BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kestabilan emosi, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional). Hal ini juga dikemukakan oleh Driyarkara (dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia ketaraf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di sekolah. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar mengajar ini juga proses transfer dan transformasi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik. Sementara Remaja berada pada periode perkembangan yang banyak mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat. Masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidak seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media. Gejalagejala emosi pada remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. 1

2 Sebagai pendidik harus mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal tanpa ada mengalami gangguan. Target yang hendak dicapai melalui dasar-dasar pendidikan dan yang juga dirancang oleh lembaga-lembaga pendidikan adalah menyiapkan generasi yang unggul dan mampu menghadapi segala persoalan yang dihadapinya. Disamping itu, tujuan lain yang hendak kita harapkan pada generasi yang akan datang adalah generasi yang memiliki mental yang kuat dan rasa percaya diri. Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang. Salovey dan Mayer (1990) mengatakan bahwa suatu kecerdasan sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memantau baik emosi-dirinya maupun emosi orang lain, dan juga kemampuannya dalam membedakan emosi- dirinya dengan emosi orang lain, dimana kemampuan ini digunakannya untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya. Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan temanteman sebaya yang senasib.

3 Sering kali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Banyak penelitian membuktikan bahwa salah satu penyebab remaja menjadi nakal adalah karena mengalami ketidakstabilan emosi menimbulkan rasa tidak aman dan tidak puas terhadap kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dapat timbul kebencian dan kecemburuan terhadap orang- orang yang lebih beruntung dan bahagia. Akibat dari semuanya ini sering mereka melakukan tindakan yang merusak dan menyakiti orang lain. Pada dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual. Rasa marah, kesal, sedih atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami remaja meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekspresikan emosi secara tepat, remaja perlu meningkatkan kestabilan emosi. Akan tetapi, kestabilan emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan, Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional, Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional. Kegagalan dalam menstabilkan emosi biasanya terjadi karena remaja kurang mampu memahami atau mendapatkan akar masalah, tidak mau bersusah payah menilai sesuatu dengan kepala dingin. Kegagalan menstabilkan emosi juga karena kurang mengenal perasaan dan emosi sendiri sehingga jadi salah kaprah dalam mengekspresikannya. Karena itu,

4 keterampilan menstabilkan emosi sangatlah perlu agar dalam proses kehidupan remaja bisa lebih sehat secara emosional. Kecenderungan tingginya gejolek emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik khususnya orangtua dan guru. Untuk itu perlu dihindari hal- hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, sedih, kecewa, frustasi, dan cemas yang berlebihan. Maka berdasarkan kesimpulan di atas usia remaja adalah suatu proses atau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang, umumnya terdapat perbedaan individu satu dengan yang lain, yang dibuktikan dengan adanya fakta bahwa beberapa orang mengalami masa peralihan ini secara cepat dari lainnya. Masa remaja sedang mengalami banyak fase perubahan yang harus di hadapi mulai dari perubahan fisik, biologis, psikologis sampai dengan masalah sosial. Proses-proses perubahan penting akan terjadi dalam diri remaja jika perubahan ini mampu dihadapi secara adaptif dan dengan sukses. tetapi seorang remaja tidak mampu menghadapi dan mengatasi tantangan perubahan dengan sukses, maka akan muncul berbagai konsekuensi psikologis, emosional, dan behavioral merugikan. Emosi remaja pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negatif. menstabilkan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dilingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya. Maka menstabilkan emosi sangatlah penting untuk meredam sikap emosi yang negatif yang ada pada diri siswa dengan mengembangkan kemampuan menstabilkan emosi dengan sebaik-baiknya, maka kita akan dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dan mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan

5 menstabilkan emosi menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku emosi negatif yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di lingkungan masyarakat dan dalam lingkungan sekolah karena banyak peristiwa yang terjadi karena ketidak mampuan menstabilkan emosi. Penelitian ini berfokus pada meningkatkan kestabilan emosi melalui layanan konseling individual teknik self management. Diharapkan setelah pemberian layanan konseling individual teknik self management penerima manfaat dapat memiliki kestabilan emosi yang lebih baik, sehingga ia dapat berinteraksi dengan baik di sekolah maupun di lingkungan tempat ia tinggal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru BK SMP N 45 Medan diketahui bahwa masih ada siswa yang kurang mampu dalam menstabilkan emosinya. Meski sekolah telah memberikan program untuk mengarahkan emosinya menjadi hal- hal yang positif melalui kegiatan ekstrakurikuler, tetapi masih saja ada siswa yang belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Hal itu dapat dilihat pada perilaku siswa yang melawan guru, berkelahi dengan teman, berbicara dengan bahasa yang kasar, memberi julukan yang menyakiti teman, dan merokok sebagai bentuk prilaku yang negatif yang telah menjadi kebiasaan atau prilaku yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari. Format konseling individual yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa (klien) dengan tujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif pada lingkungan sosial. Dalam layanan konseling individual, siswa akan menceritakan segala permasalahannya yang sedang terjadi pada dirinya berdasarkan apa yang sedang dirasakannya, yang menyebabkan siswa selalu tidak mampu dalam menstabilkan emosinya. Format konseling individual dilaksanakan dengan memberikan layanan konseling individual kepada siswa yang memiliki ketidakstabilan emosi tersebut. Tujuan konseling pada akhirnya

6 untuk menemukan dan merekomendasikan langkah-langkah yang harus dilakukan agar siswa dapat mengetahui dampak dari ketidakstabilan emosi dan berusaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pemikiran diatas, peneliti mengajukan judul : Meningkatkan Kestabilan Emosi Melaui Layanan Konseling Individual Teknik Self Management Pada Siswa Di Kelas VII-E SMP Negeri 45 Medan T.A 2015-2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalahnya adalah : 1. Masih terdapat beberapa orang siswa yang kurang mampu dalam menstabilkan emosinya. 2. Siswa kurang memahami dampak dari ketidakstabilan emosi. 3. Self management yang dilakukan Sekolah masih belum efektif untuk menstabilkan emosi beberapa siswa. 1.3 Batasan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang akan diulas melalui penelitian, serta menghindari timbulnya penafsiran yang berbeda-beda maka perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada meningkatkan kestabilan emosi melalui layanan konseling individual teknik self management pada siswa di kelas VII-E Smp Negeri 45 Medan. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah melalui layanan konseling individual teknik self management dapat meningkatan kestabilan emosi pada siswa di kelas VII-E SMP Negeri 45 Medan T.A 2015/2016.

7 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk Meningkatkan Kestabilan Emosi Melaui Layanan Konseling Individual Teknik Self management Pada Siswa Di Kelas VII-E SMP Negeri 45 Medan T.A 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya bimbingan dan konseling yaitu mengetahui efektivitas Konseling Individual teknik self Management dalam Menstabilkan Emosi Siswa. Dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bimbingan Konseling Bagi Guru BK SMP Negeri 45 Medan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam meningkatkan kestabilan emosi siswa. b. Bagi Siswa Bagi siswa diharapkan dapat menyadari penyebab ketidakstabilan emosi dan memahami cara untuk menstabilkan emosi. c. Bagi Kepala Sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat meningkatkan suasana belajar yang kondusif dan menimbulkan penilaian positif dari para orang tua siswa dan stakeholder Sekolah.