I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

I. PENDAHULUAN. Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu, beban moral yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

I. PENDAHULUAN. individu sering melupakan bahkan mempertanyakan nilai-nilai yang ada dalam

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

1. PENDAHULUNAN. Kedaulatan berada di tangan raknyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun non fisik sangat diperlukan partisipasi masyarakat, terlebih lagi. pemuda sebagai bagian masyarakat yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

I. PENDAHULUAN. Kemandirian dan tanggung jawab merupakan pilar penting bagi terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki harapan yang besar agar pada masa yang akan datang para pemuda dapat

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat desa baik sebagai kesatuan kelompok maupun individu, merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pembangunan karena secara prinsip penyelenggaraan pembangunan ditujukan guna memajukan desa tersebut. Disamping itu, adanya partisipasi masyarakat didasarkan pada pertimbangan :Bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang melaksanakanya melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang yang akan memegang tumpuk pimpinan untuk masa depan berikutnya. Dalam kehidupan suatu bangsa peranan generasi pemuda sangat penting. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menghayati, memahami, serta mengamalkan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa. Generasi pemuda Indonesia sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab nasional untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran kaum muda sebagai suatu bangsa yang berdasarkan pada pancasila dan UUD1945, serta berpedoman pada haluan negara dengan ikut mengisi kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan

2 bangsa dan mempercepat pembangunan nasional demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi pemuda dalam pembangunan berarti memberikan kesempatan pada pemuda untuk memenuhi berbagai keinginan dan harapan-harapanya. Pembangunan merupaka masalah bersama dimana diperlukan peran aktif masyarakat terutama pemuda. Partisipasi pemuda dalam pembangunan berarti telah ikut serta dalam mengembangkan keterampilan dalam kehidupan kelompok dimana terpupuk rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama. Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karena pemuda sebagai harapan bangsa. Pemuda yang dimaksudkan disini adalah pemuda yang berusia 18-30 tahun, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Kaum muda yang dianggap insani dan ahli waris serta penerus cita-cita bangsa, perlu mempersiapkan diri menjadi kader bangsa agar tetap menjadi generasi muda yang rasial, berbudi pekerti luhur memiliki keterampilan serta beranggung jawab demi masa depan. Membentuk suatu pembangunan bukan hanya peningkatan sumber daya manusia yang dapat diperoleh melalui latihan dan pendidikan serta penguasaan iptek melalui bangku pendidikan. Sebaiknya jangan sampai lupa memperhitungkan bahwa sebelum memasuki pendidikan perlu disiapkan pembinaan sikap mental

3 yang bersifat mendasar yang harus dimulai pada masa kanak-kanak didalam lingkungan keluarga. Sikap mental yang benar itu nantinya yang menjadi alat untuk menggali sumber daya yang ada dalam tubuh anak-anak serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesungguhnya yang ditingkatkan itu bukanya sumbernya melainkan daya yang ada dalam diri. Dengan demikian, berarti sumber daya itu telah tersedia dan tersimpan pada setiap orang. Beberapa besarnya yang tersimpan itu, baik secara individu maupun kolektif tidak dapat diketahui, tidak dapat diragukan lagi bahwa kekuatan daya itu amat besar sekali dan terus berkembang. Setiap manusia memiliki potensi yang besar dan tidak terlihat, sehingga sehingga masih banyak dari manusia itu sendiri kurang menyadari potensi potensi yang dimilikinya dan masih perlu digali. Potensi mempunyai rangkaian yang erat dengan pembangunan karena dengan penggalian pemanfaatan dari potensi ini oleh pemuda dengan bimbingan aparat desa maka tahap demi tahap pembangunan menunjukan hasil-hasil positif bagi pemuda dan dengan adanya potensi manusia dapat menghasilkan suatu karya dan ketrampilan yang dapat memajukan pembangunan. Bangsa Indonesia selalu menekankan pentingnya asas pemerintahan dalam langkah-langkah pembangunan, namun dalam realisasinya masih tersendat-sendat. Keadaan seperti ini menuntut adanya keterampilan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada di desa, dengan demikian akan terbentuk lapangan kerja. Pengembangan sumber daya alam setempat dapat juga dilakukan dengan memberi nilai tambah pada sesuatu yang tadinya tidak berharga. Hal ini hanya

4 bisa dilakukan jika pengetahuan, keterampilan dan kepekaan memadai atau dengan kata lain pengembangan sumber daya alam membutuhkan perlunya pengembangan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya sangat ditentukan oleh sikap mental manusia jadi jelasnya bahwa kualitas sumber daya tidak hanya ditentukan oleh keahlian seseorang saja. Program-program pembangunan desa hendaknya program yang mencerminkan kebutuhan dan kepentingan bersama, jangan sampai program pembangunan hanya mendukung kepentingan minoritas tertentu saja program-program yang dikehendaki oleh masyarakat akan memicu semangat ikut serta dalam kegiatan pembangunan tersebut, tetapi sebaliknya program pembangunan yang tidak dikehendaki oleh rakyat dapat menimbulkan perilaku memusuhi, menumbuhkan sikap acuh tak acuh, sikap membiarkan kerusakan-kerusakan pada bangunan yang dibangun. Perilaku sikap mental yang dilahirkan dapat dilihat seketika. Tetapi, keadaan atau kualitas dari mental itu sendiri tersimpan dalam diri manusia. Kualitas mental hanya dapat ditentukan dengan bukti-bukti nyata kadang-kadang memakan waktu yang cukup panjang untuk sampai pada suatu pemberian nilai yang disebut nilai mentalitas atau nilai manusianya. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik sedangkan, sikap dalam bentuk non fisik yang sering juga disebut mentalitas merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan yang mengendalikan setiap tindakan. Secara sederhana bahwa mentalitas atau sikap mental itu searah atau tidak searahnya perbuatan seseorang dengan hati nuraninya. Pembangunan non fisik merupakan suatu bentuk realisasi yang dilakukan pemuda dalam waktu yang akan datang. Pembangunan non fisik dapat direalisasikan

5 dalam partisipasi dalam setiap kegiatan di desa misalnya partisipasi dalam penyuluhan, pertanian, perikanan, kesehatan, dan partisipasi dalam musyawarah dalam pembangunan yang ada di desa. Manfaat dalam partisipasi dalam pembangunan non fisik sebenarnya dirasakan oleh pemuda itu sendiri tetapi para pemuda kurang menyadarinya. Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang tua/guru, kecanduan narkotika, keterbatasan lapangan kerja dan adanya sikap mental yang statis, pasif, suka bermalas-malasan, kurang disiplin, kurangnya inisiatif serta ide-ide untuk meningkatkan hasil karya dengan cara kerja atau sarana kerja yang efektif dan efisien. Seperti yang terjadi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. Pemuda yang ada di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah sikap mental dalam pembangunan dapat digolongkan statis dan pasif berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 oktober 20011. Partisipasi pemuda dalam kegiatan-kegiatan non fisik yang ada di desa masih dirasakan kurang, misalnya kurangnya partisipasi dalam musyawarah dalam pembangunan fisik dan kurangnya partisipasi dalam organsasi karang taruna dan risma.

6 Dalam pembangunan yang diadakan oleh pihak pemerintah pusat yang bekerjasama dengan aparat desa, dimana dalam kegiatan tersebut melibatkan pemuda seperti penyuluhan pertanian dan perikanan karena sebagian penduduk di desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah adalah petani dan dalam kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut. Pemuda mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk ikut serta dalam berpartisipasi dalam pembangunan di desa. Sebagai generasi bangsa yang mampu memberikan ide-ide kreatif dan inovatif untuk dapat memajukan pembangunan di desa dalam bentuk fisik maupun non fisik. Tetapi faktanya masih kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik diselenggarakan demi meajukan pembangunan desa. banyak kegiatan yang Untuk lebih jelasnya kurangnya partisipasi pemuda dapat dilihat pada tabel di bawah ini

7 Tabel 1. Presentase kurangnya partisipasi pemuda dalam kegiatan pembangunan non fisik di Desa Kelirejo Lampung Tengah Tahun 2011 NO Pembangunan non fisik I II III Pemuda yang non aktif Pemuda yang aktif Pemuda yang ada di desa kalirejo 1. Musyawarah - Kerja bakti 15 337 352 2 3 Karang taruna Risma 26 20 326 332 352 352 Sunber : Dokumentasi Kantor Kepala Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di desa tersebut. Di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah jumlah pemuda adalah 352 orang, pemuda yang berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah dalam pembagunan desa berjumlah 15 orang, yang berpartisipasi dalam karang taruna berjumlah 26 orang, yang berpartisipasi dalam risma berjumlah 20 orang. Dapat disimpulkan bahwa faktor intern dan faktor ekstern menjadi penyebab rendahnya partisipasi pemuda di desa tersebut. Faktor intern yang berasal dari dalam diri pemuda tersebut yaitu tingkat kemampuan dan kemauan pemuda dalam pembangunan non fisik masih rendah, sedangkan faktor ektern yaitu tingkat inisiatif kepemimpinan di desa masih rendah sehingga kurang mampu mendorong pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan non fisik. Disamping itu partisipasi rakyat yang disebabkan oleh jauhnya desa dari pusat adminitrasi pembangunan yang juga rendah.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya kemampuan dan kemauan pemuda untuk berpartisipasi dalam pembangunan non fisik. 2. Rendahnya tingkat inisiatif pemimpin desa dalam mendorong pemuda dalam pembangunan non fisik. 3. Kurangnya pembinaan dan dorongan aparat desa untuk mengikutsertakan pemuda berpartisipasi. 4. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pemuda. 5. Kurangnya kesadaran pemuda dalam kegiatan pembangunan non fisik. 6. Kuranganya sosialisi pemerintah desa tentang pentingnya pembangunan non fisik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalahan pada faktor-faktor kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di Desa Kalirejo Lampung Tengah. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

9 kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di Desa Kalirejo Lampung Tengah E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Secara Teoretis 1. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan yang berada pada lingkup kajian pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji masalah hak dan kewajiban generasi muda sebagai warga negara. b. Secara Praktis 1. Secara praktis kegunaan penelitian ini yaitu memberikan dorongan kepada pemuda untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan pembangunan non fisik di desa dan Menumbuhkan sikap positif bagi pemuda terhadap partisipasi pembangunan nasional serta memiliki pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan. 2. Sebagai salah satu referensi atau sumber pustaka bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lanjut, baik dari praktisi pendidikan tentang

10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pemuda dalam kegiatan non fisik di Desa Kalirejo Lampung Tengah F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya Pendidikan dan Kewarganegaran yang berkaitan dengan Hak dan Kewajiban Generasi Muda sebagai Warga Negara. 2. Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pemuda terhadap pembangunan non fisik di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek penelitan ini adalah pemuda yang ada di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah 4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah. 5. Ruang Lingkup Waktu Ruang Lingkup waktu penelitian adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai selesai penelitian ini.

11