TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Penanaman Padi Gogo Pertanian Organik

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON DUA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP PUPUK DAN RESIDUNYA DALAM SISTEM BUDIDAYA ORGANIK BASO DAENG

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, meskipun sebagai bahan makanan pokok,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae)

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Mutiara Dewi P. Pertemuan 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

Budidaya Tumbuhan Obat. Ilmu Bahan Alam Pertemuan 2 Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Penanaman Padi Gogo Secara umum presentasi pengembangan tanaman padi di Indonesia adalah padi sawah 63 %, padi gogo 14 %, padi rawa 3 % dan padi tadah hujan 20 % (Prasetyo 2003). Padi gogo sendiri umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Setelah panen, dilanjutkan dengan penanaman palawija atau kacang-kacangan. Saat ini budidaya padi gogo tengah mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan program pemberdayaan lahan kering. Sehubungan dengan program tersebut di atas, pemerintah telah melepas beberapa varietas padi gogo unggul seperti Limboto dan Situ Patenggang. Varietas ini diketahui memiliki kelebihan yaitu tahan blas, berumur genjah, toleran terhadap naungan dan kekeringan serta memiliki potensi hasil tinggi. Kelebihan tersebut memungkinkan pengembangan padi gogo dapat dioptimalkan pada lahan kering terbuka maupun ternaungi. Prasetyo (2003) menyatakan bahwa upaya optimalisasi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan padi gogo memiliki beberapa nilai positif, di antaranya : 1. Secara nasional ikut andil dalam mempertahankan swasembada beras maupun dalam upaya pencapaian swasembada berkelanjutan. 2. Petani akan mendapatkan tambahan pendapatan. 3. Padi gogo yang dibudidayakan sebagai tanaman sela pada areal pertanaman komoditi perkebunan, akan memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan. 4. Konservasi tanah setempat akan terjaga karena dapat mencegah erosi serta memperbaiki kondisi fisik maupun kimia tanah. Pertanian Organik Konsep pertanian organik muncul sebagai terobosan dalam upaya melakukan perbaikan terhadap fenomena kerusakan tanah dan lingkungan yang terjadi dimana-mana. Beberapa pemikiran bahkan menganggap pertanian organik merupakan suatu sistem terpadu yang mengarah pada pertanian berkelanjutan

(Rigby & Caceres 2001). Daya dukung lingkungan terhadap agroekosistem dalam jangka waktu panjang (long term sustainable agriculture) menjadi perhatian utama dalam sistem pertanian organik. Perlu diakui bahwa kehadiran revolusi hijau sangat berjasa bagi kehidupan manusia, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hadirnya revolusi hijau ini ditandai dengan adanya aktivitas pemuliaan tanaman, pemupukan serta pemberantasan hama secara intensif. Kemajuan bioteknologi memberi kesempatan bagi para pemulia tanaman dalam menciptakan berbagai tanaman hibrida. Pada bidang pemupukan, muncul berbagai pupuk kimia buatan yang dapat memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman secara lengkap dan cepat. Selanjutnya dalam hal pemberantasan hama dan penyakit tanaman, ditemukan pestisida yang sangat efektif memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hanya saja, program yang baik ini nyatanya diikuti pula oleh bencana yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Terdapat beberapa kelemahan sebagai dampak pelaksanaan revolusi hijau. Kemajuan teknologi pemuliaan tanaman memberikan ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Penanaman varietas hibrida secara besar-besaran, menyebabkan banyak jenis tanaman lokal yang tersingkirkan, kurang diperhatikan, bahkan punah. Pupuk kimia semakin gencar diaplikasikan karena memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan tanaman. Akhirnya, diketahui juga bahwa pupuk kimia dapat menyebabkan kerusakan pada tanah. Struktur tanah yang secara alami remah dapat berubah menjadi liat dan keras secara simultan. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman menggunakan pestisida memang sangat efektif. Penggunaan pestisida secara terus-menerus justru hanya akan menimbulkan resistensi pada hama sasaran sehingga akan semakin sulit dibasmi. Penemuan DDT (dichloro diphenil trichloroptane) justru menimbulkan dampak negatif yang lebih besar bagi manusia. Tanah yang tercemar residu pestisida dapat mematikan jasad renik dalam tanah yang berguna bagi kesuburan tanah. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida juga dapat meracuni manusia setelah terjadi kontak, terhirup saat pengaplikasiannya. Berbagai penyakit kanker

pada manusia diketahui disebabkan karena adanya akumulasi residu bahan organik dalam tubuh (Andoko 2002). Kesadaran akan pentingnya sistem pertanian organik yang ramah lingkungan dipicu oleh semakin memburuknya keadaan lingkungan dan penurunan daya dukung lahan terhadap produksi pertanian. Penggunaan bahan kimia yang tinggi dalam proses produksi pertanian menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan dan degradasi lahan. Pertanian organik dengan mengandalkan penggunaan pupuk organik sebenarnya merupakan sistem budidaya yang lebih dulu dikenal petani. Menurut Rachman et al. (2008), sebelum tahun 1950an penggunaan pupuk organik pada areal pertanaman sangat tinggi. Setelah tahun 1960an, penggunaan pupuk anorganik justru lebih mendominasi, bahkan peran pupuk organik seakan terabaikan. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya produksi pupuk anorganik dan semakin berkembangnya varietas unggul yang lebih responsif terhadap pupuk anorganik. Banyak hasil penelitian telah menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK saja tidak dapat mempertahankan produktivitas pada sistem pertanaman intensif secara berkepanjangan (Yaduvanshi 2003; Jiang et al. 2008). Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan sifat fisik tanah (Li & Zhang 2007; Mandal et al. 2003), kesuburan tanah dan produksi tanaman (Yang et al. 2008; Mandal et al. 2003; Li & Zhang 2007; Manna et al 2007). Menurut Sugiyanta (2007), teknologi produksi tanaman padi sejak tahun 2000 dirancang dengan prinsip penghematan dalam sarana produksi, ramah lingkungan tetapi tetap memperhatikan peningkatan produksinya. Kesemuanya ini dilakukan dalam rangka mencari solusi yang tepat untuk menanggulangi akibat buruk yang timbul sejak dilakukannya revolusi hijau. Suriadikarta dan Simanungkalit (2008) menyatakan bahwa tumbuhnya kesadaran tentang dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan, menyebabkan sebagian kecil petani mulai beralih dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik. Di Indonesia, pertanian organik semakin mencuat seiring dengan terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 yang mengakibatkan kenaikan harga yang sangat

signifikan untuk beberapa harga sarana produksi. Harga-harga sarana produksi melampaui ambang ekonomis bagi suatu kegiatan produksi pertanian. Akibatnya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia yang mahal melainkan hanya menggunakan pupuk kandang atau kompos. Penanganan serangan hama dilakukan menggunakan berbagai ramuan alam yang diyakini dapat mengusir bahkan mematikan hama tersebut (Andoko 2002). Pupuk Organik Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara dalam upaya meningkatkan kualitas tanah. Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan tanah yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah serta memperbaiki kesehatan tanah (Swift & Sanchez 1984). Peranan bahan organik dengan hasil akhir dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah, kesuburan kimiawi serta kesuburan biologis tanah. Peranan bahan organik dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah adalah dengan mengurangi plastisitas dan kelekatan serta memperbaiki aerasi tanah. Humus juga menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap sehingga penyerapan panas meningkat (Syukur 2005). Fungsi bahan organik dalam meningkatkan kesuburan kimiawi adalah pengikatan atau penyerapan ion lebih besar, meningkatkan kapasitas tukar kation. Misel mengandung muatan negatif dari gugus COOH dan OH yang memungkinkan pertukaran kation meningkat. Secara kimiawi, bahan organik dapat juga mengurangi kehilangan unsur hara akibat pelindian. Bahan organik mampu mengikat ion dan immobilisasi N, P dan S (Schnitzer 1991). Pengaruh bahan organik bagi kesuburan biologis tanah adalah untuk membentuk jaringan tubuh mikroorganisme dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah dan akan berdampak pada peningkatan unsur hara (Widiana 1994).

Kandungan bahan organik merupakan kunci utama bagi kesuburan kesehatan tanah (Rachman et al. 2008). Kadar bahan organik yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah sekitar 3-5 %, sedangkan pada banyak lahan pertanian di Indonesia (lahan kering maupun sawah) memiliki kadar bahan organik <1% (Adiningsih 2005). Penambahan bahan organik ke dalam lahan pertanian akan memberikan nilai yang besar pada peningkatan kesuburan tanah. Pemanfaatan limbah pertanian adalah prinsip utama dari sistem pertanian organik yang didasarkan pada tiga pilar praktis yaitu (1) pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk organik, (2) penghilangan pupuk dan pestisida kimia sintetis, (3) penggunaan energi yang lebih rendah (Flierbach et al. 2007). Produksi tanaman yang tinggi dan berkelanjutan akan berhubungan dengan tanah yang memiliki sifat fisik, sifat kimia, dan biologi yang baik, yang merupakan fungsi utama dari bahan organik (Zeng et al. 1999; Jiang et al. 2008). Pupuk Kandang Pupuk kandang memiliki sifat alami tidak merusak tanah, menyediakan unsur hara makro (N, P, K, Ca dan S) serta unsur mikro (Santoso et al. 2004 ; Musnawar 2005). Selain itu, pupuk kandang juga berfungsi untuk meningkatkan daya pegang air tanah, meningkatkan aktivitas mikrobiologi, meningkatkan nilai kapasitas tukar kation serta memperbaiki struktur tanah (Santoso et al. 2004). Unsur P kebanyakan dijumpai pada kotoran padat, sedangkan unsur N dan K dijumpai pada kotoran cairnya (Musnawar 2005). Kotoran unggas (ayam) termasuk salah satu sumber pupuk kandang yang umum digunakan petani (Lingga 1991). Dibandingkan bahan organik lain, pupuk kandang kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi yaitu 2.6 % N, 2.9 % P, dan 3.4 % K (Santoso et al. 2004). Budidaya tanaman kedelai secara organik menggunakan pupuk kandang kotoran ayam terbukti menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan penggunaan pupuk hijau, budidaya konvensional maupun budidaya organik tanpa pupuk (Kurniasih 2006).

Pupuk Hijau Pupuk hijau merupakan jenis pupuk organik tertua dalam sistem budidaya pertanian. Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman yang didekomposisikan dengan cara dibenamkan dalam tanah atau dibiarkan membusuk sebelum digunakan (FFTC 1995). Tanaman legum banyak digunakan sebagai bahan pupuk hijau karena memiliki kandungan unsur hara (terutaman nitrogen) serta kemampuan dekomposisinya jauh lebih baik dibandingkan jenis tanaman lain. Tanaman jenis non-legum seperti sisa tanaman jagung, ubi-ubian, jerami padi dan lain-lain dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau. Walaupun memiliki kandungan nitrogen yang rendah, tanaman non-legum di atas memiliki kandungan unsur kalium relatif tinggi. Palm et al. (2001) secara tegas membagi tanaman sumber pupuk hijau ke dalam dua kategori berdasarkan kandungan bahan. Tanaman dikategorikan kualitas tinggi bila mengandung nitrogen sedikitnya 2.5 % ; lignin <15% ; dan polifenol <4%. Sumber pupuk hijau yang tergolong kualitas rendah adalah bahan dengan kandungan nitrogen <2,5% dengan kandungan lignin dan polifenol yang tinggi. Tingginya kandungan lignin dan polifenol dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi nitrogen sebelum dekomposisi. Sumber pupuk hijau yang relatif mudah ditemukan adalah adalah tanaman pagar kebun dan penutup tanah. Keberadaannya yang kurang dimanfaatkan menyebabkan tanaman ini tumbuh liar dan subur. Jiang et al. (2008) menyatakan bahwa residu tanaman adalah sumber karbon organik untuk mikroorganisme tanah dan juga berkontribusi terhadap nutrisi tanaman (Jiang et al 2008). Tithonia diversifolia mampu mengambil sejumlah besar P dari dalam tanah dan menyimpannya dalam biomass pohonnya. Pemberian hijauan T. diversifolia sebagai pupuk juga dapat meningkatkan kandungan P dalam tanah (Pypers et al. 2005). Cong (2000) menyatakan bahwa Tithonia diversifolia merupakan tanaman semak yang memiliki biomass dan kandungan hara tinggi. Nisbah C/N tanaman ini cukup rendah (8 8,5) sehingga lebih cepat terdekomposisi. Tanaman ini juga memiliki fraksi terlarut bahan organik yang tinggi dengan kandungan lignin yang

rendah (6.5%). Menurut Jama et al. (2000), daun Tithonia diversifolia mengandung unsur hara yang cukup tinggi yaitu 3.5 % N ; 0.37 % P serta 4.1 % K dari bobot kering daun. Biomass tithonia juga diketahui cepat terurai (terdekomposisi) setelah diaplikasikan ke dalam tanah sehingga sangat efektif sebagai sumber NPK bagi tanaman yang dibudidayakan. Residu Pupuk Organik Salah satu kelebihan penggunaan pupuk organik adalah dalam hal residu yang ditinggalkan pupuk tersebut. Residu pupuk organik merupakan sisa pelapukan bahan organik yang belum dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga masih dapat dimanfaatkan pada musim penanaman berikutnya. Residu pupuk organik diketahui tidak berbahaya bagi tanaman dan lingkungan. Pupuk organik melakukan pelepasan unsur hara ke dalam tanah, dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi bahannya. Hal ini menyebabkan terjadinya pelepasan hara secara perlahan. Pada saat tanaman dipanen, kemungkinan masih terdapat residu pupuk organik yang juga mengandung unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bukti kontribusi residu pupuk organik pada peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Kariada & Aribawa (2006) menyatakan bahwa kadar residu pupuk organik yang semakin tinggi dapat memberikan hasil padi yang semakin meningkat pula. Semakin banyak pupuk organik yang diberikan atau semakin tinggi dosis pupuk organik berarti semakin banyak kadar hara yang akan dihasilkan dari hasil mineralisasi pupuk organik yang dapat diserap oleh tanaman padi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi. Melati & Widiyanti (2009) menyatakan bahwa residu pupuk kandang sapi diketahui berpengaruh nyata pada bobot kering bintil akar, bobot basah polong hampa/petak serta bobot basah 100 biji kedelai. Interaksinya dengan residu pupuk guano berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah daun, kemampuan dalam menekan serangan hama dan penyakit serta berpotensi meningkatkan bobot kering bintil akar dan bobot basah 100 biji kedelai.

Ramadhani (2011) menyatakan bahwa tanaman kedelai memberikan respon yang berbeda akibat pemberian pupuk organik dalam dua musim tanam pada sistem budidaya jenuh air. Respon tanaman yang baik masih ditunjukkan pada musim tanam ke-dua sebagai akibat masih adanya pengaruh residu pupuk organik musim pertama. Hal ini menegaskan bahwa dengan adanya residu pupuk organik yang terkandung di dalam tanah, maka penambahan pupuk organik pada musim tanam kedua cukup diberikan sebanyak 50 % dari dosis pupuk organik yang diberikan pada musim pertama. Lao et al. (2003) menyatakan bahwa aplikasi jerami dan pupuk kimia pada tanah flouvo-aguic dapat meningkatkan kesuburan tanah selama 15 tahun. Xu et al. (2006) menambahkan bahwa penggunaan jerami tidak hanya mampu meningkatkan hasil panen, tetapi juga mampu meningkatkan properti fisik dan kimia tanah. Keberhasilan sistem budidaya yang diintegrasikan dengan pemberian sisa tanaman menunjukkan pengaruh residu bahan organik terhadap peningkatan nutrisi tanah. Selain itu, pemupukan yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan perlu diperhatikan agar produksi pertanian menjadi lebih baik.