PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMBUATAN BATU BATAA DS. SUKOREJO SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. TYFOUNTEX INDONESIA SUKOHARJO SKRIPSI

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENCETAKAN DI PT. NEDYA ALMINIUM CEPER KLATEN SKRIPSI

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB III METODE PENELITIAN

TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA DI USAHA SUKSES KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

Bab III Metodologi Penelitian

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

PPERBEDAAN TEKANAN DARAH KARYAWAN YANG TERPAPAPAR PANAS DI ATAS NAB DAN DI BAWAH NAB DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

BAB III METODE PENELITIAN. melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

Transkripsi:

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Havidz Aly Resya R.0206029 PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2010 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif (Tarwaka, 2004:33). Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain

3 yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut (Sritomo Wignjosoebroto, 2008:83). Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas (Suma mur, 2009:153). Suhu setempat dan eksistensi kehidupan sangat erat berhubungan. Demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja. Efisiensi kerja sangat di pengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24-26 o C bagi orang-orang indonesia (Suma mur, 2009:158-159). Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Gempur Santoso, 2004:52). Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah (Suma mur, 2009:561). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Industri Pengecoran Logam PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten, peneliti menjumpai banyak pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas dengan variasi kerja yang tidak memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB). Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja pada bagian cor cetak dengan menggunakan Heat Stress Area, diperoleh Wet Bulb Globe Temperature (WBGT in) sebesar

4 32,5 o C. Jika dibandingkan dengan standar iklim kerja di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 % istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 29,4 o C. Hasil pengukuran tekanan darah pada WBGT in 32,5 o C diperoleh hasil tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 126 mmhg dan untuk tekanan darah diastolik rata-rata sebesar 80,2 mmhg. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran tekanan darah pada pekerja yang bekerja pada WBGT in di bawah NAB atau pada suhu 29,3 o C maka tekanan darah tersebut lebih tinggi 10,6 mmhg untuk tekanan darah sistolik yaitu rata-rata sekitar 115,4 mmhg dan lebih tinggi 10,2 mmhg untuk tekanan darah diastolik yaitu rata-rata sekitar 70 mmhg. Berdasarkan hasil survei di atas maka diperoleh hasil tekanan darah pekerja yang bekerja pada WBGT in yang di atas NAB ternyata lebih tinggi jika dibandingkan tekanan darah pada pekerja yang bekerja pada WBGT in di bawah NAB. Untuk itu penulis mengadakan penelitian mengenai perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.

5 B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengukur tekanan panas di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. b. Untuk mengukur tekanan darah pada pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. c. Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. b. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. c. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja Menambah referensi di kepustakaan Program D.IV Kesehatan Kerja khususnya mengenai perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.

7 d. Bagi Industri Pengecoran Logam Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam kaitannya dengan lingkungan kerja serta tindakan pengendalian, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas dan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Tempat Kerja Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup, terbuka, bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (Depnakertrans, 2007). 2. Tekanan Panas a. Definisi Tekanan Panas Menurut Gempur Santoso (2004) tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh (Suma mur, 2009:153-154). Suhu udara dapat diukur dengan termometer biasa (termometer suhu kering) dan suhu demikian disebut suhu kering. Kelembaban udara diukur dengan menggunakan hygrometer. Adapun suhu dan kelembaban dapat diukur bersama-sama dengan misalnya menggunakan alat pengukur sling psychrometer atau arsman psychrometer yang juga menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu

9 basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya, dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembaban relatif udara. Kecepatan aliran udara yang besar dapat diukur dengan suatu anemometer, sedangkan kecepatan udara yang kecil diukur dengan memakai termometer kata. Suhu radiasi diukur dengan suatu termometer bola (globe thermometer). Panas radiasi adalah energi atau gelombang elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih dari sinar matahari dan mata tidak peka terhadapnya atau mata tidak dapat melihatnya (Suma mur, 2009: 154). b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas 1) Indoor Climate Menurut Grandjean indoor climate dalam Eko Nurmianto (2008) adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut: temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling, kelembaban udara dan aliran perpindahan udara. 2) Aklimatisasi Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung dan tekanan darah menurun dan suhu tubuh menurun. Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak

10 masuk kerja selama seminggu berturut-turut (Gempur Santoso, 2004:54). 3) Usia Makin tua makin sulit merespon panas karena penurunan efisiensi kardiovaskuler (jantung). Makin tua makin sulit berkeringat sehingga memperkecil kemampuan untuk menurunkan suhu inti. Pada pekerjaan yang sama, tenaga kerja berusia tua mempunyai suhu inti lebih tinggi daripada tenaga kerja yang berusia lebih muda. Untuk itu pemulihan kondisi tubuh selama istirahat membutuhkan waktu lebih lama (Heru dan Haryono, 2008:47). 4) Kondisi Fisik Makin fit kondisi fisik tubuh makin mudah merespon panas (Heru dan Haryono, 2008:47). 5) Jenis Kelamin Kemampuan individu untuk bekerja di lingkungan panas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin (Ridwan Harrianto, 2009:161). 6) Etnis Pada etnis tertentu respon panas berbeda dengan etnis lain, misalnya antara etnis Arab dan etnis Eropa. Tetapi perbedaan respon panas pada kedua etnis tersebut lebih merupakan perbedaan diet (pola makan) pada kedua etnis tersebut (Heru dan Haryono, 2008:47).

11 7) Status Gizi Beberapa zat gizi akan hilang karena adanya tekanan panas. Misalnya pekerjaan berat yang memerlukan kalori lebih dari 500 kcal akan berpotensi kehilangan zinc dari tubuh pekerja, hal ini mengganggu pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Pekerjaan di ruang panas minimal dibutuhkan asupan vitamin C 250 mg/hari pada pekerja yang bersangkutan (Heru dan Haryono, 2008:47). Cara untuk menentukan status gizi seseorang yang popular di dunia kesehatan yaitu dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index). Sedangkan rumus IMT adalah sebagai berikut : IMT = BB (kg) / TB 2 (m) Standar Asia Nilai IMT : < 18,5 = Kurus 18,5 22,9 = Normal 23 27,4 = BB lebih (OW/Over Weight) 27,5 > = Obesitas (Ides H.T, 2007). c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas Keseimbangan antara panas tubuh dan lingkungan diperlukan supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Panas dipindahkan dari organ yang memproduksi panas ke kulit, melalui sirkulasi darah.

12 Kemudian, panas mengalami pertukaran dari tubuh ke lingkungan. Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Heru dan Haryono, 2008:43-44). 1) Konduksi Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh. 2) Konveksi Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.

13 3) Radiasi Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi. 4) Penguapan Manusia dapat berkeringat dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan. Untuk mempertahankan suhu tubuh maka, M ± kond ± konv ± R-E = 0 M = Panas dari metabolisme Kond = Pertukaran panas secara konduksi Konv = Pertukaran panas secara konveksi R E = Panas radiasi = Panas oleh evaporasi (Suma mur, 2009:151-152). d. Penilaian Tekanan Panas 1) Suhu Efektif Suhu efektif yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Untuk penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan

14 memperhatikan panas radiasi, dibuat Skala Suhu Efektif Dikoreksi (Corected Effektive Temperature Scale). Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil metabolisme tubuh. 2) Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb-Globe Temperature Index), yaitu rumus-rumus sebagai berikut: ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering (untuk bekerja dengan sinar matahari). ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk pekerjaan tanpa sinar matahari). 3) Prediksi Kecepatan Keluarnya Keringat Selama 4 Jam Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 hour sweet rate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam melakukan pekerjaan. 4) Indeks Belding-Hacth Indeks Belding-Hacth yaitu kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat

15 154 pond, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas. (Suma mur, 2009:155-156). e. Standar Iklim Kerja Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 yaitu: Tabel 2.1 Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 Pengaturan waktu kerja ISBB C Beban Kerja Waktu kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Kerja terus menerus (8 jam/hari) 75% 50% 25% - 25% istirahat 50% Istirahat 75% Istirahat 30,0 28,0 29,4 32,2 26,7 28,0 29,4 31,1 25,0 25,9 27,9 30,0 (Depnakertrans, 2007). f. Penilaian Beban Kerja Fisik Menurut Astrand & Rodahl dalam Tarwaka (2004) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan

16 asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Sedangkan menurut Christensen dalam Tarwaka (2004) bahwa kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung. Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Kategori Beban Kerja Denyut Nadi (denyut/min) Ringan Sedang Berat Sangat Berat Sangat Berat Sekali 75 100 100 125 125 150 150 175 > 175 (Christensen (1991:1699). Encyclopaedia of Accupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2004), hal 97) g. Respon Tubuh Menghadapi Panas Jika tubuh tidak melepaskan panas, maka temperatur tubuh akan meningkat 1 o C setiap jam. Panas tubuh dihasilkan oleh metabolisme sel, mengubah energi kimia dari makanan yang dicerna kebentuk energi lain, terutama energi panas. Karena proses metabolisme ini berlangsung terus-menerus, walaupun tidak konstan, tubuh harus melepaskan energi panas pada kecepatan tertentu agar tidak terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan temperatur. Secara keseluruhan, panas yang didapat dari metabolisme

17 dan sumber-sumber lainnya harus setara dengan panas yang dilepaskan oleh permukaan tubuh. Inilah esensi dari homeostatis. Pelepasan panas dapat terjadi melalui cara-cara berikut: 1) Konveksi (juga kadang radiasi & konduksi) panas terutama dari permukaan kulit yang terbuka dan tidak terinsulasi. 2) Vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah pada kulit, meningkatkan pelepasan panas melalui kulit. 3) Peningkatan penguapan keringat melalui kulit. 4) Penghembusan udara panas dari paru-paru. 5) Pembuangan panas melalui feses dan urin (James J., 2008:197-198). h. Efek Panas pada Manusia Suhu yang tinggi menyebabkan heat cramps, heat exchaustion dan heat stroke. 1) Heat Cramps Heat cramps terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium di dalam tubuh. Gejalanya antara lain: kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit. 2) Heat Exchaustion Heat exchaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita biasanya berkeringat sangat

18 banyak, sedangkan suhu badan normal. Tekanan darah menurun dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya. Si penderita akan merasa lemah dan mungkin pingsan. 3) Heat Stroke Karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, penderita kebanyakan adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan bukan beraklimatisasi. Gejala-gejala yang menonjol adalah suhu badan naik dan kulit kering dan panas (Sugeng Budiono, 2003: 37). 3. Tekanan Darah a. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Alison Hull, 1986:18). Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (James J. dkk, 2008:141). Tekanan darah arterial adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya (Evelyn, 1999:141). Tekanan darah arteri rata-rata adalah jumlah rata-rata dari seluruh tekanan yang dihitung milidetik demi milidetik selama periode waktu tertentu. Nilai ini tidak sama dengan rata-rata tekanan sistolik dan diastolik karena tekanan lebih mendekati ke tekanan diastolik daripada ke tekanan sistolik selama sebagian besar siklus jantung.

19 Tekanan arteri rata-rata ditentukan sekitar 60 persen dari tekanan diastolik dan 40 persen dari tekanan sistolik. Rumus tekanan darah arteri rata-rata : TR = TD + 1/3 (TS-TD) Keterangan : TR : Tekanan Darah Arteri Rata-rata TD : Tekanan Darah Diastolik TS : Tekanan Darah Sistolik (Guyton, 1997:223). b. Standar Tekanan Darah Normal Tabel 2.3 Standar Tekanan Darah Normal No Usia Diastole Sistole 1 Pada masa bayi 50 70-90 2 Pada masa anak 60 80-100 3 Masa remaja 60 90-110 4 Dewasa muda 60-70 110-125 5 Umur lebih tua 80-90 130-150 (Evelyn, 1999:141-142). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Menurut Vitahealth (2006:14-27) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung pada: 1) Aktivitas fisik Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah. Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat.

20 2) Emosi Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat. 3) Stres Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami pengukuran. 4) Usia Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. 5) Status Gizi (Obesitas). Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain itu faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu: gender, kelompok etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan merokok (James J. dkk, 2008:143). Tekanan darah naik biasanya pada usia lanjut, bilamana elastisitas arteri merosot. Selain itu, merokok juga mempunyai pengaruh besar jangka panjang terhadap dinding pembuluh darah dan tekanan darah dan adalah penyebab penting naiknya tekanan darah. Apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah, dan nikotin dapat menimbulkan hal ini,

21 menyebabkan penyempitan, dengan demikian menghalangi arus darah secara normal. Keadaan ini dapat berpindah ke jantung dimana terjadi masalah jangka panjang (John F. Knight, 1995:74). Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti andrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah (Iman Soeharto, 2004:63). d. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Pengaruh panas dapat dibagi tiga yaitu: 1) Fisik Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian segala arah. 2) Kimia Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi akan meningkat dengan peningkatan suhu. Ini sesuai dengan hukum Van Hoff. 3) Biologis Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O 2 dan CO 2 di dalam darah akan meningkat

22 sedangkan ph darah akan mengalami penurunan (J.F. Gabriel, 1988:130). Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004:52). Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah (Suma mur, 2009:561). Menurut Crandall C.G. (2005) paparan tekanan panas terhadap individu sehat menyebabkan berbagai reaksi fisiologis yang penting untuk termoregulasi. Salah satunya adalah peningkatan aliran darah kulit. Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah: 1) Meningkatkan kelelahan. 2) Peningkatan denyut jantung. 3) Peningkatan tekanan darah. 4) Mengurangi aktivitas organ pencernaan. 5) Sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32 o C ke 36-37 o C). 6) Peningkatan aliran darah melalui kulit.

23 7) Meningkatkan produksi keringat, yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34 o C atau lebih. B. Kerangka Pemikiran Karakteristik responden 1. Aklimatisasi 2. Kondisi Fisik 3. Etnis Faktor yang mempengaruhi tekanan darah 1. Aktifitas Fisik 2. Emosi, stres 3. Merokok 4. Alkohol Tekanan Panas Suhu Tubuh Meningkat Vasodilatasi Pembuluh Darah Tepi Tekanan Darah Karakteristik responden 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Status Gizi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ada perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.

24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan etik dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 145). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten pada bulan Maret-Juni 2010. C. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten berjumlah 30 orang. 2. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yang merupakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

25 populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan pada penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007:68). 3. Sampel Penelitian Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang laki-laki yang merupakan populasi dari pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. D. Desain Penelitian Populasi Sampling Jenuh Populasi Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan Panas Di Bawah NAB Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan Panas Di Atas NAB Paired t-test Gambar 3.1 Desain Penelitian

26 E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah. 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah: umur, jenis kelamin, emosi atau stress, status gizi, aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Tekanan Panas Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh diukur dengan menggunakan Area Heat Stress Monitor. Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor Merk Alat : Questemp o 10 Satuan : o Celcius Data : Di Atas NAB ( > 29,4 o C ) dan Di Bawah NAB ( < 29,4 o C ) sesuai standar Kep-51/MEN/1999 dengan kriteria 50% kerja 50% istirahat dengan beban kerja sedang yaitu 29,4 o C. Skala Pengukuran : Nominal

27 2. Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik yang diukur dengan menggunakan tensoval. Alat Ukur Merk Alat Satuan Data : Pulse Meter : Tensoval Hartmann : mmhg : Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Handoko Riwidikdo, 2008:12). Skala Pengukuran : Rasio G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Area Heat Stress Monitor Area Heat Stress Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas. Adapun cara penggunaannya adalah: a. Tekan tombol power. b. Tekan tombol o C atau o F untuk menentukan satuan suhu yang digunakan. c. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola.

28 d. Tekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering. e. Tekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah. f. Tekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) untuk mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB). g. Catat hasil yang dibaca pada display. h. Tekan tombol power untuk mematikan. i. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu adaptasi. 2. Pulse Meter Pulse meter yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Pulse meter yang digunakan yaitu pulse meter dengan merk Tensoval Hartmann. Adapun cara penggunaannya adalah: a. Pasang baterai b. Pasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan atas. c. Tekan tombol start d. Tunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai e. Hasil akan ditampilkan dilayar 3. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang. 4. Microtoice, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan. 5. Lembar isian data/kuesioner, yaitu daftar yang digunakan untuk mencatat data subjek penelitian dan hasil pengukuran. 6. Alat tulis, yaitu alat untuk mencatat hasil dari pengukuran.

29 H. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan a. Mempersiapkan lembar isian data subjek penelitian dan hasil pengukuran. b. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran. c. Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, kondisi tenaga kerja serta melakukan pengukuran tekanan panas dan tekanan darah. 2. Tahap pelaksanaan a. Mengisi lembar isian data meliputi umur, masa kerja dan tingkat pendidikan. b. Mengukur berat badan, tinggi badan dan status gizi/imt. c. Mengukur tekanan panas dengan Area Heat Stress Monitor. d. Mengukur tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB dengan Pulse Meter. 3. Tahap Penyelesaian a. Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan. b. Menyusun laporan hasil penelitian.

30 I. Cara Kerja Penelitian Cara kerja penelitian meliputi : 1. Minggu I a. Pengumpulan data subjek penelitian meliputi umur, masa kerja, tingkat pendidikan dengan wawancara langsung. b. Pengukuran berat badan, tinggi badan, status gizi/imt. c. Pengukuran tekanan panas di bawah NAB dan di atas NAB di bagian cor cetak. d. Pengukuran tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di bawah NAB dilakukan pada waktu bekerja di bagian cor cetak yang tekanan panasnya di bawah NAB. 2. Minggu II Proses aklimatisasi pekerja di bagian cor cetak yang tekanan panasnya di atas NAB. 3. Minggu III Pengukuran tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di atas NAB dilakukan pada waktu bekerja di bagian cor cetak yang tekanan panasnya di atas NAB. J. Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

31 distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188). Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 dengan syarat data berdistribusi normal. Normalitas data menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Nilai signifikasi (Asym.sig.) apabila nilai signifikasi > 0,05 maka data dalam distribusi normal (Handoko Riwidikdo, 2008:29). Interpretasi hasil dengan uji statistik Paired T-Test adalah sebagai berikut : a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).

32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Umur Hasil wawancara terhadap 30 pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran umur sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase (%) 23-27 5 17 28-32 6 20 33-37 6 20 38-42 3 10 43-48 10 33 Jumlah 30 100 (Sumber: Data Primer) Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata umur subjek penelitian pada penelitian ini adalah 36,37 tahun dengan umur minimal subjek penelitian adalah 23 tahun dan umur maksimal subjek penelitian adalah 48 tahun. Standar deviasi umur subjek penelitian adalah 8,07. Hasil uji statistik antara umur dan tekanan darah dengan Pearson- Product Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

33 Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Umur dengan Tekanan Darah Correlations Umur TS A TS B TD A TD B Sig. (2-tailed) 0,543 0,541 0,507 0,743 (Sumber: Data Primer) Keterangan: - TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB - TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB Dari hasil uji statistik umur dan tekanan darah diketahui bahwa semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan tekanan darah. 2. Masa Kerja Hasil wawancara terhadap 30 pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran masa kerja sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1-5 14 47 6-10 7 23 11-15 3 10 16-20 3 10 21-25 3 10 Total 30 100 (Sumber: Data Primer)

34 Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata masa kerja subjek penelitian pada penelitian ini adalah 9,53 tahun dengan masa kerja minimal subjek penelitian adalah 1 tahun dan masa kerja maksimal subjek penelitian adalah 25 tahun. Standar deviasi masa kerja subjek penelitian adalah 7,23. Hasil uji statistik antara masa kerja dan tekanan darah dengan Pearson-Product Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Masa Kerja dengan Tekanan Darah Masa Kerja Correlations TS A TS B TD A TD B Sig. (2-tailed) 0,556 0,433 0,447 0,728 (Sumber: Data Primer) Keterangan: - TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB - TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB Dari hasil uji statistik masa kerja dan tekanan darah diketahui bahwa semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan tekanan darah. 3. Status Gizi/IMT Hasil perhitungan status gizi/imt terhadap 30 pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran status gizi/imt sebagai berikut :

35 Tabel 4.5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi/IMT IMT Frekuensi Persentase (%) < 18,5 0 0 18,5 22,9 23 77 23 27,4 7 23 27,5 > 0 0 Jumlah 30 100 (Sumber: Data Primer) Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata status gizi/imt subjek penelitian pada penelitian ini adalah 21,17 dengan status gizi/imt minimal subjek penelitian adalah 18,55 dan status gizi/imt maksimal subjek penelitian adalah 25,72. Standar deviasi status gizi/imt subjek penelitian adalah 2,23. Hasil uji statistik antara status gizi/imt dan tekanan darah dengan Pearson-Product Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik status gizi/imt dengan Tekanan Darah Correlations TS A TS B TD A TD B IMT Sig. (2-tailed) 0,130 0,058 0,647 0,250 (Sumber: Data Primer) Keterangan: - TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB - TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB Dari hasil uji statistik status gizi/imt dan tekanan darah diketahui bahwa semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi/imt dan tekanan darah.

36 B. Tekanan Panas Pengukuran tekanan panas dilakukan di dua tempat yang berbeda di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. Hasil pengukuran tekanan panas ada dua, yaitu tekanan panas di atas NAB dan di bawah NAB. Hasil observasi pada bagian cor cetak yang tekanan panasnya di bawah NAB diketahui bahwa bagian tersebut terdapat ventilasi yang cukup dan tidak terdapat tungku peleburan. Hasil pengukuran tekanan panas di bawah NAB di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Bawah NAB No. Waktu Tba ( o C) Tk ( o C) Tg ( o C) WBGT in ( o C) 1 09.00 25.9 31.8 33.1 28 2 10.00 26 31.9 33.1 29.1 3 11.00 25.7 31.9 33.3 28.9 4 12.00 26 32 33.2 29 5 13.00 26.1 32.5 33.2 29.2 6 14.00 26.3 32.6 33.7 29.3 7 15.00 26.3 32.5 33.8 29.5 8 16.00 26.4 32.6 34 29.5 Rata-rata 26.1 32.2 33.4 29.1 (Sumber: Data Primer) Keterangan : - Tba : Suhu basah - Tk : Suhu kering - Tg : Suhu globe - WBGT in : Wet Bulb Globe Temperature in Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada penelitian ini adalah 29,1 o C dengan WBGT in minimal adalah 28 o C dan WBGT in maksimal adalah 29,5 o C.

37 Hasil observasi pada bagian cor cetak yang tekanan panasnya di atas NAB diketahui bahwa bagian tersebut terdapat ventilasi yang kurang dan terdapat tungku peleburan. Hasil pengukuran tekanan panas di atas NAB di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Atas NAB No. Waktu Tba ( o C) Tk ( o C) Tg ( o C) WBGT in ( o C) 1 09.00 27.5 32.6 34 29.3 2 10.00 27.6 33.5 35.6 30 3 11.00 27.4 34.1 37.1 30.9 4 12.00 28.8 36.7 38.1 32.1 5 13.00 28.6 36.1 39.5 32.5 6 14.00 27.8 31.4 34.7 29.5 7 15.00 27.3 32 35.2 29.9 8 16.00 27.2 30.7 35.4 30.1 Rata-rata 27.8 33.4 36.2 30.5 (Sumber: Data Primer) Keterangan : - Tba : Suhu basah - Tk : Suhu kering - Tg : Suhu globe - WBGT in : Wet Bulb Globe Temperature in Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada penelitian ini adalah 30,5 o C dengan WBGT in minimal adalah 29,3 o C dan WBGT in maksimal adalah 32,5 o C. Standar tekanan panas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor Kep.51/Men/1999 bahwa nilai ambang batas untuk ruangan kerja dengan waktu kerja 50% kerja 50% istirahat untuk beban kerja sedang ádalah 29,4 o C.

38 C. Tekanan Darah Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik No Subjek penelitian Sistolik Tekanan Darah Diastolik TP < NAB TP > NAB Selisih TP < NAB TP > NAB Selisih 1 109 120 11 68 80 12 2 100 115 15 65 78 13 3 129 135 6 77 85 8 4 114 120 6 67 75 8 5 125 140 15 73 83 10 6 110 125 15 76 80 4 7 135 140 5 77 82 5 8 139 145 6 60 70 10 9 132 140 8 83 75-8 10 111 132 21 76 85 9 11 134 120-14 85 90 5 12 138 125-13 70 85 15 13 106 126 20 90 80-10 14 120 145 25 80 70-10 15 123 130 7 70 87 17 16 140 145 5 75 85 10 17 128 135 7 78 85 7 18 113 110-3 88 78-10 19 119 130 11 89 80-9 20 135 145 10 83 90 7 21 117 125 8 68 80 12 22 109 120 11 67 72 5 23 159 130-29 80 90 10 24 139 145 6 70 88 18 25 113 120 7 72 90 18 26 150 135-15 95 80-15 27 127 130 3 92 65-27 28 140 150 10 80 75-5 29 131 120-11 70 80 10 30 122 120-2 75 85 10 Jumlah 3767 3918 151 2299 2428 129 Rata-rata 125.57 130.60 5.03 76.63 80.93 4.30 (Sumber: Data Primer)

39 Keterangan : 1. TP < NAB : Tekanan panas di bawah NAB 2. TP > NAB : Tekanan panas di atas NAB Dari hasil pengukuran tekanan darah subjek penelitian di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB 125,57 mmhg dan pada paparan tekanan panas di atas NAB adalah 130,60 mmhg dengan selisih sebesar 5,03 mmhg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB adalah 76,63 mmhg dan pada paparan tekanan panas di atas NAB adalah 80,93 mmhg dengan selisih sebesar 4,30 mmhg. Distribusi frekuensi perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Diastolik Perubahan Tekanan Darah Meningkat Menurun Tetap Darah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Sistolik 23 77% 7 23% 0 0% Diastolik 22 73% 8 27% 0 0% Dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik menunjukan bahwa dari ke 30 subjek penelitian di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten terdapat 23 orang (77%) mengalami peningkatan, 7 orang (23%) mengalami penurunan, sedangkan untuk tekanan darah diastolik menunjukkan bahwa terdapat 22 orang (73%) mengalami peningkatan, 8 orang (27%) mengalami penurunan.

40 Dari hasil tersebut di atas, normalitas data tekanan darah dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Normalitas Tekanan Darah TS A TS B TD A TD B N 30 30 30 30 Normal Mean 125.57 130.60 76.63 80.93 Parameters a,,b Std. Deviation 13.950 10.682 8.680 6.491 Most Extreme Differences Absolute.096.139.111.143 Positive.096.139.111.090 Negative -.061 -.111 -.071 -.143 Kolmogorov-Smirnov Z.529.764.608.782 Asymp. Sig. (2-tailed).943.604.854.573 (Sumber : Data Primer Keterangan : - TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB - TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB - TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB Dari hasil tersebut di atas, normalitas data tekanan sistolik dengan uji Kolmogorov-Smirnov nilai Asymp. Sig. pada paparan tekanan panas di bawah NAB adalah 0,943 dan nilai Asymp. Sig. dan pada paparan tekanan panas di atas NAB adalah 0,604, sedangkan tekanan diastolik nilai Asymp. Sig. pada paparan tekanan panas di bawah NAB adalah 0,854 dan nilai Asymp. Sig. pada paparan tekanan panas di atas NAB adalah 0,573. Hasil ini menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai p > 0,05.

41 Hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB dengan Paired T-Test dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Uji Statistik Tekanan Darah Sistolik Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Error Difference Sig. (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Pair 1 TS Pada Paparan Tekanan Panas < NAB TS Pada Paparan Tekanan Panas > NAB -5.033 11.725 2.141-9.412 -.655-2.351 29.026 Dari hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,026 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB. Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB dengan Paired T-Test dapat dilihat pada tabel berikut.

42 Tabel 4.13 Uji Statistik Tekanan Darah Diastolik Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Error Difference Sig. (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Pair 1 TD Pada Paparan Tekanan Panas < NAB TD Pada Paparan Tekanan Panas > NAB -4.300 10.964 2.002-8.394 -.206-2.148 29.040 Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,040 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB.

43 BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Univariat Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa analisis univariat tenaga kerja yang meliputi: 1. Umur Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 23-48 tahun. Rata-rata umur subjek penelitian adalah 36,37 tahun. Menurut Vitahealth (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah. 2. Masa Kerja Dalam penelitian ini masa kerja subjek penelitian berkisar antara 1-25 tahun dengan rata-rata 9,53 tahun. Masa kerja berkaitan dengan proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap iklim kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim

44 kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja yang dimaksud. Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya. Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari (Gempur Santoso, 2004:54). Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap tekanan darah. 3. Status Gizi/IMT Dalam penelitian ini status gizi/imt subjek penelitian berkisar antara 18,55-25,72 dengan rata-rata 21,17. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5-22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0-27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Ides H.T, 2007). Dari referensi di atas dapat diketahui bahwa status gizi/imt 23 subjek penelitian termasuk dalam kategori normal, sedangkan 7 subjek penelitian termasuk dalam kategori over weight. Menurut Vitahealth status gizi (obesitas) memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Subjek penelitian dalam penelitian ini mempunyai status gizi atau indeks massa tubuh yang normal dan over

45 weight, sehingga berdasarkan referensi di atas dapat dikatakan bahwa status gizi/imt subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah. 4. Tekanan Panas Hasil pengukuran tekanan panas di bawah NAB diperoleh rata-rata tekanan panas sebesar 29,1 o C. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut memiliki ventilasi yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Selain itu, di tempat ini juga tidak terdapat tungku peleburan, sedangkan hasil pengukuran tekanan panas di atas NAB diperoleh rata-rata tekanan panas sebesar 30,5 o C. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 % istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 29,4 o C. Keadaan panas lingkungan kerja tersebut disebabkan karena di tempat tersebut terdapat tungku peleburan dan ventilasi ruang kerja yang kurang, sehingga panas di tempat tersebut tidak dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Menurut Suma mur (2009), sumber panas radiasi adalah permukaan yang panas dan juga sinar matahari sendiri. Suhu permukaan tanur atau tungku peleburan mencapai 500 o C sehingga menyebabkan peningkatan suhu lingkungan yang menyebabkan timbulnya tekanan panas. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi seperti pada pabrik pengecoran

46 logam, sedangkan menurut Soeripto Moeljosoedarmo (2008), suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara aktif. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun karena ventilasi yang ada kurang baik. Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa adanya sumber panas dan ventilasi yang kurang baik menyebabkan tekanan panas di salah satu bagian cor cetak lebih tinggi daripada di bagian cor cetak lainnya di PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. B. Analisa Bivariat 1. Hubungan Umur Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan antara umur subjek penelitian dengan tekanan darah, sehingga umur subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah. 2. Hubungan Masa Kerja Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak ada hubungan antara masa kerja subjek penelitian dengan tekanan darah, sehingga masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah. 3. Hubungan Status Gizi/IMT Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak

47 ada hubungan antara status gizi/imt subjek penelitian dengan tekanan darah, sehingga status gizi/imt subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah. 4. Perbedaan Tekanan Darah pada Paparan Tekanan Panas Di Atas dan Di Bawah NAB. Pengukuran tekanan darah sistolik dari 30 subjek penelitian, 23 subjek penelitian (77%) mengalami peningkatan dan 7 subjek penelitian (23%) mengalami penurunan. Pengukuran tekanan darah diastolik dari 30 subjek penelitian, 22 subjek penelitian (73%) mengalami peningkatan dan 8 subjek penelitian (27%) mengalami penurunan. Pengukuran tekanan darah subjek penelitian pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB ada yang meningkat dan ada yang menurun. Untuk subjek penelitian yang mengalami peningkatan tekanan darah dikarenakan beberapa subjek penelitian kurang beraklimatisasi dengan baik sehingga pengaruh tekanan panas sangat berdampak pada fisiologis subjek penelitian. Menurut Suma mur (2009) pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah dan menurut Gempur Santoso (2004) aklimatisasi dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama seminggu berturut-turut. Sehingga berdasarkan referensi di atas dapat dikatakan bahwa tekanan panas tersebut masih berdampak pada fisiologis subjek

48 penelitian yang kurang beraklimatisasi dengan baik yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah subjek penelitian pada paparan tekanan panas di atas NAB cenderung meningkat dari pada di bawah NAB. Hal ini dikarenakan tekanan panas di salah satu bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten melebihi NAB yaitu sebesar 30,5 o C karena berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 % istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, Nilai Ambang Batas (NAB) yang disarankan yaitu sebesar 29,4 o C. Hal ini sesuai dengan teorinya Grandjean (1988) yang menyatakan bahwa pada lingkungan kerja panas, efek fisiologis yang dapat terjadi adalah meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah, sedangkan menurut J.F. Gabriel, (1988), yang menyatakan bahwa efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O 2 dan CO 2 di dalam darah akan meningkat sedangkan ph darah akan mengalami penurunan. Untuk tekanan darah subjek penelitian yang menurun pada paparan tekanan panas di atas NAB disebabkan karena tenaga kerja sudah