BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang lain. Menurut Proverawati (2009:107), bahwa gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. namun diduga kuat faktor hormon merupakan faktor yang paling dominan.

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. menstruasi atau disebut juga dengan PMS (premenstrual syndrome).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia kerja yang semakin lesu pada saat ini, tetap mampu membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

PROFESI Volume 11 / Maret Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SINDROM PRAMENSTRUASI. Menurut Kaunitz (2008) sindrom pramenstruasi adalah kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja dengan rentang usia 10-19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta remaja tersebut tinggal di negara berkembang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 jumlah remaja di Indonesia mencapai 36 juta jiwa dan 55% diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia. Masalah remaja yang ada pada saat ini sangat kompleks dan sungguh mengkhawatirkan. Berbagai data menunjukkan bahwa para remaja belum sepenuhnya mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja, tetapi juga menyangkut segala aspek tentang organ reproduksi. Terutama untuk perempuan yang kelak akan menjadi seorang wanita dewasa yang akan mengalami maturitas baik secara fisik maupun secara psikologis.

Pada umumnya, remaja perempuan yang telah pubertas mengalami menstruasi setiap bulannya. Menstruasi yaitu perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. 1 Pada beberapa wanita, saat menstruasi merupakan masa-masa yang kurang nyaman. Hal itu disebabkan adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Adapun gangguan menstruasi yang paling sering dikeluhkan oleh sebagian wanita antara lain Premenstrual Syndrome (PMS), nyeri pada menstruasi, siklus menstruasi tidak teratur. Seorang perempuan akan sering mengalami keluhan-keluhan menjelang menstruasi yang biasanya dimulai satu minggu sampai dengan beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang terus berlanjut sampai menstruasi berhenti. 4 Hasil Penelitian di Amerika membuktikan bahwa 85% wanita mengalami PMS sebelum datangnya menstruasi. Namun pada kenyataan, masih banyak wanita yang belum tahu apa sebenarnya PMS. PMS adalah suatu gejala yang terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi, serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi. PMS biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang menstruasi. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga ketidakseimbangan hormon reproduksi berperan dalam terjadinya PMS. 1 Ketidakseimbangan hormon mempunyai peran penting atas berbagai macam manifestasi PMS. Kadar estrogen yang meningkat dalam darah dapat menimbulkan gejala-gejala psikologi dan akan mengganggu proses kimia tubuh. Keluhan yang ditimbulkan dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat sampai berupa gangguan mental (mudah

tersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia reproduktif antara usia 15-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari PMS. Berdasarkan beberapa penelitian dapat diidentifikasi gejala umum PMS yang paling sering dikeluhkan, yaitu gejala-gejala fisik seperti sakit kepala, perut kram, sembelit atau diare, sakit punggung dan pinggang, fatigue, nyeri payudara, gangguan tidur, sendi atau otot lemas, timbulnya jerawat, pembengkakan pada tungkai, kenaikan nafsu makan dan berat badan. Gejala psikis dan tingkah laku seperti mudah tersinggung, mudah marah, perubahan mood, menangis tiba-tiba, perubahan libido, pelupa, cemas, depresi, gangguan konsentrasi, dan agresif. Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS. Beberapa faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron yang rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon esterogen/progesteron, dan peningkatan aktivitas hormon aldosteron, reninangiotensin serta hormon adrenal. Berdasarkan studi mengenai PMS yang diteliti pada berbagai 14 budaya di 10 negara, ditemukan prevalensi tinggi berada di Negara-negara barat (71-73%) dan jauh lebih rendah di Negara-negara non barat (23-34%). Penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 2011 di Srilanka, didapatkan hasil bahwa remaja yang mengalami PMS ada sekitar 65,7%. Gejala yang sering muncul adalah perasaan sedih dan tidak berpengharapan sebesar 29,6%. Di Mesir, prevalensi PMS mencapai 69,9% dan di Saudi Arabia mencapai 96,6%. Sebanyak 95% perempuan Indonesia

mengalami gejala PMS. PMS sedang hingga berat diderita berturut-turut oleh 3,9% dan 1,1%, angka tersebut lebih rendah dibandingkan perempuan Barat, Cina ataupun Jepang. 2 Berdasarkan penelitian di Indonesia prevalensi PMS pada siswi SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan. Sekitar 80 % sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun mengalami gejala-gejala PMS yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Studi tentang PMS pada tahun 2011 di Iran, ditemukan terdapat 98,2% mahasiswi yang berusia 18-27 tahun mengalami gejala PMS. Gejala yang dirasakan berupa gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi aktivitas seharihari, penurunan minat belajar dan fungsi sosial terganggu. Menurut penelitian, 37% pelajar mengalami gangguan dalam beraktivitas, yaitu sulit konsentrasi (48,3%), tidak mengikuti kuliah (46%), malas keluar rumah (43,8%), gangguan mengerjakan pekerjaan di rumah (42%) maupun tugas kuliah (36%). Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan tahun 2009 tentang prevalansi PMS di Indonesia, diperoleh hasil sebanyak 40% wanita Indonesia mengalami PMS dan sebanyak 2-10% mengalami gejala berat. Angka kejadian PMS diperkirakan 30-40% pada perempuan usia 19 tahun sampai 45 tahun. Kelompok resiko tinggi terdapat pada perempuan usia antara 20 dan 35 tahun, sekitar 5% perempuan tersebut mempunyai gejala yang berat sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Pada tahun 2004 di Amerika Serikat sebanyak satu dari enam perempuan atau sekitar 40,8 juta orang mengalami PMS. Pada tahun yang sama, di Indonesia perempuan yang mengalami PMS sebanyak 35.767.942 orang. 6

Prevalensi PMS di Virginia 10,3% wanita obesitas (BMI >30) mempunyai risiko mengalami PMS tiga kali lebih besar dibanding wanita non obesitas. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran yang membandingkan berat dan tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh dunia sebagai alat diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal, overweight dan obesitas. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti dipakai IMT yaitu perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Berdasarkan data National Institute of Mental Health di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun hingga lanjut usia. Sedangkan prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia berkisar pada 6-7% dari populasi umum. Prevalensi kelompok perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki. Penelitian yang dilakukan pada kelompok lakilaki dan kelompok perempuan pada murid SMA dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) prevalensi gangguan kecemasan sebesar 8-12%. 5 Saat berada dalam kondisi kecemasan, seseorang sangat membutuhkan dukungan dan motivasi sehingga dukungan keluarga dan lingkungan yang kondusif sangat diperlukan sebagai salah satu upaya pencegahan kecemasan. Tingkat kecemasan yang dialami masing-masing individu ketika mendapat respon adalah berbeda-beda. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu indikator untuk mengukur kecemasan yang dialami seseorang. Berbagai indikator dapat digunakan untuk menilai tingkat kecemasan, salah satunya yaitu dengan menggunakan kuesioner HARS. Pada HARS, tingkat kecemasan dikelompokkan

menjadi lima tingkatan, yaitu tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan berat sekali. 3 Dengan adanya permasalahan tersebut, remaja membutuhkan banyak penyesuaian. Penyesuaian yang dialami remaja antara lain adalah penyesuaian terhadap perubahan hormonal yang akan menimbulkan perubahan fisik. Masalah kesehatan pada perempuan usia reproduktif berhubungan dengan Indikator Kesehatan Negara. Adapun masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya adalah kesehatan perempuan usia reproduktif sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan dimana keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada usia harapan hidup perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada bulan Mei 2015 di Sekolah Vokasi UGM melibatkan 10 mahasiswi melalui metode wawancara, didapatkan hasil terkait IMT bahwa 5 mahasiswi berada pada rentang normal, 3 mahasiswi berada pada rentang underweight dan 2 mahasiswi berada pada rentang overweight. Terdapat 6 dari 10 mahasiswi yang seringkali mengalami rasa cemas dengan berbagai penyebab seperti beban tugas di kampus, pengaruh suasana kampus dan sekitar hunian kos, bertempat tinggal jauh dari orang tua maupun tekanan yang berasal dari teman dan keluarga. Terdapat 4 dari 10 mahasiswi belum mengetahui tentang gangguan haid seperti nyeri saat menstruasi, gangguan fisik, dan emosi saat menjelang menstruasi yang disebut

PMS. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Premenstrual Syndrome pada Mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh dan tingkat kecemasan dengan tingkat premenstrual syndrome? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan tingkat kecemasan dengan tingkat premenstrual syndrome pada mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik riwayat menstruasi pada mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. b. Mengidentifikasi gambaran nilai Indeks Massa Tubuh pada mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. c. Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswi Sekolah Vokasi UGM.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi penulis, sebagai media untuk memperdalam pengetahuan dan mengembangkan penelitian mengenai premenstrual syndrome. b. Bagi Mahasiswi Kebidanan Sekolah Vokasi UGM, sebagai masukan agar dapat peka terhadap lingkungan sekitar terutama mengenai permasalahan kesehatan reproduksi wanita dan mampu memberikan pendidikan kesehatan sehingga turut berperan dalam mewujudkan remaja yang sehat. c. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan referensi dan perbandingan yang dapat digunakan oleh peneliti lain dalam mengembangkan pengetahuan kesehatan reproduksi wanita mengenai premenstrual syndrome. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada pembaca mengenai hubungan Indeks Massa Tubuh dan tingkat kecemasan dengan tingkat premenstrual syndrome. b. Menumbuhkan sikap pembaca agar dapat mengenali gejala emosional dan fisik yang timbul pada saat premenstrual syndrome.

E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Cut Farah Aldira dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 59 orang yang menjadi sampel penelitian, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dan banyaknya jenis keluhan menstruasi. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan tingkat keluhan dan jenis keluhan sindrom pramenstruasi. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula tingkat keluhan dan jenis keluhan menstruasi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini adalah Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Premenstrual Syndrome pada Mahasiswi Sekolah Vokasi UGM. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen, tempat dan waktu penelitian. Dengan demikian peneliti berharap dapat mengembangkan pengetahuan dari penelitian sebelumnya.