BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

Analysis of Source and Uses of Zakat Fund That Influencing of Community Empowerment (Case Study In Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

SEMINAR NASIONAL ZAKAT. Potensi Pengoperasian ZAKAT Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 8 Desember 2016 Dr. Zainulbahar Noor, Wakil Ketua BAZNAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi dan sosial yang baik tanpa bergantung kepada orang lain.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu Negara ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya harus mengupayakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Keberadaan Indonesia sebagai Negara berkembang tidak terlepas dari banyaknya permasalahan di bidang ekonomi. Salah satu permasalahan yang nyata dan fundamental adalah masalah kemiskinan dan disparitas distribusi pendapatan. Untuk kasus Indonesia jumlah penduduk miskin yang didata Departeman Sosial pada tahun 2000 adalah sebesar 40% dari penduduk Indonesia. Menko Kesra menargetkan dari 19% jumlah penduduk miskin akan turun menjadi 14% di tahun 2004. Namun dalam sebuah seminar Peta Penduduk Miskin di Indonesia di Jakarta (2004), Ketua Tim Pemetaan Kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) Dr. Dedi Walujadi mengatakan, 42,8 juta jiwa atau 20% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2004 yang sebanyak 214 juta jiwa, jumlahnya akan terancam kian membengkak menjadi 37%. Padahal, tahun 2003 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 37,3 juta jiwa. Pada tahun 2006, BPS melaporkan, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret mencapai 39,05 juta (17,75 persen) atau meningkat sebesar 3,95 juta dari data tahun sebelumnya. Data kemiskinan agregat itu dihitung menggunakan data SUSENAS dengan metode estimasi nilai konsumsi makanan (setara 2.100 kilo kalori per hari) dan kebutuhan dasar non makanan yang selanjutnya disebut

garis kemiskinan. Di lain pihak, Bank Dunia menyatakan bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai 49,5 persen, Bank Dunia menggunakan standar penghasilan USD 2 per hari (Mufraini, 2006:130). Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik tercatat penduduk Indonesia yang tergolong penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang (12,36 persen), turun 0,13 juta orang (0,13 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Meskipun jumlah penduduk miskin terus menurun dari tahun ke tahun tapi jumlah tersebut masih tergolong besar mengingat Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia (BPS, 2011). Untuk membantu masyarakat yang kurang mampu telah hadir lembaga pengelola zakat, seperti badan amil zakat yang memberikan bantuan berupa ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah). Berkaitan dengan ZIS, terutama zakat, badan amil zakat tidak hanya menyalurkan zakat konsumtif tapi juga menyalurkan zakat produktif untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para mustahiq. Perkembangan zakat di Indonesia dalam satu dekade terakhir sangat menggembirakan baik dari sisi penghimpunan maupun pendayagunaan. Zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang berhasil dikelola menunjukkan tren peningkatan yang sangat signifikan dari waktu ke waktu. Tren serupa juga tercatat dalam hal penyaluran dan pendayagunaan ZISWAF. IZDR (Internasional Zakat and Development Report) mencatat terdapat peningkatan yang signifikan dalam penyaluran dana ZISWAF, dari sekitar 42 miliar rupiah pada tahum 2004 menjadi sekitar 226 miliar pada tahun 2008, atau pertumbuhan rata-rata sepanjang periode 2004-2008 mencapai 67,2% per tahun.

Menurut PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center), dalam rilis hasil surveinya mengatakan potensi zakat di Indonesia yang populasinya sekitar 87 persen muslim, sangat besar hingga mencapai 9,09 triliun rupiah pada tahun 2007. Potensi ini meningkat 4,46 triliun dibanding tahun 2004 yang potensinya hanya sebesar 4,45 triliun (www.imz.or.id). Berbeda dengan PIRAC, Alfath mengatakan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 20 triliun per tahun. Namun dari jumlah itu yang tergali baru Rp 500 miliar per tahun (berdasarkan asumsi tahun 2006). Adimawan A. Karim dan A. Azhar Syarief mengemukakan bahwa berapapun nilainya seperti disebutkan di atas, yang pasti itu bukanlah angka yang kecil. Jika semua dana itu terkumpul dan dikelola lembaga yang professional dalam sistem penyaluran yang baik maka bisa dibayangkan besarnya manfaat yang diperoleh masyarakat kurang mampu agar bisa bangkit dari keterpurukannya. Yang mulanya sebagai mustahiq dalam beberapa tahun mungkin saja bisa berubah menjadi muzakki (www.imz.or.id). Zakat merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat islam yang mampu atau telah mencapai nisab dalam hartanya. Secara konsep zakat merupakan sebuah hubungan yang vertikal sekaligus horizontal. Dalam hubungan horizontal, tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang telah permanen yaitu mengentaskan kemiskinan (Qadir, 2001:65). Pendistribusian ZIS terutama zakat kini telah berkembang, dari awalnya hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan (konsumtif) saat ini sudah sampai pada zakat sebagai sumber dana produktif yang dapat mendongkrak perekonomian lebih jauh lagi. Di Indonesia sendiri dana produktif disahkan MUI pada tahun 1982. Juga diperkuat dengan adanya keterangan mengenai zakat

yang dikumpulkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) bisa diberikan secara konsumtif untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan bisa pula secara produktif meningkatkan usaha yang dilakukan oleh para mustahiq (Hafidhudin, 2002). Zakat memiliki peranan yang sangat startegis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Ridwan (2005:189-190) menyatakan bahwa nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: (1) Zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. (2) Sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat tidak akan pernah habis dan yang telah membayar zakat setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. (3) Zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi asset dan pemerataan pembangunan. Dalam pelaksanaan akuntansi zakat, diatur dalam PSAK 109 tentang akuntansi untuk lembaga amil zakat/infaq dan shadaqah. Dengan telah diterbitkannya PSAK 109 tersebut diharapkan pengelolaan zakat/infaq dan shadaqah akan lebih transparan dan mencapai sasaran, sesuai dengan tuntutan syariah. Saat ini sudah banyak lembaga amil zakat di tengah-tengah masyarakat untuk membantu mengumpulkan zakat dari para muzakki untuk disalurkan kepada mustahiq. Salah satunya adalah Badan Amil Zakat yang merupakan lembaga amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah guna mengelola zakat masyarakat dari tingkat pusat (nasional) sampai tingkat kecamatan. BAZ mendapat dukungan penuh dari pemerintah baik dari pembiayaan operasional, maupun teknis pengelolaan zakat itu sendiri. Sementara itu di lain sisi terdapat Lembaga Amil Zakat (LAZ), di mana dalam perundang-undangan merupakan

lembaga pelayanan zakat yang dibentuk masyarakat secara swadaya (lepas dari campur tangan pemerintah). Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas perkembangan zakat untuk pemberdayaan mustahiq dirasakan masih belum optimal hal ini dilihat dari hasil pengumpulan yang secara kuantitas dan kualitas masih sangat kecil dibandingkan dari potensi zakat yang sangat besar. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti apakah hal yang sama juga terjadi pada Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1). Bagaimana pengelolaan dana zakat pada Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng 2). Bagaimana pendayagunaan dana zakat yang diberikan Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng terhadap pemberdayaan mustahiq? 1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah : 1). Untuk mengetahui pengelolaan dana zakat pada Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng 2). Untuk mengetahui pendayagunaan dana zakat yang diberikan Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng terhadap pemberdayaan mustahiq.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1). Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan bagi akademisi mengenai optimimalisasi dana zakat untuk mensejahterahkan penerima zakat sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan praktek penyaluran secara benar dan baik. 2). Bagi Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi BAZDA Kabupaten Sopeng, yakni menjadi bahan masukan berupa informasi tentang penyaluran yang efektif sehingga dapat menentukan kebijakan kedepan bagi BAZNAS dan BAZDA Kabupaten Soppeng pada khususnya. 3). Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran mengenai sistem tata kelola Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Soppeng dengan harapan bisa menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Soppeng dalam menentukan regulasi tentang zakat yang kini sedang dalam masa pembahasan. 4). Pihak lain Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah untuk memberi informasi atau pengetahuan tentang penggunaan dana zakat, serta dapat memberi masukan dan referensi untuk mengambil keputusan mengenai penyaluran bagi orang yang mau menyalurkan dana zakatnya.

1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari beberapa bab atau bagian yaitu Bab I. Pendahuluan, Bab II. Tinjauan Pustaka, Bab III. Metode Penelitian, Bab IV. Hasil dan Pembahasan, dan Bab V. Penutup. Untuk masingmasing isi dari setiap bagian adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, serta tujuan dan kegunaan penelitian. BAB II: Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan teori-teori serta telaah pustaka yang berhubungan dengan permasalahan, kerangka pemikiran teoritis, serta hipotesis untuk memberikan dugaan sementara terhadap masalah yang dihadapi. BAB III: Metode Penelitian Bab metode penelitian akan dibahas mengenai definisi operasional variabel penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, serta teknik analisis data. BAB IV: Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis data penelitian secara deskripsi objek penelitian yaitu Badan Amil Zakat kotamakassar baik proses penyaluran dana kepada mutahik maupun penggunaan dana tersebut. BAB V: Penutup Bagian penutup akan disajikan kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih lanjut.