BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING MOODLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 2 BERAU

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN TEORI A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. membelajarkan para peserta didik.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru di kelasnya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mulai dari perpaduan metode yang dilakukan, teknik dan taktik yang dilakukan berbeda-beda tapi dengan tujuan yang sama yaitu untuk mencapai tujuan belajar. Ketika hal itu dilakukan oleh guru dalam kelasnya, pada saat itu seorang guru sedang menerapkan sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Komalasari, 2011: 57). Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2011: 46). Soekamto, dkk., (dalam Trianto, 2010: 22) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.

Dengan demikian penggunaan model pembelajaran yang dilakukan guru dalam kelasnya dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Dan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan di kelasnya. 2.1.2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) terutama untuk mengatasi permasalahan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain (Isjoni, 2007: 16). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2-5 orang, struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Slavin dalam Komalasari, 2011: 62).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa karena dalam model pembelajaran kooperatif ini siswa dikelompokkan dengan karakteristik dan kemampuan yang beragam, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Serta memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok. 2.1.3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (TPS) Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi kesempatan untuk berpikir sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya yang diperkuat lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Hartina, 2008 mengemukakan bahwathink Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran TPS dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran di sekolah.

Dengan demikian yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPSadalah suatu model yang dapat memberi siswa lebih banyak kesempatan untuk berpikir dan berpendapat secara individu untuk merespon pendapat yang lain kemudian saling membantu dalam kelompoknya kemudian membagi pengetahuan kepada siswa lain. 2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini. Hartina (2008) memaparkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Jadi, siswa dapat meningkatkan keberaniannya untuk berpendapat karena siswa diberi kesempatan untuk mencari pendapat masing-masing sebelum didiskusikan dengan temannya. Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompokterdiri dari 2-6 orang, kegiatan berkelompok akan menjadikan anak lebih aktif sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Siswa juga memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar, jadi seluruh siswa mendapatkan informasi yang beragam dari kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan kekurangan dari Think Pair Share (TPS) ialah pada saat peralihan dari seluruh kelas kekelompok kecil dapat menyita waktu pembelajaran yang berharga. Untuk itu guru

harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. 2.1.5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebelumnya, lebih jelas akan dipaparkan bagaimana prosedur atau langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Menurut Muslimin (2009) langkah-langkahthink Pair Share ada tiga, yaitu: Thinking (berpikir), siswa diberi pertanyaan dan harus memikirkan jawaban secara individu.pairing (berpasangan), siswa dengan teman sebangku mendiskusikanyang telah dipikirkan pada tahap thinking, dan Sharing (berbagi), siswa berpasangan berbagi hasil diskusi kepada seluruh kelas. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah seperti tersebut di atas dengan penyesuaian pada siswa kelas V B yang menjadi kelas penelitian. Berikut langkah-langkahnya yaitu: 1. Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas pertanyaan yang diberikan kepada siswa. 2. Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau dalam kelompok (kelompok terbentuk).

3. Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain. 2.2. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar 2.2.1. Belajar Dikehidupan sehari-hari yang terlintas bila kita mendengar kata belajar adalah jika seseorang sedang membaca buku, atau seorang siswa yang duduk di kelas mendengarkan gurunya menjelaskan materi pelajaran dan lain sebagainya. Namun, ketika ditelaah lagi kata belajar itu sendiri memiliki makna yang lebih luas lagi. Seperti yang disampaikan oleh Gagne (dalam Suprijono, 2011: 2)bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar (Suprijono, 2011:4). Sedangkan Reber (dalam Suprijono, 2011: 3)mengatakan belajar adalah the process of acquiring knowladge, yakni belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Robbins (dalam Trianto, 2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2010: 16). Budiningsih (2008: 58), menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si

pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwayang dimaksud belajar bukan hanya proses pembelajaran di dalam kelas, melainkan dapat dimana saja, setiap kejadian atau peristiwa dapat disebut sebagai belajar karena belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh perbaikan baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor. 2.2.2. Pengertian Aktivitas Belajar 2.2.2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajarmerupakan tuntutan logis dari hakekat belajar dan mengajar seperti yang dikemukakan oleh Mulyono (dalam Ahmad, 2010) tentang pengertian mendasar sebelum ke pengertian aktivitas belajar yaitu mengemukakan tentang pengertian aktivitas yang artinya kegiatan atau keaktivan. Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Terkait pendapat tersebut Reber (dalam Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Pada proses pembelajaran terjadi aktivitas yang disebut aktivitas belajar seperti yang dikemukakan oleh Machrus (2012) bahwa pengertian aktivitas belajaradalah kegiatan yang mengarah kepada perbuatan belajar yang membawaperubahan pada diri seseorang untuk memperoleh suatukecakapan baru.

Aktivitas bagian yang sangat penting dalam proses belajar,sebabkegiatan pembelajaran tidak akan terjadi apabila tidak ada aktivitas. Seperti yang dikemukakan Trinandita (dalam Ahmad, 2010)bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktivan siswa.keaktivan siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. 2.2.2.2. Jenis-jenis Aktivitas Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich dalam Hamalik (2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut: a) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain. b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. f) Kegiatan-kegiatan matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. g) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan. h) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih (Bruton dalam Hamalik, 2011: 91). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan antara fisik dan pikiran siswa dalam mendapatkan

pengetahuan, pengalaman belajar serta mencapai tujuan dalam suatu pembelajaran, dengan indikator tenang, membuat keputusan, mengerjakan tes, memecahkan masalah, berani, mengemukakan pendapat, kerjasama, serta kreatif dan terampil. 2.2.3. Hasil Belajar Aktivitas belajar berakhir pada hasil belajar seperti menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Gagne (dalam Suprijono, 2011: 6) mengemukakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor seperti yang dikemukakan oleh Kosasih dan Angkowo (2007: 50) yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.suparno (dalam Suwarjo, 2008: 36) mengemukakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pebelajar, yakni konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan beban yang dipelajarinya. Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan buah belajar yang bergantung pada proses belajar siswa dalam menerima setiap pengalaman belajar. Melalui penilaian tes dalam proses pembelajaran dapat dilihat hasil belajar yang diperoleh siswa. Indikator hasil belajar siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan).

2.3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.3.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Winataputra (dalam Ruminiati, 2007: 1.25) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 th. 1949. Undang-undang tersebut berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia. Undang-undang ini telah diperbarui dalam UU No. 62 th. 1958. Dalam perkembangannya, UU ini dianggap cukup diskriminatif, sehingga diperbarui lagi menjadi UU No. 12 th. 2006 tentang kewarganegaraan, yang diberlakukan mulai 1 Agustus 2006. Menurut Soemantri (dalam Ruminiati, 2007: 1-25) mengemukakan pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Namun secara filsafat, bidang studi ini memiliki objek kajian ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and right of citizen) (Martati, 2010: 16). Winataputra dan Budimansyah (dalam Martati, 2010: 35), sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, maka pendidikan kewarganegaraan dikatakan sebagai pendidikan kebangsaan atau karakter bangsa.

PKn merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor value-based education (Martati, 2010: 36). Dengan demikian pembelajaran PKn memuat sarat afektif namun dilaksanakan secara kognitif sebagai jawaban untuk mengatasi persoalan siswa sejak dini khususnya menyangkut perilaku dan moral yang menjadi tanggung jawab seluruh bangsa. 2.3.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Depdiknas (dalam Martati, 2010: 41) mengemukakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa tujuan, salah satunya yakni berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya. Terkait dengan mata pelajaran PKn yang merupakan pendidikan nilai, dan nasionalisme, rasa mencintai negara dan bangsa diwujudkan oleh setiap warga negara dari setiap unsur politik yang berbeda untuk mencapai tujuan yaitu membangun harga diri dan cinta bangsa (Martati, 2010: 43). Berdasarkan penyataan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diantaranya ialah untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Indonesia yang berakhlaq mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab. Sesuai dengan materi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu mendidik siswa untuk menjadi pribadi yang memiliki nilai, memahami norma dan memiliki moral yang baik.

2.4. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VB SDN 01 Metro Utara.