BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB 1 PENDAHULUAN. kajian yang luas. Salah satu bidang kajian tersebut merupakan variasi fonologis. Penelitianpenelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

T. H GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman bahasa merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tak

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Berdasarkan bentuk perbedaan penggunaan bahasa Sunda di Kecamatan Bojong,

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. Penginventarisasian dan pendokumentasian bahasa merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya masing-masing. Setiap wilayah

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

DAERAH ASAL DAN ARAH MIGRASI ORANG MINANGKABAU DI PROVINSI JAMBI BERDASARKAN KAJIAN VARIASI DIALEKTAL

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia

PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 SIMPULAN. Studi kasus..., Kartika, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

DIALEK BAHASA JAWA DI KELURAHAN SAMBIKEREP KECAMATAN SAMBIKEREP DI WILAYAH SURABAYA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos. Pada mulanya istilah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Kamus Linguistik bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berintekrasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008:24). Sesuai dengan penjelasan di atas dikatakan bahwa melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan sesama kelompok masyarakat. Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat untuk memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi. Sehubung dengan keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki bahasa yang beragam pula. Indonesia memiliki berbagai macam bahasa daerah, kurang lebih 400 bahasa daerah yang belum dideskripsikan (Pateda, 1990:3). Bahasa daerah adalah bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat yang berada pada suatu daerah yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat kedaerahan sesuai dengan kebudayaan daerah masyarakat pemakainya (Samsuri, 1991:56). Satu di antara banyak bahasa daerah itu adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa ini juga dikenal dengan nama bahasa Minang atau bahasa Padang (Grim dalam Nadra, 2006:3).

Bahasa itu memiliki variasi. Variasi itu di antaranya bersifat sosial dan geografis. Variasi geografis berwujud dialek, subdialek, beda wicara, dan tidak ada perbedaan. Dialek merupakan seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbedabeda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip dengan sesamanya dibanding dengan bentuk-bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama (Ayatrohaedi, 1979:2). Berdasarkan pendapat di atas, maka variasi yang bersifat lokal seperti yang terdapat dalam bahasa Minangkabau dapat dikatakan sebagai dialek, subdialek, beda wicara dan tidak ada perbedaan. Hal yang sama juga dikatakan Guiraud (dalam Ayatrohaedi, 1979: 6) bahwa keadaan alam dapat mempengaruhi ruang gerak penduduk setempat, baik dalam mempermudah penyebaran dan komunikasi dalam dengan dunia luar, maupun mengurangi adanya kemungkinan itu. Hal lain yang tidak pula boleh dilupakan menurutnya ialah peranan dialek atau bahasa yang bertetangga. Dialek atau bahasa bertetangga juga dapat mempengaruhi bahasa tersebut pada berbagai aspek kebahasaan, baik kosakata, struktur, maupun cara pengucapan atau lafal. Menurut Meillet (dalam Ayatrohaedi, 1979: 2), ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Ada dua ciri lain dari dialek, yaitu (1) seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda dan bersifat umum dan masing-masing memiliki kemiripan dengan sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dalam bahasa yang sama, (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Dalam perkembangannya, pengertian ini merujuk pada suatu bahasa daerah yang layak digunakan di masyarakat.

Titik utama dari penelitian ini adalah di Nagari Paninggahan (Kecamatan Junjung Sirih). Nagari Paninggahan ini berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Datar, tepatnya dengan Nagari Guguak Malalo (Kecamatan Batipuh Selatan), sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah timur berbatasan dengan Danau Singkarak, dan sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Muaro Pingai yang termasuk ke dalam Kecamatan Junjung Sirih. Nagari Muaro Pingai ini berbatasan sebelah selatannya dengan Nagari Saniang Baka (Kecamatan X Koto Singkarak). Berdasarkan asumsi Adat Salingka Nagari dihipotesiskan bahwa bahasa Minangkabau di masing-masing nagari cenderung berbeda. Ini merupakan salah satu alasan penulis tertarik mengambil penelitian di 4 buah titik pengamatan (selanjutnya disingkat dengan TP), karena bahasa Minangkabau antar nagari ini berbeda-beda bahasa Minangkabaunya. Keraf (1996:143) menyatakan bahwa tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang tidak memiliki variasi atau diferensiasi. Variasi itu dapat berwujud perbedaan ucapan seseorang dari saat ke saat, maupun perbedaan yang terdapat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Banyak hal menarik yang terdapat di masing-masing nagari sehingga menurut peneliti penelitian ini layak untuk dilakukan. Observasi awal memperlihatkan adanya variasi bahasa di setiap nagari. Hal ini diduga karena daerah dari 4 titik pengamatan berada di sepanjang Danau Singkarak. Jarak antar daerah satu ke daerah yang lainnya bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor. Walaupun jarak setiap nagari dekat, bahasa yang digunakan masing-masing nagari mempunyai

variasi yang berbeda. Hal inilah yang membawa peneliti tertarik untuk meneliti bahasa Minangkabau di tiga kecamatan ini. Sebagai contoh di tingkat variasi fonologis, kata sungai dalam bahasa Minangkabau umum (selanjutnya disingkat dengan BMU) diucapakan [bata ŋ aia], diucapkan dengan [bataŋ aia] di Nagari Paninggahan, sementara di Nagari Muaro Pingai [taŋaie], sedangkan di Nagari Saniang Baka diucapkan dengan [taŋaya], dan di Nagari Guguak Malalo diucapkan dengan [bataŋ aie]. Contoh lain adalah variasi di bidang leksikon, glos panggilan untuk nenek yaitu, [anduaŋ] di Nagari Paninggahan, [ande] di Nagari Muaro Pingai, [amaɂ gaɛɂ] di Nagari Saniang Baka, dan [iñɛɂ] di Nagari Guguak Malalo. Ruang lingkup kajian ini adalah geografi dialek. Geografi dialek adalah nama lain dari dialektologi. Geografi dialek ini mengkaji variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa (Nadra dan Reniwati, 2009:20). Dari hasil penelitian didapatkan gambaran variasi yang ada serta daerah pemakaian variasi tersebut. Penelitian ini membatasi penelitian hanya di bidang fonologi dan leksikon. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada geografi dialek bahasa Minangkabau. Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah variasi fonologi bahasa Minangkabau di Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan Junjung Sirih dan Kecamatan Batipuh Selatan? 2. Bagaimanakah tingkat variasi leksikal bahasa Minangkabau di Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan Junjung Sirih dan Kecamatan Batipuh Selatan?

3. Bagaimanakah peta variasi fonologis dan leksikal bahasa Minangkabau di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan variasi fonologis bahasa Minangkabau di Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan Junjung Sirih dan Kecamatan Batipuh Selatan. 2. Mengklasifikasikan tingkat variasi leksikal bahasa Minangkabau di Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan Junjung Sirih dan Kecamatan Batipuh Selatan. 3. Memetakan variasi fonologis dan leksikal bahasa Minangkabau di daerah penelitian. 1.4 Tinjauan Kepustakaan Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji mengenai geografi dialek bahasa Minangkabau, antara lain: Novita (2015) meneliti geografi dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Novita dalam penelitiannya menggunakan teori dialektologi sturuktural. Penelitian ini terdiri dari 200 daftar tanyaan. Berdasarkan hasil persentase terdapat variasi pada bidang fonologi yang berupa variasi fonemis dan korespondensi fonemis dan pada bidang leksikon ditemukan 100 variasi leksikon. Hasil perhitungan dialektometri pada daerah pengamatan, terlihat perbedaan tingkat bahasa yang

muncul, yaitu antara titik pengamatan 1-2, 1-3, 1-4, 2-3, 3-4, 5-6, 5-8, 67, 6-8, 6-9, 7-9, 8-9 tidak terdapat perbedaan pada bentuk kategori (0-20%); antara titik pengamatan 4-5, 4-6 merupakan perbedaan wicara pada bentuk kategori (21-30%); antara titik pengamatan 2-8, 3-5, 3-8,4-7 merupakan perbedaan subdialek pada bentuk kategori (31-50%). Fatmaliza (2012) meneliti geografi dialek bahasa Minangkabau di Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Penelitian ini terdiri dari 5 TP dengan 301 buah daftar tanyaan. Berdasarkan hasil analisis data bahwa persentase variasi unsur fonologis ditemukan 30 berian, 92 berian yang bervariasi leksikal dan dari aspek leksikal didapat tingkat variasi bahasa, yaitu pada TP (2-3) termasuk pada kategori beda wicara, sedangkan yang lainnya termasuk ke dalam kategori yang dianggap tidak memiliki perbedaan. Buana (2005) meneliti geografi dialek bahasa Minangkabau di Kecamatan Limo Kaum dan di beberapa wilayah se-aliran Batang Selo. Penelitian ini terdiri dari 12 TP dengan 419 buah daftar tanyaan. Hasil persentase mamperlihatkan bahwa persentase variasi unsur leksikal pada masing-masing TP memperlihatkan adanya perbedaan. Terlihat antara TP(1), TP(2), TP(3), dan TP(4) yang berada di wilayah sealiran Batang Selo memiliki perbedaan dialek dengan TP yang berada di Kecematan Limo Kaum. Desvianty (2002) meneliti dialek bahasa Minangkabau di Kecamatan Salimpauang. Jumlah daftar tanyaan yang digunakan 404 data leksikal. Berdasarkan hasil analisis data bahwa persentase variasi unsur leksikal yang memperlihatkan

perbedaan dialek adalah antara TP3 den TP4 adalah (51%), TP3 dengan TP6 adalah (53%), TP3 dengan TP7 adalah (55%), TP5 dengan TP6 adalah (53%), TP6 dengan TP8 adalah (51%). Persentase perbedaan subdialek adalah antara TP1 dengan TP4 (43%), TP1 dengan TP5 (43%), TP2 d engan TP3 (48%), TP2 dengan TP4 (41%), TP4 dengan TP5 (50%), TP4 dengan TP6 (50%), TP5 dengan TP8 (50%), TP6 dengan TP7 (48%), TP7 dengan TP8 dengan TP2 (26%). Persentase perbedaan unsure leksikal itu dipaparkan melalui peta bahasa disertai dengan garis isoglosnya. Nadra (1997) meneliti geografi dialek b ahasa Minangkabau di Daerah Sumatra Barat. Penelitian ini terdiri dari 49 TP untuk mengambil data kebahasaan di Sumatra Barat. Penelitian ini dibatasi dalam bidang fonologi, morfologi dan leksikon. Daftar tanyaan yang dipakai untuk penelitian ini adalah sebanyak 864 buah yang terdiri atas 744 unsur leksikal, 120 morfologi, frasa, klausa dan kalimat. Hadirnya frasa, klausa, dan kalimat hanya untuk mengecek apakah ada perbedaan dalam bidang morfologi dan fonologi. Dalam hasil penelitian itu ditemukan pembagian dialek berdasarkan masing-masing bentuk variasi, yaitu 16 dialek berdasarkan variasi fonologis, 39 dialek berdasarkan variasi morfologis, dan 7 dialek berdasarkan variasi leksikal. Roza (1996) meneliti geo grafi dialek Bahasa Minangkabau di Kecamatan Pangakalan Koto Baru. Dari hasil penelitiannya, Roza menyimpulkan bahwa pemakaian bahasa Minangkabau di daerah Kecamatan Pangakalan Koto Baru memang memperlihatkan variasi. Variasi itu disebabkan oleh faktor geografis.

Dengan demikian, dari 400 konsep leksikal yang dia tanyakan, diperoleh 60 konsep yang memperlihatkan perbedaan leksikal atau sekitar 15 % dari keseluruhan konsep. Herawati (1995) meneliti geografi dialek bahasa Minangkabau di Kecamatan Suliki dan Kecamatan Guguak Kabupaten 50 Kota. Dalam penelitian tersebut digunakan 344 daftar tanyaan. Dari penelitian ini terlihat pembagian dialek /a/ dan /o/, /a/ dan /e/, tetapi tidak semua dialek /a/ bervariasi dengan /o/. Perbedaan atau variasi bahasa yang ditemukan berkisar 22-54%. 1.5 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto. Sudaryanto membagi metode dan teknik penelitian dalam tiga tahap. Ketiga tahap itu terdiri atas metode dan teknik penyediaan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). 1.5.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data Untuk mendapatkan data, peneliti terjun langsung ke lapangan. Alat yang dipakai dalam penyediaan data adalah daftar tanyaan. Daftar tanyaan yang dibentuk dalam penelitian ini adalah daftar tanyaan leksikal. Untuk mendapatkan data yang akurat peneliti juga menggunakan metode simak. Metode simak adalah menyimak bahasa Minangkabau yang dituturkan oleh masyarakat yang bersangkutan yang diwakili oleh informan. Dalam metode ini, peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam pembicaraan.

Teknik yang dipakai adalah teknik dasar sadap dengan teknik lanjutannya teknik simak libat cakap. Dalam penerapan teknik ini peneliti hanya menanyakan dan mengarahkan informan pada semua daftar tanyaan yang ada. Teknik ini dilanjutkan dengan teknik rekam. Dalam teknik ini peneliti merekam langsung bahasa yang dituturkan oleh informan berdasarkan daftar tanyaan. Selain teknik rekam, peneliti juga menggunakan teknik catat, yaitu dengan mencatat secara langsung data yang diperoleh. 1.5.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang penulis gunakan dalam menganalisis data adalah metode padan. Alat penentu metode padan ini berada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:11). Alat penentu yang digunakan pada metode padan ini mengacu pada kenyataan yang ditunjuk oleh suatu bahasa (referen), yang akan dipaparkan secara deskriptif tentang perbedaanperbedaan bahasa yang ditemukan pada tiap titik pengamatan. Teknik yang dipakai dalam analisis data adalah teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya yaitu teknik pilah unsur penentu (PUP) (Sudaryanto, 1993:21). Dalam hal ini, data dipilah sesuai dengan tataran kebahasaan, dan dikelompokkan sesuai kategori yang sama berdasarkan unsur fonologis dan unsur leksikalnya. Teknik lanjutan yaitu teknik hubung banding membedakan (HBB) (Sudaryanto, 1993: 27). Hal ini dilakukan dengan cara, yaitu data yang telah

dikumpulkan itu diperbandingkan, kemudian dihitung jumlah variasi unsur leksikal dan fonologisnya. 1.5.3 Metode dan Teknik Hasil Analisis Data Data yang telah dianalisis disajikan secara formal dan informal. Data yang disajikan dalam bentuk formal yaitu dengan menggunakan peta, lambang-lambang, serta tabulasi. Adapun data yang disajikan dalam bentuk informal yaitu dengan melakukan penafsiran atau penjelasan terhadap data formal. Proses pemetaan dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu data yang diperoleh diklasifikasikan, selanjutnya data tersebut diberi sandi atau lambanglambang, kemudian data itu dipetakan dan data yang telah ditempatkan sesuai koordinat dibubuhi dengan isoglos. Selanjutnya adalah malakukan perhitungan jarak bahasa berdasarkan rumus dialektometri. Hasil penghitungan kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Langkah terakhir, yaitu memberikan penafsiran terhadap gejala bahasa yang ditemukan. 1.6 Populasi dan Sampel Populasi dalam data penelitian ini adalah tuturan bahasa Minangkabau yang digunakan oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Adapun sampelnya adalah Nagari Saniang Baka Kecamatan X Koto Singkarak, Nagari Muaro Pingai dan Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Siri (Kabupaten Solok), serta nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan

(Kabupaten Tanah Datar). Sampel dijangkau dengan 500 buah daftar pertanyaan leksikal. Daerah-daerah yang dipilih sebagai titik pengamatan terdiri dalam 4 daerah titik pengamatan. Daerah tersebut antara lain adalah Kecamatan X Koto Singkarak diambil satu TP; Kecamatan Junjung Sirih diambil 2 TP; dan untuk Kecamatan Batipuh Selatan diambil satu TP. Daerah yang dijadikan sebagai daerah titik pengamatan adalah Nagari Saniang Baka (TP1), Muaro Pingai (TP2), Paninggahan (TP3) dan Guguak Malalo (TP4). Populasi informan dalam penelitian ini adalah keseluruhan penutur bahasa Minangkabau di wilayah penelitian. Sampel yang diambil diusahakan dapat mewakili populasi sehiggga hasil penelitian yang dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Sampel informan berjumlah 3 orang di tiap titik pengamatan dengan kriteria sebagai berikut: a. Berusia 40 sampai dengan 60 tahun, pada usia itu seseorang dianggap menguasai bahasa dan seluk-beluk lingkungannya. b. Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang di daerah itu. c. Organ wicara masih lengkap. d. Menggunakan bahasa Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun pergaulan (Nadra dan Reniwati, 2009:37-41).