PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

ARAHAN KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KONSERVASI BENTENG MARLBOROUGH KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

Cipto Murti ¹ dan Holi Bina Wijaya ²

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENELITIAN. Kata kunci: Kata kunci: Bangunan Kuno dan Kawasan Bersejarah, Konservasi Pusat Kota Lama Manado, Heritage Bulding.

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

Kajian Pelestarian Kota Lama Tangerang dalam Aspek Elemen Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Pengguna Ruang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA

Rully. Abstrak. Kata kunci: peran pendampingan masyarakat, degradasi kualitas kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan adalah salah satu usaha dari pelestarian benda cagar budaya yang nampaknya

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bertahan sampai sekarang dan merupakan sumber daya yang terbatas dalam jumlah serta

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional

Transkripsi:

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR Oleh: NDARU RISDANTI L2D 005 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

Abstrak Setiap kota memiliki kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya atau tempat-tempat bersignifikansi budaya ini yang merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi telah perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring dengan dinamika zaman dan perkembangan kota tersebut. Salah satu kawasan cagar budaya yang merupakan aset penting kota Yogyakarta dan selalu mengalami perkembangan adalah sepanjang jalan Malioboro. Jalan tersebut merupakan urat nadi kota Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini yang merupakan simbol atau penanda perkembangan bagi kota Yogyakarta namun telah mengalami banyak perubahan. Malioboro saat ini menunjukkan kemajuan dan perubahan lebih modern secara fisik. Hal ini membawa beberapa dampak bagi kawasan tersebut, diantaranya berkurangnya suasana yang pada waktu dulu mungkin pernah ada, misalnya keteduhan sepanjang jalan kawasan Malioboro dan suasana khas yang memiliki sentuhan kultural dengan deretan bangunan bersejarah menghiasi sepanjang jalan tersebut. Beberapa bangunan bersejarah di sepanjang jalan utamanya bahkan telah mengalami perubahan fungsi serta berbagai bentuk tampilannya yang mengarah ke gaya modern dan mengikuti perkembangan zaman. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dimunculkan sebuah research question Bagaimana perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah yang menghiasi jalan utama Malioboro?. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah di kawasan Malioboro. Perkembangan zaman membawa pengaruh terhadap perkembangan dan perubahan fisik bangunan, sehingga untuk mengusahakan upaya pelestarian kawasan dan bangunan di Malioboro terlebih dahulu menemukenali permasalahan yang ada dan perubahan fisik yang terjadi pada bangunan-bangunan bersejarah di jalan utama Malioboro. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan beberapa analisis dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis berupa deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan dalam peneltian ini adalah analisis penelusuran sejarah dan perkembangan kawasan, analisis perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah di sepanjang Jalan Malioboro, serta klasifikasi perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan data primer yaitu berupa wawancara dan observasi lapangan serta data sekunder berupa kajian literatur dan survei instansi. Metode penarikan sampel untuk masyarakat dengan menggunakan teknik accidental sampling, sedangkan untuk narasumber dari pihak pemerintah dan tokoh masyarakat menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa telah terjadi perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah seiring perkembangan zaman. Perubahan fungsi dan fasade yang terjadi dikelompokkan menjadi beberpa perubahan berdasarkan indikator yang disusun dengan merujuk pada variabel fungsi dan fasade bangunan. Bangunan yang mengalami tingkat perubahan 25% terdapat dua buah bangunan, sedangkan yang mengalami perubahan 50% terdapat tiga bangunan bersejarah, dan yang mengalami perubahan 75% terdapat enam bangunan bersejarah, sedangkan perubahan total atau 100% terdapat pada satu bangunan bersejarah. Dengan temuan tersebut, dapat disimpulkan telah terjadi perubahan fungsi dan fasade pada kesebelas bangunan bersejarah di jalan utama Malioboro yang seharusnya dilestarikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya pelestarian yang nyata terkait pemeliharaan dan pengelolaan bangunan bersejarah tersebut agar tidak menghilangkan keaslian nilai bangunannya. Selain itu juga ditentukan jenis kegiatan pelestarian yang tepat untuk masing-masing bangunan bersejarah sesuai dengan permasalahan perubahan yang terjadi pada tiap bangunan tersebut. Kata kunci : perubahan, fungsi, fasade, bangunan bersejarah, pelestarian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota akan mengalami perkembangan seiring perubahan dinamika zaman. Perkembangan perkotaan merupakan suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses perubahan tersebut dapat berjalan secara alami, atau dapat pula berjalan secara artificial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan tersebut. Suatu kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman akan menciptakan beberapa kebudayaan yang mengikutinya. Proses tumbuh dan berkembangnya suatu kota melalui beberapa tahapan, yaitu dari masa sebelum modern hingga kini menuju masa yang modern. Perkembangan budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju modernisasi dan mengabaikan struktur ruang asli dari kota tersebut. Setiap kota memiliki kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan cagar budaya atau tempat-tempat bersignifikansi budaya ini yang merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi telah perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring dengan dinamika zaman dan perkembangan kota tersebut. Untuk menjaga setiap peninggalan budaya yang dimiliki oleh suatu kota perlu adanya bentuk upaya pelestarian terhadap urban heritage. Pelestarian adalah upaya pengelolaan perubahan secara selektif melalui kegiatan perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan/atau pengembangan pusaka saujana untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman, kualitas hidup yang lebih baik serta menciptakan pusaka masa datang. (Draft Kaliurang, 2003). Kegiatan pelestarian perlu dilakukan untuk melindungi benda atau tempat yang mengandung nilai budaya dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan Nasional Indonesia. Menurut Piagam Burra, kegiatan pelestarian perlu dilakukan karena tempat-tempat bersignifikansi budaya memperkaya kehidupan manusia, sering memberikan ikatan rasa yang dalam dan inspirasional kepada masyarakat dan lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup. Tempat-tempat itu adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari identitas dan pengalaman suatu kota. Peninggalan bersejarah pada suatu kota dapat dikategorikan menjadi dua (www.bppiindonesiaheritage.org), yaitu peninggalan yang nampak (tangible heritage) maupun tak nampak (intangible heritage). Peninggalan-peninggalan yang berharga tersebut mempunyai nilai historis 1

2 dan merupakan penanda kelahiran dari suatu kawasan perkotaan. Proses perubahan yang membawa suatu kota untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik sebagai upaya meawadahi peningkatan intensitas penduduk dan aktivitasnya akan memberikan dampak berupa perubahan fisik kota yang akan terlihat lebih modern secara visual. Bangunan-bangunan kuno, kebudayaan, serta peninggalan lainnya yang merupakan bagian penting dari kota tersebut akan mengalami perubahan fisik secara perlahan seiring usia yang semakin tua serta proses modernisasi yang terjadi pada kota tersebut. Malioboro yang menjadi salah satu simbol bagi Yogyakarta dan merupakan kawasan cagar budaya di kota tersebut telah mengalami banyak perubahan. Sebagai kawasan cagar budaya, Malioboro memiliki beberapa bangunan yang juga merupakan bangunan cagar budaya dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 11 tahun 2005 tentang pengelolaan benda dan kawasan cagar budaya. Malioboro saat ini menunjukkan kemajuan dan perubahan lebih modern secara fisik. Namun mengurangi suasana yang pada waktu dulu mungkin pernah ada, misalnya keteduhan sepanjang jalan kawasan Malioboro, serta suasana khas yang memiliki sentuhan kultural dengan deretan bangunan kuno asli jawa dan percampuran bangunan kolonial menghiasi sepanjang jalan tersebut. Meskipun dari dulu hingga kini Malioboro tetap menjadi kawasan perdagangan, namun perubahan secara fisik sangat terasa di kawasan tersebut. Malioboro sekarang seolah-olah untuk kepentingan niaga sepenuhnya. Bangunan yang terbangun di sepanjang Jalan Malioboro sangat padat dan ramai dengan fungsi perdagangan, tidak terdapat ruang terbuka yang cukup, bahkan area untuk pejalan kaki pun telah dipenuhi oleh pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai jenis barang daganga. Deretan bangunan kuno bersejarah bahkan mulai beralih fungsi dan mengalami renovasi fisik yang mengubah tampilan bangunannya. Hal ini perlu mendapat perhatian serius mengingat beberapa daerah di Indonesia telah mengalami permasalahan dalam pelestarian budaya yang ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti, terjadinya perubahan tata ruang dan pemanfaatan ruang kawasan yang cenderung tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi, terjadinya perubahan bangunan baik bentuk, fungsi, ukuran dan kepemilikan, terjadinya perubahan kehidupan sosial budaya yang berdampak pada apresiasi dan respon terhadap warisan budaya, serta terjadinya perubahan lingkungan pemukiman dan sarana prasarana yang tidak lagi mengikuti pola atau struktur asli. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu pembahasan mengenai perubahan kondisi fisik dan fungsi bangunan bersejarah yang menghisai Kawasan Malioboro akibat perkembangan zaman dan pertumbuhan kota Yogyakarta dengan terlebih dahulu mengetahui perkembangan sejarah dan perkembangan fisik yang terjadi di sepanjang kawasan Malioboro. Melalui penelusuran sejarah perkembangan dan kebudayaan kawasan sepanjang jalan Malioboro ini diharapkan dapat diketahui fungsi dan fasade bangunan-bangunan bersejarah di sepanjang

3 kawasan Malioboro. Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat diungkap perubahan fungsi dan fasade dari bangunan bersejarah yang menghiasi sepanjang jalan Malioboro yang terjadi seiring perkembangan zaman dan perkembangan kota Yogyakarta. 1.2 Rumusan Permasalahan Keunikan yang terdapat di kawasan Malioboro menunjukkan bahwa terdapat hal yang berbeda mengenai kawasan tersebut dibandingkan dengan beberapa kawasan budaya lain di kota Yogyakarta, dimana kawasan Malioboro merupakan kawasan perdagangan dengan deretan bangunan kuno bersejarah dan memiliki sentuhan kultutral tertentu yang menghiasi kawasan perdagangan tersebut. Pada jalan utama di Kawasan Malioboro terdapat sebelas bangunan bersejarah yang merupakan bangunan cagar budaya namun perlahan mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Dengan melihat kondisi yang demikian maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian yaitu sebagai berikut ; 1. Seiring perkembangan zaman, proses pembangunan dan perkembangan perkotaan terjadi pada kota Yogyakarta dan telah menyentuh kawasan cagar budaya Malioboro. Perkembangan ini diakibatkan pertumbuhan kota, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan aktivitas masyarakat serta peningkatan kebutuhan akan lahan. 2. Perkembangan kawasan Malioboro memberikan pengaruh terhadap perubahan fasade serta fungsi bangunan bersejarah yang menghiasi sepanjang jalan utama di Kawasan Malioboro. 3. Terdapat sebelas bangunan bersejarah (sesuai dengan Perda Prov. DIY No.11 Tahn 2005 tentang pengelolaan kawasan dan benda cagar budaya) di sepanjang jalan utama di Kawasan Malioboro yang mengalami perubahan fungsi dan fasadenya. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dalam penyusunan penelitian ini yang menjadi research question adalah Bagaimana perubahan fasade dan fungsi bangunan bersejarah di kawasan Malioboro? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi dan fasade bangunan bersejarah di sepanjang ruas utama Jalan Malioboro serta bentuk-bentuk perubahan yang terjadi. 1.3.2 Sasaran Sasaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Identifikasi penelusuran sejarah dan perkembangan Kawasan Malioboro. 2. Menganalisis perubahan dan perkembangan fungsi bangunan bersejarah (yang terdiri dari sebelas BCB) pada masa sebelum kemerdekaan-sesudah kemerdekaan hingga kini.