PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Anik Ghufron 1. Kata kunci; pemutakhiran, kurikulum, dan perguruan tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM. A. Rusdiana *

Oleh: Anik Ghufron **)

PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI. Oleh: Anik Ghufron FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Anik Ghufron **)

Oleh: Anik Ghufron **)

PENGEMBANGAN KURIKULUM

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2005

Struktur perubahan kurikulum secara evolusioner

INSTRUMENTAL INPUTS 1. Curriculum 2. Facilitator (capacity & integrity) 3. Audiovisual Aids 4. Facilities

PERBEDAAN PENGUKURAN, PENGUJIAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI

OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KURIKULUM DI KELAS

IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **)

Implementasi Kurikulum

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KBK DI PERGURUAN TINGGI. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2004

Pengembangan Kurikulum

IMPLEMENTASI KURIKULUM BEBASIS KESETARAAN GENDER *) Oleh: Anik Ghufron **)

EVALUASI DAN PENINJAUAN KURIKULUM BKI BERBASIS KKNI

1. Semestinya, semua peserta didik memperoleh kesempatan yang sama dalam memerima pengalaman belajar tanpa diskriminatif.

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (Studi Kasus di Fakultas Tarbiyah UIN Malang) Oleh: Sulalah 1

PENDIDIKAN KURIKULUM PEMBELAJARAN

Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Bervisi Moral di Sekolah Oleh: Anik Ghufron *)

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PEMECAHAN MASALAH-MASALAH STRATEGI PEMBELAJARAN *) Oleh: Anik Ghufron **)

Implementasi Kurikulum

KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

STRUKTUR KURIKULUM DAN SEBARAN MATA KULIAH. Bagian Kesatu Struktur dan Ketentuan Pengembangan Kurikulum

PENERAPAN PRODUK TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. budaya kehidupan. Perkembangan pendidikan yang seharusnya terjadi tidak lepas


IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA

Personal Philosophy Pages

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)

PEDOMAN PENULISAN DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH. Disampaikan dalam Semiloka Pengembangan Teknologi Pembelajaran 8-9 Desember 2006

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

IMPLEMENTASI KURIKULUM

DESAIN KURIKULUM YANG RELEVAN UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER. Anik Ghufron. FIP UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (

STANDAR 2 STANDAR ISI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SILABUS

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.

Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standard Kompetensi

Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02. Manual Mutu Kurikulum 2

Deskripsi, Silabus. : Kajian Pendidikan Teknologi Kejuruan Jumlah kredit : 2 SKS Semester : 2 : Pendidikan Teknik Arsitektur

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran

KURIKULUM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS YANG BERBASIS KOMPETENSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum

S I L A B I EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (KD 501)

Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya

PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI S1 AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Pertemuan I. Isniatun Munawaroh, M.Pd

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

Dokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM KAITAN PENGEMBANGAN PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM (INSTRUKSIONAL)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

RENCANA PEMBELAJARAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN YANG MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDODNESIA (KKNI)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. STRATEGI PEMBELAJARAN

MODEL LINK AND MATCH DENGAN PENDEKATAN COMPETENCY BASED TRAINING PADA PEMBELAJARAN TATA GRAHA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

DESKRIPSI MATA KULIAH

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENGACU KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI):

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Kurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut.

IV. Rancangan Kegiatan Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

policy? pedoman? metoda? model belajar? ?...?...?

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KURIKULUM PADA PROGRAM DIPLOMA 4 1 ) Oleh: Dr. Ali Muhtadi, M.Pd.

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

DESAIN KURIKULUM YANG RELEVAN UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SECARA INTEGRATIF

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

Transkripsi:

PEMUTAKHIRAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Anik Ghufron 1 Abstaks Pemutakhiran kurikulum merupakan kegiatan strategis dan dinamis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di semua institusi pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Kajian difokuskan pada pemutakhiran kurikulum di perguruan tinggi karena perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan yang strategis dan menentukan bagi penyiapan warga masyarakat yang bermutu. Di samping, dimilikinya hak otonomi dalam penyelenggaraan pendidikannya. Banyak cara yang dapat dilakukan perguruan tinggi tatkala berkeinginan memutakhirkan kurikulumnya, misalnya dengan pendekatan sistematik-sistemik. Jika cara ini dipakai, pihak perguruan tinggi mampu menyelenggarakan kegiatan pemutakhiran kurikulum secara terencana dan dapat dipertanggungjawabkan penyelenggaraannya. Hal ini sejalan dengan semangat penyelenggaraan pendidikan tinggi pada saat ini, di mana penyelenggaraan perguruan tinggi harus memiliki rencana yang jelas, transparan, dan penyelenggaraan pendidikannnya harus dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan pemutakhiran kurikulum dilakukan secara menyeluruh dan bagianbagian sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi. Namun demikian, diseyogyakan kegiatan pemutakhiran kurikulum difokuskan pada peninjauan terhadap rumusan kompetensi, substansi dan format silabus, implementasi, dan sistem evaluasinya. Dengan sasaran peninjauan tersebut kurikulum dapat memenuhi fungsinya sebagai jantungnya kegiatan pendidikan di perguruan tinggi. Kata kunci; pemutakhiran, kurikulum, dan perguruan tinggi. A. Pendahuluan Salah satu alasan perlunya memutakhirkan kurikulum karena kurikulum itu the very substance of schooling and the raison d etre for teachers in schools (Murray Print, 1993). Oleh karena itu, jika mutu pendidikan pada pendidikan tinggi ingin ditingkatkan maka yang terlebih dahulu dibenahi mutunya adalah kurikulumnya. Diberlakukanya SK. Mendiknas nomor 232/U/2000 dan 045/U/2002 merupakan bukti keseriusan Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di perguruan tinggi. Di dalam kedua surat keputusan tersebut, meskipun tak dinyatakan 1 Penulis adalah Guru Besar FIP UNY

secara spesifik, ada petunjuk bahwa kurikulum yang berlaku di perguruan tinggi perlu mengacu pada seperangkat kompetensi tertentu sesuai visi dan misi program studi. Konsekuensinya, para dosen diharapkan mampu merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum sesuai tuntutan kedua surat keputusan tersebut. Pertanyaan kemudian muncul, seberapa jauh model kurikulum tersebut mampu memenuhi kebutuhan pengguna lulusan? Bertitik tolak dari pertanyaan tersebut, dalam kesempatan ini penulis akan memaparkan cara memutakhirkan kurikulum yang berlaku di perguruan tinggi, meskipun masih dalam tataran konsep. Sementara itu, pemutakhiran yang bersifat substansi mata kuliah merupakan tugas para dosen pengampu mata kuliah. Said Hamid Hasan (2002) menyatakan bahwa setiap dosen yang terlibat dalam implementasi kurikulum harus kompeten mengembangkan kurikulum dalam bentuk kurikulum mereka; silabus, proses belajar, dan evaluasi. B. Mengapa perlu pemutakhiran kurikulum? Pemutakhiran kurikulum bukanlah merupakan suatu kondisi yang luar biasa. Pemutakhiran kurikulum sangat perlu dilakukan jika kita berkeinginan proses pembelajaran berjalan dinamis. Shane (1993: 67) mengilustrasikan pemutakhiran kurikulum sebagai suatu proses perubahan sebagaimana yang terjadi dalam revolusi sains versi Thomas Khun. Visualisasinya dikemukakan dapat dilihat pada gambar 1. sebagai berikut. 2

Continuous interaction II Conventional, accepted curricular and instructional practices I Continuous interaction III Social change IV Criticisms and/or crises in education VI Dispute and conflict (anti-thesis) VIII Social indicators Presaging change V Alternative practices proposed (thesis) VII Experimentation and innovation Modified or new practices (synthesis) Gambar 1. Perubahan kurikulum versi teori revolusi sains Thomas Khun Berdasarkan visualisasi di atas dapat dikatakan bahwa pemutakhiran kurikulum bukan merupakan kegiatan rutin yang mungkin lima atau sepuluh tahunan mesti dilakukan, tetapi dilakukan jika memang kondisinya menghendaki adanya pemutakhiran kurikulum. Misalnya, adanya perubahan kebutuhan masyarakat yang harus dilayani perguruan tinggi, termasuk di dalamnya terjadi krisis ketidakpercayaan terhadap mutu lulusan perguruan tinggi. 3

C. Pemutakhiran dengan pendekatan sistematik-sistemik Mengacu pada pandangan bahwa pemutakhiran kurikulum perlu dilakukan secara kontinyu sesuai dengan tuntutan dan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan kurikulum secara makro, maka kegiatan pemutakhiran kurikulum di perguruan tinggi dapat dilakukan secara keseluruhan atau bagian-bagian terhadap komponen atau tahapan pengembangan kurikulum. Dengan demikian, setelah diketahui adanya bukti dan situasi yang menuntut bahwa kurikulum yang berlaku perlu dimutakhirkan maka kita segera melakukannya, baik terhadap komponen maupun tahap-tahap pengembangan kurikulum tersebut. Adapun cara pemutakhirannya dapat menggunakan pendekatan sistematissistemik sebagaimana terlihat pada gambar 2. berikut. Hasil penelitian kompetensi lulusan yang diinginkan pengguna lulusan Merumuskan kompetensi yang diinginkan pengguna lulusan Diskusi ahli dan dewan dosen program studi Menentukan struktur kurikulum Mengembangkan substansi kajian Adaptasi dari Dimyati, M (1993) Gambar 2. Pemutakhiran kurikulum dengan pendekatan sistematis-sistemik 4

D. Pemutakhiran komponen kurikulum 1. Peninjauan kembali rumusan kompetensi Perumusan kompetensi merupakan tahap awal dalam pengembangan kurikulum. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap penentu untuk melakukan tahap-tahap berikutnya. Artinya penentuan dan perumusan kompetensi merupakan titik tolak bagi kelancaran dan keberhasilan dalam mengembangkan tahap-tahap berikutnya dalam pengembangan kurikulum. Mengacu makna kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas nomor 045/U/2002), maka tidaklah sederhana tatkala ingin meninjau kembali rumusan kompetensi yang telah disepakati. Misalnya ingin meninjau kembali rumusan tujuan (kompetensi lulusan) Program Studi Teknologi Pendidikan, yaitu menghasilkan sarjana pendidikan untuk menjadi teknolog pendidikan yang unggul, khususnya dalam mengembangkan dan mengelola lembaga pendidikan yang dilandasi etika untuk menghadapi tantangan kontemporer di masa depan dalam lingkungan kehidupan global. Strategi alternatif yang dapat dilakukan agar kita mampu meninjau kembali terhadap rumusan kompetensi program studi adalah mengikutsertakan para pengguna lulusan program studi yang bersangkutan guna memperoleh masukan tentang kualifikasi lulusan program studi yang dibutuhkan masyarakat pengguna lulusanl. Bertitik tolak dari hasil identifikasi berbagai kemampuan yang dibutuhkan masyarakat kemudian dirumuskanlah kembali seperangkat kompetensi lulusan program studi yang bersangkutan. Visualisasi peninjauan kembali rumus kompetensi lulusan program studi sebagaimana pada gambar 3 di bawah ini. 5

ARAH PENGKUR DI PT Kehidupan nyata Kecakapan hidup &Kompetensi : Arah Pengembangan Kurikulum : Arah Kontribusi Hasil Pembelajaran Materi perkuliahan Gambar 3. Peninjauan kembali rumusan kompetensi program studi 2. Peninjauan kembali substansi dan format silabus Kegiatan pokok yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah meninjau kembali substansi dan format silabus yang merupakan panduan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Di sini, yang perlu dipertanyakan adalah apakah aspekaspek yang tercakup di dalam silabus dan formatnya memiliki makna feasible tidak sebagai acuan atau pedoman perkuliahan. Prinsip-prinsip yang perlu dipakai dalam peninjauan kembali substansi dan format silabus, antara lain; relevansi, fleksibel, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Di samping itu, Mukminan, dkk. (2002) menambahkan prinsipprinsip; ilmiah, perkembangan peserta didik, sistematis, konsistensi, dan adekuasi. 3. Peninjauan kembali implementasi kurikulum Beauchamp (1975: 164) mengartikan implementasi kurikulum sebagai "a process of putting the curriculum to work". Fullan (Miller dan Seller, 1985: 246) mengartikan implementasi kurikulum sebagai "the putting into practice of an idea, program or set of activities which is new to the individual or organization 6

using it". Berdasarkan atas dua pendapat tersebut, sesungguhnya, implementasi kurikulum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan atau melaksanakan kurikulum (dalam arti rencana tertulis) ke dalam bentuk nyata di kelas, yaitu terjadinya proses transmisi dan transformasi segenap pengalaman belajar kepada peserta didik. Beberapa istilah yang bisa disepadankan dengan istilah implementasi kurikulum adalah pembelajaran atau perkuliahan. Dengan pengertian yang demikian, implementasi kurikulum memiliki posisi yang sangat menentukan bagi keberhasilan kurikulum sebagai rencana tertulis. Hasan (2000: 1) mengatakan " jika kurikulum dalam bentuk rencana tertulis dilaksanakan maka kurikulum dalam bentuk proses adalah realisasi atau implementasi dari kurikulum sebagai rencana tertulis". Bisa jadi, dua orang dosen yang sama-sama mengimplementasikan sebuah kurikulum (misal, kurikulum mata kuliah Sosiologi Pendidikan) akan diterima atau dikuasai anak secara berbeda bukan karena isi atau aspek-aspek kurikulumnya yang berbeda, tetapi lebih disebabkan perbedaan dalam implementasi kurikulum yang diupayakan dosen. Begitu urgennya posisi implementasi bagi terwujud atau tidaknya sebuah kurikulum, sangatlah tepat jika implementasi kurikulum perlu dimutakhirkan setiap saat sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, jika kita berkeinginan meninjau kembali implementasi kurikulum sebagai rencana tertulis, disarankan Hasan (2000: 1) agar terlebih dahulu memahami secara tepat tentang filsafat dan teori yang digunakan. Aspek-aspek apa yang perlu ditinjau kembali dalam dimensi implementasi kurikulum? Mengacu pada asumsi bahwa kurikulum dan pembelajaran memiliki kaitan yang erat dan saling menunjang maka peninjauan kembali terhadap implementasi kurikulum tak bida dilepaskan dari kegiatan pemutakhiran terhadap model dan metode pembelajaran atau perkuliahan yang digunakan dosen untuk mewujudkan kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, apabila kurikulum yang dipakai saat ini adalah model kurikulum berbasis kompetensi yang memiliki karakteristik utama yaitu human competence dan mastery learning, pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah apakah para dosen telah menerapkan model- 7

model atau metode perkuliahan yang mencerminkan dan berbasis pada dua karakteristik tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Saylor, dkk. (1981: 279) mengajukan rambu-rambu model-model pembelajaran yang relevan untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi, yaitu; desain sistem instruksional, pembelajaran berprograma, dan model pembelajaran latihan dan dril (practice and drill). Sementara itu, jika dikaitkan dengan klasifikasi model pembelajaran yang dikemukakan Joyce dan Weils (1992) maka rumpun model pembelajaran sistem perilaku dipandang relevan untuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi, yang meliputi; belajar tuntas, pembelajaran langsung, belajar kontrol diri, latihan pengembangan konsep dan ketrampilan, dan latihan asersif. Dalam hal ini yang paling penting adalah seberapa jauh model-model pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula kerucut pengalaman belajar yang dikemukakan Peter Sheal (1989) sebagai berikut. 8

Yang kita ingat: Kerucut pengalaman belajar Modus 10% 20%. baca dengar Verbal 30%.. lihat Visual 50%. 70%.. Lihat dan dengar katakan 90%... Berbuat katakan dan lakukan Gambar 4. Kerucut pengalaman belajar Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa jika dosen memberi kuliah dengan banyak ceramah, mahasiswa akan mengingat hanya 20% karena mahasiswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika dosen meminta mahasiswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confucius (Mel Siberman, 1996) bahwa; apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham. 4. Peninjauan kembali sistem evaluasi Peninjauan terhadap sistem evaluasi dalam konteks implementasi kurikulum yang berlaku di suatu program studi sangat perlu dilakukan. Hal ini sangat beralasan karena evaluasi merupakan salah satu komponen pokok kurikulum (Tyler, 1949). Dengan demikian, jika pihak perguruan tinggi berkeinginan 9

memutakhirkan kurikulum yang berlaku maka semestinya peninjauan kembali terhadap dimensi evaluasi dilakukan sesuai dengan karakteristik model kurikulum yang berlaku. Apabila disepakati alur pikir di atas, pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah apakah sistem evaluasi (proses dan hasil belajar) telah mengacu pada sistem evaluasi performansi, yang diasumsikan dapat dipakai untuk menilai efektivitas kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini disebabkan kurikulum berbasis kompetensi mensyaratkan peserta didik mampu mendemontrasikan seperangkat kompetensi dasar sebagaimana yang terumuskan dalam setiap mata kuliah. Mengapa evaluasi performansi yang ditonjolkan? Evaluasi performansi didasarkan atas keyakinan bahwa peserta didik mampu mendemontrasikan terhadap apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya (know and able to do) dalam berbagai cara. Evaluasi performansi bertujuan menilai efektivitas penerapan pengetahuan dan ketrampilan pada setting lapangan. Evaluasi performansi berorientasi pada skill outcome (Benner, 1982), yaitu ketrampilan menggunakan proses dan prosedur yang merupakan hasil pembelajaran yang diharapkan dalam berbagai bidang akademik. Misalnya, sains menaruh perhatian terhadap ketrampilan laboratori, bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya berkepentingan dengan ketrampilan berkomunikasi, matematika berkaitan dengan ketrampilan pemecahan masalah, dan lain-lain. E. Penutup Pemutakhiran kurikulum merupakan sebuah kegiatan yang sangat esensial bagi upaya pemberdayaan kurikulum sebagai instrumen untuk pencapai tujuan program studi. Oleh karena itu, sesuai dengan karakteristik kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan penguasaan seperangkat kompetensi sebagaimana yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi lulusan program studi maka peninjauan kembali terhadap rumusan kompetensi, silabus, pola perkuliahan, dan sistem evaluasi sangat perlu dilakukan dengan mengacu pada tuntutan atau kebutuhan masyarakat, misalnya pengguna lulusan program studi. 10

Daftar Pustaka Blank, W.E. (1982). Handbook for developing competency-based training programs. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Depdiknas. 2002. Kegiatan belajar mengajar kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. Dimyati, M. (1993). Landasan Kependidikan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Gronlund, NE. (1982). Constructing achievement test: third edition. Englewood Cliffs: Prenctice-Hall. Hasan, S.H,. (2002). Kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan SK Mendiknas 232/U/2000 dan alternatif pemecahannya. Bandung: UPI. Joyce, B & Weils, M. (1996). Models of teaching. (Fifth Edition). Needham Heights Massachusetts: Allyn & Bacon. Longstreet, W. S & Shane H.G,. (1993). Curriculum for a new millenium. Needham Heights, MA: Allyn and Bacon. Print, Murray. 1992. Curriculum development and design (second edition). Sidney: Allen & Unwin. Saylor J.G. dan kawan-kawan. 1981. Curriculum planning for better teaching and learning. Fourth Edition. Japan: Holt, Rinehart and Winston. 11