1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan. Subsektor perkebunan merupakan kontributor devisa tertinggi dalam neraca perdagangan sektor pertanian. Neraca perdagangan pertanian periode 2009-2013, menunjukkan bahwa subsektor perkebunan menyumbang 94.86 persen nilai ekspor dan 32.67 persen nilai impor dalam sektor pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan nilai neraca perdagangan sektor pertanian tahun 2009 2013 No Sub Sektor 1 Tanaman Pangan Nilai Neraca Perdagangan (dalam ribuan US $) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata 2009-2013 Ekspor 321,261 477,708 584,861 162,866 187,292 346,798 Impor 2,737,862 3,893,840 7,023,936 8,270,809 7,479,917 5,881,273 Neraca -2,416,601-3,416,132-6,439,075-8,107,943-7,292,625-5,534,475 2 Hortikultura Ekspor 379,739 390,740 491,304 472,876 422,502 431,432 Impor 1,077,463 1,292,988 1,686,131 1,754,980 1,529,430 1,468,198 Neraca -697,724-902,248-1,194,827-1,282,104-1,106,928-1,019,226 3 Perkebunan Ekspor 21,581,669 30,702,864 40,689,768 32,453,060 29,476,485 30,980,769 Impor 3,949,191 6,028,160 8,843,792 3,123,406 2,669,553 4,922,820 Neraca 17,632,478 24,674,704 31,845,976 29,329,654 26,806,932 25,870,703 4 Peternakan Ekspor 754,913 951,662 1,599,071 578,308 609,668 898,724 Impor 2,132,800 2,768,339 3,044,801 2,856,958 3,173,501 2,795,280 Neraca -1,377,887-1,816,677-1,445,730-2,278,650-2,563,833-1,729,736 Sumber: Pusdatin (2014) Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan cukup strategis bagi perekonomian di Indonesia. Perkebunan teh di Indonesia diperkirakan menyerap sekitar 320 000 pekerja dan menghidupi sekitar 1.3 juta jiwa, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 Trilyun, nilai total produksi sebesar Rp 2.1 Trilyun, dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS per tahun (Dewan Teh Indonesia 2013). Pada tahun 2012, sebanyak 46.42 persen teh Indonesia diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri (BPS 2015). Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor teh terbesar keenam dunia.

2 Indonesia pada tahun 2007 merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia yang merupakan 3.76 persen produksi teh dunia. Namun, di tahun 2013 Indonesia turun menjadi peringkat kedelapan dunia dengan hanya menyumbang 2.77 persen produksi teh dunia. Hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menunjukkan penurunan jumlah produksi teh nasional dari tahun 2007 sampai 2013. Salah satu faktor penyebab turunnya produksi teh nasional adalah maraknya konversi areal perkebunan teh menjadi areal tanam komoditas lain (Dewan Teh Indonesia 2013). Negara Tabel 2 Perkembangan produksi teh di negara produsen teh Total Produksi Teh (ton) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Argentina 76,000 80,142 71,715 92,417 92,892 82,813 105,000 Tiongkok 1,165,500 1,257,600 1,359,000 1,450,000 1,623,000 1,789,753 1,924,457 India 973,000 987,000 972,700 991,182 1,095,460 1,135,070 1,208,780 Indonesia 150,623 153,971 156,901 150,342 150,200 143,400 148,100 Iran 49,680 165,717 165,717 165,717 103,890 158,000 160,000 Kenya 369,600 345,800 314,198 399,006 377,912 369,400 432,400 Sri Lanka 305,220 318,700 290,000 331,400 327,500 330,000 340,230 Turki 206,160 198,046 198,601 235,000 221,600 225,000 212,400 Vietnam 164,000 173,500 185,700 198,466 206,600 216,900 214,300 Lainnya 545,671 552,015 572,292 592,539 572,151 584,632 599,856 Total 4,005,454 4,232,491 4,286,824 4,606,069 4,771,205 5,034,968 5,345,523 Perkembangan total ekspor teh (teh hijau dan teh hitam) dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami kecenderungan menurun, pada tahun 2013 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Selama periode tahun 2008-2014 teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam meskipun perkembangannnya dalam kurun waktu tersebut berfluktuasi. Pada tahun 2014 volume ekspor teh hitam mencapai 54 263 ton atau 81.72 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar US$ 97 089 juta. Perkembangan ekspor teh hijau pada tahun 2008 hingga tahun 2014 berfluktuasi. Kondisi ini seperti terlihat pada Tabel 3. Tahun Tabel 3 Perkembangan ekspor teh Indonesia tahun 2008 2014 Teh Hijau Teh Hitam Jumlah Pertumbuhan Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) (%) 2008 12,058 33,815 84,151 125,144 96,210 158,959 15.00 2009 11,055 29,729 81,249 141,899 92,304 171,628-4.06 2010 11,403 34,781 75,698 143,768 87,101 178,549-5.64 2011 9,525 3,315 65,925 132,402 75,450 166,717-13.38 2012 11,607 36,767 58,464 119,974 70,071 156,741-7.13 2013 12,138 38,062 58,703 119,438 70,842 157,501 1.10 2014 12,135 37,495 54,263 97,089 66,399 134,584-6.69 Sumber: BPS (2015)

3 Perkembangan impor teh hijau pada tujuh tahun terakhir (tahun 2008-2014) cenderung fluktuasi dengan titik terendah di tahun 2010 sebanyak 1 135 ton saja, namun untuk impor teh hitam cenderung mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2014 yang mengalami penurunan drastis. Pada tahun 2014 volume impor teh hijau sebesar 1 861 ton atau 12.69 persen terhadap total volume impor teh, dengan nilai impor sebesar US$ 3 962 juta, sedangkan untuk teh hitam volume impornya mencapai 12 801 ton atau 87.31 persen dengan nilai impor sebesar US$ 20 468 juta. Hal ini terlihat pada Tabel 4. Tahun Tabel 4 Perkembangan impor teh Indonesia tahun 2008 2014 Teh Hijau Teh Hitam Jumlah Pertumbuhan Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai (000 Volume (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) (Ton) US$) (%) 2008 2,323 3,111 4,302 8,879 6,625 11,990-23.18 2009 2,196 2,836 4,972 9,701 7,169 12,537 8.21 2010 1,135 2,000 9,735 16,550 10,870 18,551 51.63 2011 4,432 5,984 15,379 21,334 19,812 27,318 82.26 2012 7,374 9,414 17,023 23,836 24,397 33,250 23.14 2013 5,191 7,776 15,389 21,567 20,580 29,343-15.65 2014 1,861 3,962 12,801 20,468 14,662 24,430-40.36 Sumber: BPS (2015) Seiiring dengan peningkatan impor teh yang berpotensi mengurangi perolehan devisa negara, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab bagaimana daya saing teh Indonesia di pasar internasional, faktor-faktor penentu daya saing dan bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing tersebut. Perumusan Masalah Tanaman teh memiliki prospek yang baik dikembangkan di Indonesia iklim serta cuaca Indonesia yang cocok untuk budidaya teh. Namun sayangnya produksi teh Indonesia cenderung mengalami penurunan dari tahun 2007 sebanyak 155 437 ton dan pada tahun 2013 menjadi 145 855 ton. Salah satu penyebab kondisi ini adalah penurunan luas lahan perkebunan teh. Pada tahun 2007, luas perkebunan teh adalah 138 483 hektar, namun pada tahun 2013 turun menjadi 122 494 hektar. Perkebunan teh di Indonesia terbagi atas tiga jenis pengusahaan yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Pada tahun 2013, proporsi penguasaan perkebunan teh Indonesia adalah 45.79 persen perkebunan rakyat, 30.75 persen perkebunan besar negara, dan 23.46 persen perkebunan besar swasta. Namun, jika dilihat dari persentase produksi teh Indonesia, perkebunan rakyat hanya menyumbang 35.47 persen, perkebunan besar negara sebanyak 38.20 persen dan perkebunan besar swasta sebanyak 26.33 persen. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

4 Tabel 5 Perkembangan luas lahan dan produksi teh Indonesia tahun 2007-2013 Status Pengusahaan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Luas Lahan (ha) Perkebunan Rakyat 60,947 60,539 57,126 56,465 55,983 56,258 56,091 Perkebunan Negara 41,688 44,743 38,706 38,295 37,640 37,202 37,672 Perkebunan Swasta 35,848 34,135 28,224 28,036 28,835 28,148 28,731 Total Lahan (ha) 138,483 139,417 124,056 122,797 122,458 121,607 122,494 Produksi (ton) Perkebunan Rakyat 38,937 38,593 45,239 50,947 51,507 51,741 51,737 Perkebunan Negara 81,250 81,494 71,565 68,017 61,110 57,146 55,715 Perkebunan Swasta 35,250 33,194 35,785 32,048 33,986 34,526 38,404 Total Produksi (ton) 155,437 153,282 152,588 151,012 146,603 143,413 145,855 Sumber: BPS (2015) Faktor lain yang menyebabkan produksi teh Indonesia cenderung mengalami penurunan adalah rendahnya tingkat produktivitas perkebunan teh Indonesia dibandingkan negara lain. Pada tahun 2013, produktivitas perkebunan teh Indonesia hanya sebesar 1 210.0 kg/ha dan hanya menempati peringkat 33 dunia dalam hal tingkat produktivitas perkebunan teh. Peringkat pertama ditempati oleh Malaysia dengan tingkat produktivitas sebesar 6 778.7 kg/ha, kedua Iran sebesar 6 530.6 kg/ha, ketiga Bolivia sebesar 5 207.2 kg/ha, keempat Burundi sebesar 4,578.2 kg/ha dan kelima Ecuador sebesar 3 750.0 kg/ha. Kelima negera ini bukan merupakan sepuluh besar produsen dunia. Argentina yang merupakan produsen teh terbesar kesembilan pun memiliki tingkat produktivitas sebesar 2 763.2 kg/ha dan hanya menempati peringkat kesembilan dalam hal produktivitas perkebunan teh. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 6. No Tabel 6 Tingkat produktivitas perkebunan teh pada negara eksportir teh Negara Produktivitas Perkebunan Teh (Kg/Ha) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Ranking Dunia Tahun 2013 1 Argentina 1,900.0 2,054.9 1,927.8 2,379.7 2,610.8 2,631.6 2,763.2 9 2 Kenya 2,477.4 2,192.8 1,984.9 2,320.9 2,011.7 1,938.1 2,177.2 13 3 India 1,716.0 1,706.3 1,680.0 1,711.9 1,611.2 1,652.9 2,143.3 14 4 Vietnam 1,527.0 1,594.7 1,667.0 1,753.2 1,806.0 1,870.4 1,761.6 22 5 Sri Lanka 1,434.8 1,435.8 1,306.5 1,493.0 1,475.4 1,486.7 1,532.8 26 6 Indonesia 1,126.3 1,205.6 1,270.4 1,206.9 1,218.2 1,225.3 1,210.0 33 7 Tiongkok 938.4 980.1 1,040.6 1,032.0 1,082.1 1,133.3 1,099.7 36 Penurunan luas lahan dan rendahnya tingkat produktivitas teh Indonesia menyebabkan produksi teh Indonesia hanya menempati posisi enam besar dunia. Pada tahun 2013, sebanyak 48.57 persen produksi teh Indonesia atau sebesar 70 842 ton teh Indonesia dieskpor dengan rincian 12 138 ton teh hijau dan 58 703 ton merah. Ekspor teh Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2000,

5 Indonesia menempati peringkat kelima eksportir teh dunia. Namun pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat tujuh dunia. Kondisi ini seperti terlihat pada Gambar 1. 450,000 400,000 JUMLAH EKSPOR TEH (TON) 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000-2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 TAHUN Gambar 1 Perkembangan jumlah ekspor teh dunia tahun 2000 2012 Harga rata-rata tahunan teh Indonesia dari tahun 2003 hingga tahun 2012 terus meningkat. Namun harga teh Indonesia pada tahun 2011 hanya menempati peringkat kelima pada negara eksportir utama teh dunia yakni sebesar 2,237 US$/ton. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas teh Indonesia yang diekspor masih kalah dibandingkan dengan teh dari Sri Lanka, Tiongkok, Kenya, dan India. Sri Lanka yang merupakan produsen teh terbesar keempat dunia menghasilkan teh dengan kualitas terbaik sehingga dihargai 4,407 US$/ton. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. No Tabel 7 Perkembangan harga rata-rata tahunan teh di beberapa negara dunia Negara Sri Lanka China Kenya India Indonesia Viet Nam Argentina Harga Teh (US$/Ton) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Sri Lanka 2,264 2,451 2,613 2,467 2,865 3,954 4,073 4,365 4,600 4,407 2 Tiongkok 1,413 1,559 1,690 1,908 2,086 2,298 2,327 2,592 2,992 3,324 3 Kenya 1,639 1,631 1,629 2,035 1,867 2,357 2,696 2,790 2,799 2,714 4 India 1,913 2,162 2,342 2,247 2,426 2,905 2,864 2,962 2,688 3,046 5 Indonesia 1,087 1,177 1,188 1,411 1,513 1,652 1,859 2,050 2,210 2,237 6 Vietnam 996 930 1,102 1,052 1,148 1,407 1,338 1,465 1,524 1,531 7 Argentina 578 597 669 705 738 820 1,039 1,102 1,215 1,364

6 Saat ini produsen teh dunia pun berusaha menghasilkan teh dengan kualitas prima, sehingga persaingan pun semakin ketat. Setiap negara harus memiliki spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar yang ada. Melihat kondisi ini perlu dilakukan pengkajian daya saing serta menentukan prioritas strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing teh Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keunggulan komparatif teh Indonesia di pasar internasional? 2. Bagaimana keunggulan kompetitif teh Indonesia di pasar internasional? 3. Apa yang menjadi prioritas perbaikan dalam mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis keunggulan komparatif teh Indonesia di pasar internasional. 2. Menganalisis keunggulan kompetitif teh Indonesia di pasar internasional 3. Merumuskan prioritas perbaikan yang dapat mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian tentang daya saing teh Indonesia di pasar internasional ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perkebunan khususnya komoditi teh sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing komoditi teh dalam menghadapi pasar internasional. 2. Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi daya saing teh di Indonesia. 3. Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menetapkan kebijakankebijakan yang mendukung peningkatan daya saing teh Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal: 1. Komoditi teh yang dimaksud didasarkan pada data United Nations Commodity Trade Statistics (UNCOMTRADE) dengan kode HS 090210, HS 090220, HS 090230 dan HS 090240. Pemilihan kode HS tersebut didasarkan pada perbedaan negara tujuan ekspor dari masing-masing kode HS. 2. Pada penelitian ini menggunakan pembanding negara Tiongkok, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Argentina. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan negara produsen terbesar yang juga merupakan eksportir teh terbesar di dunia. 3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2000 sampai 2014 karena keterbatasan ketersediaan data dari negara-negara produsen teh di dunia.