BAB VII KEBAKARAN HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Padang Alang-alang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi sifat-sifat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

2. Berikut ini beberapa contoh yang dapat menyebabkan hutan terbakar.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN ATAU HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV TATA LAKSANA PENGENDALIAN Bagian Pertama Umum Pasal 11 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan pembakaran hutan dan atau lahan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

TINJAUAN PUSTAKA. adalah kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan. Kebakaran hutan dan lahan

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

PENDAHULUAN Latar Belakang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB. V KEBAKARAN HUTAN. Gambar 5.1. Fire Triangle (bahan bakar, panas, dan oksigen)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

IRA TASKIRAWATI. E Pengaruh Kadar Air Bahan Bakar hutan

Oleh : Sri Wilarso Budi R

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah

Gangguan Asap Dan Kebakaran Hutan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

Transkripsi:

BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem ditentukan oleh frekuensi, intensitas dan tipe kebakaran yang terjadi serta kondisi lingkungan. Api yang terjadi di dalam hutan dapat menimbulkan kerusakan yang besar, tetapi dalam kondisi tertentu pembakaran hutan dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan hutan. Kebakaran hutan merusak hampir seluruh komponen penyusun hutan, sehingga tujuan pengelolaan dan fungsi hutan tidak tercapai. Secara tradisional, pembakaran hutan telah lama dimanfaatkan yaitu pada praktek ladang berpindah yang dilakukan oleh masyarakat adat dalam hutan. Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini pembakaran hutan mulai banyak dimasukkan sebagai salah satu pilihan dalam tindakan silvikultur di beberapa negeri, walaupun masih banyak dampak negatif akibat pembakaran yang belum dapat diatasi terutama terhadap kualitas Iingkungan hidup. API DAN KEBAKARAN DALAM HUTAN Api diketahui sebagai salah satu faktor lingkungan yang berperanan terhadap distribusi dan kelimpahan jenis tumbuhan, dan secara luas api mempengaruhi watak sistem ekologis hutan dan vegetasi penutup lahan lainya Kebakaran, walaupun terjadi pada frekuensi yang jarang, menimbulkan perubahan kondisi Iingkungan yang radikal dalam waktu singkat, sehingga mampu mengubah komposisi vegetasi penyusun ekosistem. Pada umumnya kebakaran selalu dianggap sebagai faktor perusak yang harus dihindari dalam pengelolaan hutan, sehingga dapat mengarah kepada terlalu melindungi hutan dari api. Perlindungan terhadap kebakaran yang terlalu ketat dapat menyebabkan terjadinya perkembangan hutan yang tidak sesuai dengan perkembangan asalnya, sehingga ekosistem akan berubah menjadi tidak tahan terhadap api. Pengetahuan yang balk tentang pengaruh kebakaran terhadap bermacam-macam tipe vegetasi sangat diperlukan, sehingga dalam pengelolaan hutan dapat menghindari kebakaran yang mengakibatkan kerusakan dan dapat mengendalikan kebakaran sesuai dengan peranannya dalam perkembangan hutan.

PROSES DAN KOMPONEN KEBAKARAN HUTAN 1. Proses Kebakaran Hutan Pembakaran pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi yang cepat dari suatu bahan. Dibanding dengan proses oksidasi yang lain misalnya penguraian, pembakaran berlangsung jauh Iebih cepat. Untuk setiap proses kebakaran, faktorfaktor bahan bakar, oksigen (udar a) dan panas merupakan prasyarat yang harus ada dalam kondisi dan perbandingan yang tepat. Reaksi kimiawi proses kebakaran yang melibatkan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan seperti pada persamaan reaksi sebagai berikut: Jumlah, kondisi dan penyebaran bahan-bahan yang potensial dapat terbakar, kondisi cuaca, kondisi topografi, sangat menentukan tipe kebakaran dan akibat kerusakan yang terjadi. 2. Komponen Kebakaran Hutan Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila sedikitnya tersedia tiga komponen yaitu bahan bakar yang potensial, oksigen atau udara, dan penyalaan api. Seluruh komponen penyusun hutan pada dasarnya dapat merupakan bahan bakar untuk kebakaran hutan. Potensi komponen tersebut sebagai bahan bakar, baik sendiri atau secara kumulatif, ditentukan oleh jumlah, kondisi terutama kadar airnya dan penyebaran dalam hutan. Komponen kedua dari proses kebakaran hutan adalah tersedianya oksigen atau udara. Ketersediaan oksigen atau udara dalam proses kebakaran hutan akan sangat menentukan timbulnya penyalaan api. Komponen ketiga yaitu adanya penyalaan api yang dalam hutan dapat terjadi secara alami, misalnya akibat petir dan gejala vulkanik. Sumber penyalaan api lain dapat berasal dari pengangkutan, pembersihan lapangan pratanam, atau kegiatan manusia lainnya. Terdapat korelasi antara pusat-pusat pemukiman penduduk di sekitar hutan dengan timbulnya sumber api.

3. Potensi Bahan Bakar Kemudahan terbakarnya komponen hutan dalam kebakaran hutan ditentukan oleh jumlah dan persebaran, kadar air serta kandungan bahan tertentu (misalnya resin). TIPE KEBAKARAN HUTAN Apabila kondisi bahan bakar dan cuaca memungkinkan terjadinya penyalaan api dan kebakaran hutan terjadi, dikenal tiga tipe kebakaran hutan yaitu api permukaan, api tajuk dan api dalam tanah. 1.Kebakaran permukaan (surface fire) Kebakaran permukaan membakar bahan-bahan yang tersebar pada permukaan lantai hutan, misalnya seresah, cabang dan ranting mati yang gugur, dan tumbuhan bawah. 2.Kebakaran dalam tanah (ground fire) Bahan bakar berupa tumpukan bahan organik yang tebal pada musim kemarau dapat menurun kadar airnya sehingga dapat terbakar bila ada api. Kebakaran yang terjadi tidak disertai adanya nyala api, sehingga yang tampak hanya asap yang mengepul pada permukaan lapisan gambut. 3.Kebakaran tajuk (crown fire) Kebakaran dapat terjadi pada lantai hutan dengan lapisan tumbuhan bawah yang tebal dan kering, seringkali ditambah banyaknya sisa kayu penebangan atau bahan mati Iainnya. Kebakaran hutan ini akan dengan cepat dapat membakar bagianbagian atas hutan, yang mengakibatkan kebakaran tajuk. PENGARUH KEBAKARAN HUTAN Pengaruh kebakaran terhadap hutan sangat bervariasi, mulai dari pengaruh yang merugikan sampai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan hutan. 1. Pengaruh yang Merugikan Walaupun kerugian secara kuantitatif akibat kebakaran hutan khususnya di Indonesia belum secara menyeluruh diketahui, beberapa kebakaran hutan tercatat menimbulkan kerusakan yang besar. Kebakaran hutan di dalam hutan hujan tropik di Indonesia hampir terjadi setiap tahun dan membakar areal hutan yang sangat lugs.

Pengaruh merugikan dari kebakaran hutan dapat terjadi oleh energi panas dan asap yang ditimbulkan. Kebakaran menimbulkan kerusakan langsung terhadap seluruh komponen penyusun hutan. Hawley dan Stuckel (1948) telah mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan tingkat kerusakan (severitas) yang terjadi akibat kebakaran hutan yaitu: (1) jumlah dan sifat bahan yang terbakar, (2) kadar air bahan bakar, (3) kecepatan angin, (4) topografi dan (5) tipe penutupan tajuk. Kerusakan akibat kebakaran yang secara keseluruhan berpengaruh terhadap ekosistem hutan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, dapat terjadi pada seluruh bagian dan penyusun hutan misalnya: a. Kerusakan vegetasi Kebakaran hutan dapat mempengaruhi pohon-pohon utama penyusun hutan pada tingkat kerusakan yang bervariasi, mulai dari kerusakan kecil pada pangkal pohon sampai pengaruh yang mematikan pohon secara keseluruhan.. Ketahanan tiap jenis pohon terhadap kebakaran berbedabeda. Akibat kebakaran hutan pada pohon dan hutan dapat berbentuk: luka-luka pada pohon, mematikan pohon, menurunkan atau mengurangi riap pohon, merusak peremajaan atau tanaman muds, fungsi hutan lainnya akan terganggu. b. Kerusakan pada tanah hutan Akibat dari kebakaran hutan pada tanah dapat berbentuk gangguan pada sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Pengaruh yang merugikan pada sifat fisik tanah akan jelas nampak, sedang pengaruh pada sifat kimia tanah biasanya tidak merugikan tetapi menguntungkan. Sifat fisik dari tanah sangat ditentukan oleh keadaan humus dan seresah pada permukaan tanah yang mempunyai hubungan yang rapat dengan tata air di hutan. Udara yang pangs akibat kebakaran hutan tidak banyak berarti bagi seresah dan humus, tetapi apabila seresah dan humus ikut terbakar maka sifat fisik tanah akan memburuk. Pengaruh sifat kimia dari tanah akibat kebakaran hutan berbentuk penambahan mineral-mineral yang terdapat pada abu dan arang, sehingga dapat menaikkan nilai nutrisi tanah bagi tanaman. Kebakaran juga menurunkan keasaman tanah, tetapi penurunan ini biasanya tidak berarti bagi pohon.

c. Kerusakan pada satwa dan hewan kecil Kebakaran hutan dapat memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung pada semua binatang yang hidup di dalam hutan. Akibat langsung dari kebakaran ialah berpindahnya satwa ketempat lain atau ada yang mati terbakar. Akibat tidak langsung ialah rusaknya atau musnahnya makanan dan tempat berlindung bagi satwa. d. Kerusakan pada ekosistem Kebakaran hutan yang sating bertalian akan berakibat pada vegetasi hutan, tanah, air dan mikroklimat. Perubahan yang akan sangat terasa apabila suatu hutan terbakar, adalah perubahan suhu udara di hutan. e. Kerusakan pada tempat rekreasi, keindahan alam dan nilai ilmiah Kawasan hutan tertentu berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat terutama masyarakat kota sekitar hutan rekreasi. Kawasan hutan juga memiliki fungsi ilmiah dan merupakan wahana untuk pendidikan dan latihan. Kebakaran hutan rekreasi dan hutan untuk kepentingan ilmiah akan terasa pengaruhnya secara langsung dan kerusakannya sulit dinilai dengan uang. f. Kerusakan lain yang merugikan Akibat-akibat lain yang dianggap merugikan adalah: Penurunan kualitas udara akibat kepekatan asap yang memperpendek jarak pandang sehingga mengganggu transportasi dan dari segi lingkungan global ikut memberikan peran terjadinya efek rumah kaca. Kebakaran bekas padang rumput untuk penggembalaan dapat merusak rumput sampai ke akarnya sehingga pertumbuhannya menjadi jarang (tidak tebal) atau jenis rumputnya dapat berubah. Kebakaran hutan dapat menjalar ke perkebunan, perkampungan atau benda-benda lain milik masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomis. Dampak pada kesehatan yaitu mengganggu kesehatan masyarakat, terutama terhadap golongan lanjut usia, ibu hamil dan anak balita karena asap yang ditimbulkan dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis, pneumonia dan iritasi mata serta kulit.

2. Pengaruh yang Menguntungkan Tidak selamanya kebakaran yang terjadi di dalam hutan bersifat merugikan, selama masih dapat dikontrol. Manfaat ekologis yang dapat diperoleh dari kebakaran hutan yang terkontrol, terutama untuk membantu kegiatan silvikultur. PENYEBAB TERJADINYA KEBAKARAN HUTAN Sebab-sebab timbulnya kebakaran hutan sangat penting untuk diketahui guna merencanakan dan menentukan cara pencegahan serta pengendalian kebakaran hutan. Tiap-tiap daerah hutan mempunyai penyebab terjadinya kebakaran yang berbeda, tetapi pada umumnya secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Kegiatan manusia (a) Sengaja dibakar, (b) Bekas pembakaran, (c) Api rokok, (d) Api dari kendaraan, (e) Perladangan berpindah, (f) Reboisasi padang alang -alang, (g) Rekreasi, berkemah dan pembalakan dan (h) Penggembalaan 2. Faktor aiam (a) Petir, dan (b) Aktivitas gunung berapi. 3. Sebab lain Kebakaran hutan dapat terjadi oleh sebab yang tidak atau belum diketahui. Sampai saat ini masih banyak kebakaran hutan yang penyebabnya secara pasti belum diketahui. Kebakaran semacam ini sangat sulit untuk ditentukan cara pencegahannya. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEBAKARAN Pemanfaatan api oleh manusia merupakan sumber penyebab utama kebakaran hutan karena mereka kurang menyadari atau lengah terhadap bahayanya. Namun demikian api yang digunakan oleh manusia ini tidak akan menyebabkan kebakaran hutan apabila tidak didukung oleh faktor-faktor iklim, topografi, bahan bakar dan pengelolaan kawasan yang baik. Walaupun iklim mikro, topografi dan bahan bakar dalam kondisi yang rawan terhadap bahaya api, namun apabila tingkat pengelolaan kawasan hutan cukup memadai, bahaya kebakaran akan dapat dikendalikan semaksimal mungkin. Pemantauan bahaya kebakaran pada musim kering oleh personil yang trampil dan menguasai permasalahan api dan kebakaran merupakan perangkat pengelolaan yang dipersyaratkan.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN Untuk menentukan alternatif usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, maka sebab-sebab terjadinya kebakaran hutan sangat penting diketahui. Penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah asal sumber api. Seperti diketahui sebagai akibat terjadinya kebakaran hutan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu rusaknya sumber-sumber daya alam yang ada sehingga tidak dapat berfungsi secara wajar dan lestari. Sifat kelestarian ini hanya dapat dipertahankan apabila pendayagunaannya dilakukan secara bijaksana. Di samping berbagai kebijaksanaan dan Iangkah-langkah dalam lapangan pembangunan, maka pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup membutuhkan pula dilakukannya kegiatan-kegiatan penunjang. Kegiatan tersebut khususnya di lapangan ilmu dan teknologi, pendidikan dan latihan, perundang-undangan dan caracara penyerasian usaha-usaha pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup. Pada dasarnya usaha pencegahan kebakaran hutan ditujukan pada 2 hal yaitu (a) mencegah atau mengurangi terjadinya api, (b) mengurangi atau kalau mungkin menghilangkan akumulasi bahan bakar yang dapat menimbulkan kebakaran. 1. Pendekatan Klimatologis lkiim sangat erat hubungannya dengan kebakaran hutan. Pada daerah-daerah hutan yang perbedaan musimnya nyata antara musim hujan dan musim kemarau, hal ini tampak lebih jelas lagi. Kebakaran hutan selalu terjadi pada musim kemarau. 2. Pendekatan Silvikultur Perlindungan hutan merupakan salah satu komponen silvikultur yang penting karenanya perlu mendapat perhatian dalam usaha memperoleh tegakan akhir yang optimal. Adapun pendekatan silvikultur tersebut meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah: (a) teknik penanaman, (b) pemilihan jenis, (c) pembuatan sekat bakar, (d) pembuatan jalur isolasi, dan (e) pembuatan ilaran api 3. Pendekatan Sosial Ekonomi Pendekatan sosial ekonomi masyarakat bertitik tolak dari 3 asumsi pokok yaitu: Asumsi pertama, bahwa penjagaan keamanan hutan dapat berhasil bila masyarakat (yang pada hakekatnya adalah pemilik hutan) dapat ikut berpartisipasi aktif di dalamnya. Asumsi kedua, bahwa apabila masyarakat memiliki kesadaran akan fungsi hutan serta tidak ada faktor lain (e ksogen) yang memaksanya, maka harapan agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi aktif untuk menjaga keamanan hutan dari bahaya kebakaran maupun jenis kerusakan lainnya akan dapat terlaksana.

Asumsi ketiga, bahwa masyarakat jugs merupakan unsur pembentuk sumber api di dalam hutan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Berdasarkan asumsi tersebut maka beberapa langkah pokok yang perlu ditempuh dalam pendekatan sosial ekonomi adalah sebagai berikut: (a) Usaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi hutan (b) Usaha mencegah/mengurangi terjadinya sumber api yang dibuat oleh manusia di dalam hutan (c) Memasyarakatkan teknik-teknik pengelolaan penggunaan api di dalam hutan. 4. Pendekatan Teknik Pendekatan teknik ini tidak langsung berhubungan dengan masalah kebakaran hutan, tetapi mengingat fungsi hutan yang sangat kompleks maka perlu dibangun beberapa check-dam. Untuk daerah-daerah yang bergunung api dan masih aktif perlu dibuatkan saluran pengelak lava, karena lava jugs merupakan sumber api alam yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan kebakaran hutan. Meskipun dalam hal ini pertimbangan ekonomis perlu diperhatikan. 5. Pendekatan Tertib Hukum Karena kebakaran hutan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat yang sifatnya sensitif, maka penanggulangannya perlu didasari oleh landasan hukum yang mantap serta adanya peraturan-peraturan daerah yang mengikat. 6. Metode Pemadaman Langsung dan Pencegahan Kebakaran Hutan Pemadaman kebakaran secara langsung pada dasarnya diarahkan untuk mengusahakan agar salah satu atau lebih dari komponen kebakaran yaitu bahan bakar yang potensial, oksigen atau udara dan suhu tinggi dapat dikurangi atau dihilangkan. Perlu dicatat bahwa apapun cara yang digunakan untuk memadamkan kebakaran, alat yang digunakan harus tepat dan ditangani oleh orang yang mengetahui fungsinya dan cara penggunaannya. Di samping itu pemantauan pada areal-areal bekas terbakar perlu dilakukan untuk menghindari kebakaran terulang. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemadaman langsung dan pencegahan kebakaran hutan: (1) mengembangkan sarana komunikasi, (2) peringatan dan penyuluhan, (3) organisasi dan peren canaan pengendalian kebakaran.