTUK KEPERLUAN REKLAMASI DI PANTAI UTARA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Analisis Konsolidasi dengan PVD untuk Kondisi Axisymmetric dan Beberapa Metode Ekuivalensi Plane Strain Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi literatur. Pemodelan numerik Plaxis 2D. Input data 1. Geometri model 2. Parameter material

Pemodelan Vertical Drain Dengan Menggunakan Model Elemen Hingga Pada Analisis Konsolidasi Di Bendungan Marangkayu Kalimantan Timur

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI DRAINASE VERTIKAL DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

Studi Perilaku Tiang Pancang Kelompok Menggunakan Plaxis 2D Pada Tanah Lunak (Very Soft Soil Soft Soil) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Proyek Jalan bebas Hambatan Medan Kualanamu merupakan proyek

Perilaku Tanah Dasar Fondasi Embankment dengan Perkuatan Geogrid dan Drainase Vertikal

ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN DAN HASIL NILAI STIFFNESS E 50 REF MENGGUNAKAN METODE GRAFIK DAN METODE HIPERBOLIK PADA TANAH BERBUTIR HALUS

Oleb: HANINDYA KUSUMA ARTATI NTh1:

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan suatu konstruksi bangunan sering dijumpai kondisi tanah yang tidak

Analisis Model Fisik dan Model Numerik pada Daya Dukung Fondasi Lingkaran di Atas Tanah Lunak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di daerah kota yang padat dan sekaligus daerah dimana

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat Oleh RIDWAN MARPAUNG NIM : Program Studi Rekayasa Geoteknik

ANALISA PERKUATAN GEOTEKSTIL PADA TIMBUNAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN PLAXIS 2D

ANALISA PEMODELAN TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL DIATAS TANAH LUNAK MENGGUNAKAN METODE SIMPLIFIED BISHOP DAN METODE ELEMEN HINGGA

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

VARIATION OF REINFORCEMENT OUTWORN FOUNDATIONS SYSTEM (FOOTING FOUNDATIONS AND PILE FOUNDATIONS )

ANALISA DAYA DUKUNG TANAH MENGGUNAKAN PROGRAM ELEMEN HINGGA YANG DIBERI PERKUATAN GEOTEXTILE DAN TANPA PERKUATAN GEOTEXTILE ABSTRACT

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi

Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh Sebagian Menggunakan Metode Elemen Hingga

Transkripsi:

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK Arfinandi Ferialdy NIM : 15009032 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Tugas akhir ini membahas perilaku tegangan-deformasi dan tekanan air pori tanah dengan menggunakan analisa numerik (MEH) pada studi kasus penimbunan diatas tanah lunak.. Model konsitutif yang digunakan adalah Mohr-Coulomb dan Soft Soil Creep dengan menggunakan Software PLAXIS 8.2. Sumber analisa berasal dari data-data investigasi lapangan dan laboratoriun dari proyek timbunan trial Indonesian Geotechnical Material Construction (IGMC) milik Departemen Pekerjaan Umum di lokasi Kaliwungu, Semarang. Permodelan numerik dilakukan pada uji laboratorium (Triaksial dan Konsolidasi) dan timbunan skala penuh. Permodelan uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan analisa awal perilaku serta optimasi parameterik untuk permodelan timbunan skala penuh. Analisa timbunan meliputi analisa settlement, excess pore water pressure, dan safety factor. Hasil yang didapatkan diantaranya adalah pemilihan parameter u* pada timbunan perlu lebih diperhatikan, faktor creeping sangat berpengaruh terhadap perbedaan perilaku settlement hasil pengukuran lapangan dengan permodelan numerik. Kata Kunci : Timbunan tanah lunak, Permodelan numerik, Mohr-Coulomb, Soft Soil Creep. PENDAHULUAN Pemberian timbunan diatas tanah lempung akan terjadi kondisi undrained pada waktu yang dekat setelah penimbunan. Pada kondisi ini air belum sepenuhnya terdisipasi dari pori-pori tanah akibat pembebanan. Tegangan total tanah kondisi ini menjadi terdistribusi diantara tegangan efektif tanah dan tekananan di air pori tanah, padahal kekuatan geser tanah merupakan fungsi dari tegangan efektif tanah. Pada kondisi ini besaran tegangan efektif tanah dan tekanan air pori saling berkaitan erat, serta besaran tekanan air pori tidak berbanding lurus. Untuk kepentingan analisa dan perencanaan timbunan dibutuhkan perhitungan simultan antara tegangan efektif tanah dan tekanan air pori tanah.metoda Elemen Hingga (MEH) merupakan metode numerik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan perhitungan kompleks seperti perhitungan simultan untuk analisa tegangan-deformasi tanah. Namun keandalan MEH bergantung pada model konstitutif yang digunakan serta parameter yang dipilih. Oleh karena itu diperlukan studi berkelanjutan mengenai aplikasi MEH dalam bidang geoteknik. 1

METODOLOGI Metode pelaksanaan studi ini didasarkan atas tahap pengerjaan berikut : 1. Pengolahan data investigasi lapangan laboratorium untuk menentukan parameter model konstitutif tanah. 2. Permodelan numerik uji laboratorium Triaksial dan Konsolidasi/Oedometer untuk menganalisa respon tegangandeformasi dan tekanan air pori. Hasil analisa ini juga dipakai untuk optimasi parameterik terhadap permodelan timbunan skala penuh. 3. Permodelan numerik timbunan skala penuh dengan menggunakan parameter hasil optimasi. Hasil permodelan dibandingkan terhadap hasil pengukuran lapangan untuk mendapatkan rekomendasi terhadap keandalan model konstitutif ANALISIS Tabel 1 hingga 4 menunjukkan parameter tanah yang digunakan untuk permodelan uji laboratorium. awal ini selanjutnya dioptimasi berdasarkan hasil analisa respon tegangan-deformasi dari permodelan uji laboratorium. Hasil optimasi parameterik ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 1 Input Mohr-Coulomb Efektif Uji Triaksial Sampel I σ 3 = 10 Sampel II σ 3 = 20 Sampel III σ 3 = 40 material Undrained Undrained Undrained γ unsat [kn/m 3 ] 14 14 14 γ sat [kn/m 3 ] 15 15 15 k [m/day] 1 x 10-5 1 x 10-5 1 x 10-5 E [ ] 1250 1500 4200 v - 0.3 0.3 0.3 c ref [ ] 2 2 2 ϕ [ 0 ] 28 28 28 ψ [ 0 ] 0 0 0 Tabel 2 Input Mohr-Coulomb Total Uji Triaksial Sampel I σ 3 = 10 Sampel II σ 3 = 20 Sampel III σ 3 = 40 material Undraine d Undraine d Undraine d γ unsat [kn/m 3 ] 14 14 14 γ sat [kn/m 3 ] 15 15 15 k [m/day] 1 x 10-5 1 x 10-5 1 x 10-5 E [ ] 1250 1500 4200 v - 0.3 0.3 0.3 c ref [ ] 10 15 28 ϕ [ 0 ] 0 0 0 ψ [ 0 ] 0 0 0 Tabel 3 Input Mohr-Coulomb Uji Konsolidasi/Oedometer Tegangan efektif Tegangan total material Undrained Undrained γ unsat [kn/m 3 ] 14 14 γ sat [kn/m 3 ] 15 15 k [m/day] 1 x 10-5 1 x 10-5 E [ ] 2500 2500 v - 0.3 0.3 c ref [ ] 2 1250 ϕ [ 0 ] 28 0 ψ [ 0 ] 0 0 Tabel 4 Input Soft Soil Creep Tegangan efektif material Undrained γ unsat [kn/m 3 ] 14 γ sat [kn/m 3 ] 15 k [m/day] 1 x 10-5 λ* - 0.094 κ* - 0.043 u* - 2.4 x 10-3 c' [ ] 2 ϕ' [ 0 ] 28 ψ ' [ 0 ] 0 ν ur - 0.15 Tabel 5 Hasil Optimasi Parametrik E' E* Keterangan 1250 2700 Bertambah 2.16 kali Mohr 1500 2900 Bertambah 1.93 kali Coulomb 4200 6000 Bertambah 1.43 kali Uji Konsolidasi 2500 2200 Berkurang 0.88 kali Soft Soil λ*/κ* λ*'/κ*' Uji Konsolidasi Creep 2.16 2.27 Bertambah 1.05 kali Uji κ* κ*' Triaksial CU 0.044 0.012 Berkurang 0.27 kali Uji Konsolidasi λ* λ*' 0.094 0.093 Berkurang 0.99 kali κ* κ*' 0.044 0.041 Berkurang 0.94 kali 2

Perbandingan kurva tegangan-regangan hasil optimasi parameterik antara permodelan numerik dengan uji Laboratorium ditunjukkan pada Gambar 1-3. Gambar 4 Geometri Permodelan timbunan Gambar 1 Kurva Tegangan Vs Regangan Uji Triaksial Mohr-Coulomb Timbunan trial dikontruksi secara bertahap selama 105 hari. Tinggi timbunan di akhir kontruksi adalah 5 m. Lapisan tanah lempung dibawah timbunan dibagi menjadi 3 lapisan berdasarkan hasil investigasi lapangan. permodelan untuk masing-masing lapisan tanah lempung serta material timbunan ditunjukkan pada Tabel 6-8. Tabel 6 Mohr-Coulomb Soft Clay [0-3 m] Very Soft Clay [3-12 m] Medium Clay [12-20 m] Gambar 2 Kurva Tegangan Vs Regangan Uji Triaksial Soft Soil Creep material Undrained Undrained Undrained γ unsat [kn/m 3 ] 15 14 15 γ sat [kn/m 3 ] 16 15 16 k x [m/day] 8.64 x 10-3 8.64 x 10-3 8.64 x 10-3 k y [m/day] 4.32 x 10-3 4.32 x 10-3 4.32 x 10-3 E [ ] 1000 900 3900 v - 0.3 0.3 0.3 c ref [ ] 10 2 2 ϕ [ 0 ] 28 28 32 ψ [ 0 ] 0 0 0 Tabel 7 Soft Soil Creep Soft Clay [0-3 m] Very Soft Clay [3-12 m] Medium Clay [12-20 m] Gambar 3 Kurva Tegangan Vs Penurunan Uji Konsolidasi/Oedometer Soft Soil Creep Geometri permodelan numerik timbunan ditunjukkan pada Gambar 4. material Undrained Undrained Undrained γ unsat [kn/m 3 ] 15 14 15 γ sat [kn/m 3 ] 16 15 16 k x [m/day] 8.64 x 10-3 8.64 x 10-3 8.64 x 10-3 k y [m/day] 4.32 x 10-3 4.32 x 10-3 4.32 x 10-3 λ* - 0.108 0.099 0.094 κ* - 0.0350 0.031 0.028 u* - 4 x 10-3 4.2 x 10-3 3.3x 10-3 c' [ ] 10 2 2 ϕ' [ 0 ] 28 28 32 ψ ' [ 0 ] 0 0 0 ν ur - 0.15 0.15 0.15 3

Tabel 8 Material Timbunan Timbunan Sand Gravel Timbunan Common Fill material Drained Drained γ unsat [kn/m 3 ] 20 17 γ sat [kn/m 3 ] 23 20 k x [m/day] 8.64 8.64 k y [m/day] 4.32 4.32 E [ ] 15000 10000 v - 0.3 0.3 c ref [ ] 2 2 ϕ [ 0 ] 45 35 ψ [ 0 ] 0 0 Dari hasil optimasi parametrik didapatkan korelasi E = 90 135 Su. Korelasi ini digunakan untuk menentukan parameter kekakuan (E ) model Mohr-Coulomb (MC0 pada permodelan timbunan. untuk model Soft Soil Creep (SSC) didapatkan berdasarkan data uji Konsolidasi. Hasil permodelan timbunan untuk settlement dan excess pore water pressure dengan hasil pengukuran lapangan sebagai pembanding ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6. Gambar 5 Kurva deformasi vertikal tanah (settlement) Gambar 6 Kurva kenaikkan tekanan air pori (excess pore water pressure) Untuk menunjukkan pengaruh creeping pada timbunan, maka ditambahkan model konstitutif Soft Soil (SS) pada permodelan timbunan. Hasil permodelan MC menghasilkan deformasi akhir sebesar 0.95 m, sedangkan SS dan SSC berturut-turut adalah 1.03 m dan 1.33. Dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan, sebesar 1.20 m, model SS dan MC menghasilkan deformasi yang lebih kecil, sedangkan model SSC menghasil nilai yang cenderung konservatif. Perilaku deformasi ketiga model relatif berkesesuaian dengan lapangan sampai masa akhir kontruksi (hari ke-67). Memasuki masa konsolidasi selama 105 hari model MC dan SS menunjukkan perilaku deformasi yang tidak berkesesuaian dengan lapangan. Hal ini disebabkan pengaruh creeping yang memberikan kontribusi terhadap penambahan deformasi pada masa konsolidasi (konstruksi timbunan selesai). Pada masa konsolidasi 105 hari, pengaruh creeping menjadi semakin dominan terhadap konsolidasi tanah, sedangkan model MC dan SS tidak memperhitungkan creeping. Ketidaksesuian pada model SSC, yang memperhitungkan creeping, disebabkan oleh pemilihan parameter u* yang kurang sesuai. Pengaruh creeping juga bisa terlihat pada kenaikkan tekanan air pori yang ditunjukkan pada Gambar 6. Model MC dan SS menghasilkan nilai tekanan air pori yang lebih kecil dibandingkan pengukuran lapangan, sedangkan SSC menghasilkan nilai yang konservatif. Hal ini disebabkan pengaruh creeping yang menghasilkan deformasi tambahan. Deformasi tambahan ini diterima oleh tanah sebagai tegangan efektif sehingga menghasilkan tambahan kenaikkan tekanan air pori. Perbedaan nilai tekanan air pori antar model SS dan SSC terjadi karena yield cap model SSC akan terus berkontraksi, disebabkan creeping, walaupun sudah mencapai tegangan maksimal. Hal ini berakibat pada penambahan tegangan effektif. Penambahan tegangan efektif akan berakibat pada penambahan deformasi. 4

Deformasi pada tanah terjadi dengan proses disipasi air, namun pada nilai kompresibilitas yang sama dengna model SS, kelebihan deformasi walaupun sebagian tersalurkan, namun sebagian lainnya akan dikompensasi oleh model SSC sebagai penambahan tegangan air pori. Tabel 9 Faktor Keamanan (SF) Hasil Permodelan SF MC SS SSC Akhir konstruksi timbunan Setelah masa konsolidasi selesai (105 hari) 1.37 1.33 1.29 1.58 1.58 1.57 Angka faktor keamanan (SF) hasil permodelan ditunjukkan pada Tabel 9. Untuk masa di akhir konsolidasi, ketiga model menghasilkan nilai SF yang hampir sama. Pada masa akhir konstruksi, tanah dalam kondisi undrained, model MC menghasilkan nilai SF paling besar dibandingkan kedua model lainnya. Dikarenakan σ = σ u, maka berdasarkan Gambar 6 model MC akan memperhitungkan tegangan efektif yang paling besar diantara ketiga model pada saat di akhir konstruksi. Hal ini menyebabkan nilai SF MC menjadi lebih kecil dari SS dan SSC, begitu juga dengan nilai SF SS yang lebih kecil dibanding SSC. KESIMPULAN Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan : a. Permodelan perilaku tegangandeformasi dan tekanan air pori tanah dengan MEH bergantung pada model konstitutif yang digunakan serta parameter yang dipilih b. Untuk memastikan parameter yang dipilih sesuai, dapat dilakukan optimasi parameter melalui verifikasi terhadap hasil uji Laboratorium. c. Berdasarkan analisa hasil permodelan numerik terhadap uji Triaksial dan Konsolidasi/Oedometer, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : i. Model MC pada tanah dengan nilai koefisien-a yang tinggi menghasilkan nilai kuat geser undrained yang overestimate, begitu juga sebaliknya. ii. Koefisien nilai-a pada model MC diambil sebesar 1/3 untuk semua permodelan. iii. Pada tanah dengan nilai OCR > 2, model SSC memodelkan perilaku tegangan-regangan menyerupai model MC, sehingga bersifat linear dan nilai-a = 1/3. iv. Model MC tidak memodelkan perilaku swelling tanah. v. Pada model SSC, rasio λ*/κ* tidak mempengaruhi secara langsung deformasi, namun nilai λ* dan κ* itu sendiri, dimana κ* membentuk kekakuan pada saat kondisi OC, sedangkan λ* pada saat kondisi NC. vi. Rasio λ*/κ* berpengaruh terhadap nilai koefisien nilai-a vii. kekakuan E pada model MC mempengaruhi kekakuan awal (elastik), bukan tegangan pada saat runtuh. viii. Optimasi parametrik dapat dilakukan dengan memperhatikan parameter kekakuan model konstitutif. d. Berdasarkan analisa hasil permodelan numerik timbunan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : i. Ketidaksesuaian perilaku deformasi permodelan di awal konstruksi disebabkan deformasi elastik yang dominan. ii. Ketiga model konstitutif menghasilkan fase kritis timbunan (kenaikkan tekanan air pori tertinggi) pada waktu yang relative bersamaan, hari ke-67. iii. Model MC menghasilkan deformasi akhir vertikal timbunan 5

paling kecil diantara ketiga model konstitutif dan underestimate terhadap hasil pengukuran lapangan. iv. Model SS dan SSC menghasilkan perbedaan dalam nilai akhir deformasi vertikal timbunan dikarenakan faktor creeping yang diperhitungkan pada model SSC. v. Peristiwa creeping mulai dominan setelah tahap konstruksi timbunan selesai dan memasuki tahap konsolidasi. Hal ini bisa dilihat Gambar 5, dimana model MC dan SS tidak dapat memodelkan perilaku konsolidasi setelah hari ke-67. vi. Nilai SF yang dihasilkan oleh ketiga model pada fase setelah masa konsolidasi relatif sama. Namun pada saat masa kritis, model SSC menghasilkan nilai SF yang paling kritis sedangkan model MC memiliki nilai SF yang paling besar dan cenderung bisa overestimate. REFERENSI Apoji, Dayu. (2011). Respon Couple Tegangan Efektid-Tekanan Pori dalam Analisis Tegangan-Deformasi Tanah Poroelastis Menggunakan Metode Elemen Hingga, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung. Bauduin, C. M., Vos, M. De, Vermeer, P. A. (2000). Back Analysis of Staged Embankment Failure: The Case Study Streefkerk. Beyond 2000 in Computational Geotechnics. Rotterdam : Balkema. Brinkgreve, R.B.J., Swolfs, W.M, Engin, E, (2013). Plaxis 2D Manual 2013. Delft, Netherland. Budhu, Muni. (2007). Soil Mechanics and Foundations 2nd Edition, ed States of America : John Wiley & Sons, Inc. Das, Braja M. (2006). Principles of Geotechnical Engineering, 5 th Edition, Thomson Learning, Inc. Faridansyah. (2012). Respon Simultan Tegangan, Deformas, dan Tekanan Air Pori Pada Lempung Lunak Berdasarkan Teori Kondisi Batas : Simulasi Numerik Pengujian Laboratorium Dan Pengukuran di Lapangan. Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung. Holtz, R. D., & Kovacs, W. D. (1981). An Introduction to Geotechnical Engineering. New Jersey: Prentice- Hall, Inc Ladd, Charles C., dkk. (1991). Stability Evaluation During Staged Construction. ASCE Journal of Geotechnical Engineering Division, 117, 540-615. Ladd, Charles C., Foot, Roger. (1974). New Design Procedure for Stability of Soft Clays. ASCE Journal of Geotechnical Engineering Division, 100, 763-786. Neher, H.P.; Wehnert, M.; Bonnier P.G.: An Evaluation of Soft Soil Models Based on Trial Embankments. Computer Methods and Advances in Geomechanics, 07.-12.01.2001, pp. 373-378, Tucson, New Mexico. Schofield, A. N., & Wroth, C. P. (1968). Critical State Soil Mechanics. London: McGraw-Hill. Vermeer, P. A., Neher, H. P. (2000). A Soft Soil Model That Accounts for Creep. Beyond 2000 in Computational Geotechnics. Rotterdam : Balkema. Wood, D.M. (1990). Soil Behaviour and Critical State Soil Mechanics. ed State of America: Cambridge University Press. 6