BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKSI PERSEROAN TERBATAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Oleh : Raffles, S.H., M.H.

Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda yaitu melakukan pengurusan dan menjalankan perwakilan perseroan Direksi yang mengurus dan mewakili

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Materi Minggu 6. Pengambil Keputusan Strategik: Manajer Strategik dan Corak Manajemen Strategik

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

BAB II BATASAN KRITERIA DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM MELAKSANAKAN DUTY OF LOYALTY DAN DUTY OF CARE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS. PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk.

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

BAB I PENDAHULUAN. dan harta kekayaan para pendiri atau pemegang sahamnya. 3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk


Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

Lex Privatum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. ("Perusahaan")

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

Eksistensi RUPS sebagai Organ Perseroan Terkait Dengan Pasal 91 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Oleh: Pahlefi 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN STATUS DAN JANGKA WAKTU MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terelakkan lagi, dimana Indonesia berada di tengah dan dalam kancah

Versi Final 1. RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

Pedoman Kerja. Dewan Komisaris. & Direksi. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Doktrin piercing the corporate veil ditransplantasi ke dalam sistem hukum

PT. Indo-Rama Synthetics Tbk ( Perseroan ) Pedoman Dewan Komisaris

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE. Hj. MUSKIBAH, SH. M.Hum.

TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN PRINSIP FIDUCIARY DUTIES DALAM PERSEROAN TERBATAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DIREKSI PERSEROAN TERBATAS A. Pengertian dan Kedudukan Direksi Pada Perseroan Terbatas Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta wakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 20 Pengaturan mengenai direksi diatur dalam Bab VII dari Pasal 92 sampai dengan Pasal 107 UUPT. Direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan. Direksi menurut UUPT merupakan satu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan Direktur (tunggal). Dalam hal perseroan memiliki lebih dari satu anggota direktur disebut direksi, maka salah satu anggota direksi tersebut diangkat sebagai Direktur Utama (Presiden Direktur). 21 Direksi atau pengurus perseroan adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan kegiatan perseroan dan mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Dengan kata lain, direksi mempunyai ruang lingkup tugas sebagai pengurus perseroan. Pengangkatan direksi dilakukan oleh RUPS, akan tetapi untuk pertama kali pengangkatannya dilakukan denga0n mencantumkan susunan dan nama anggota direksi di dalam akta pendiriannya. Beberapa Pakar dan Ilmuwan hukum merumuskan kedudukan direksi dalam perseroan sebagai gabungan dari dua macam persetujuan/perjanjian, yaitu : 22 1. Perjanjian pemberian kuasa, di satu sisi. 2. Perjanjian kerja/perburuhan, di sisi lainnya. 20 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Tentang Perseroan Terbatas. Pasal 1 21 Gunawan Wijaya, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma,Persekutuan Komanditer, PT, Hal 53 22 Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Kepailitan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002, Hal 106

Merumuskan kedudukan direksi dalam dua hubungan hukum bukan masalah, sepanjang kedua hubungan hukum tersebut dapat diterapkan secara konsisten dan sejalan. Dalam hubungan hukum yang dirumuskan untuk direksi di atas di satu sisi, direksi sebagai penerima kuasa dari perseroan untuk menjalankan perseroan sesuai dengan kepentingannya untuk mencapai tujuan perseroan sebagaimana telah digariskan dalam anggaran dasar perseroan, dan di sisi lain di perlakukan sebagai karyawan perseroan, dalam hubungan atasan dan bawahan dalam perjanjian perburuhan yang mana berarti direksi tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu yang bukan tugasnya. Di sinilah sifat pertanggung jawaban renteng dan pertanggung jawaban pribadi direksi menjadi sangat relevan, dalam hal direksi melakukan penyimpangan atas kuasa dan perintah perseroan untuk kepentingan perseroan. 23 Sedangkan syarat untuk menjadi anggota direksi menurut ketentuan Pasal 79 ayat (3) adalah : 24 Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan Seperti tersebut di atas bahwa tugas direksi adalah mengurus perseroan seperti tersebut di dalam penjelasan resmi dari Pasal 79 ayat (1) UUPT yang meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan, akan tetapi undang-undang tidak memberikan secara rinci seperti apakah pengurusan yang dimaksud. Dalam hukum di Negeri Belanda tindakan pengurusan yang bersifat sehari-hari yang merupakan perbuatan-perbuatan yang rutin yang dinamakan sebagai daden van behere 25 akan tetapi tugas tersebut dapat dilihat di dalam anggaran dasar yang umumnya berkisar pada hal : 1) Mengurus segala urusan. 2) Menguasai harta kekayaan perseroan. 23 Ibid., Hal 97-98. 24 Ibid., Pasal 79 ayat (3). 25 Rudi Prasetya, Maatschap, Firma dan Persekutuan Komanditer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, Hal 19.

3) Melakukan perbuatan seperti dimaksud dalam Pasal 1796 KUHPerdata yaitu : a. Memindah tangankan hipotik barang-barang tetap. b. Membebankan hipotik pada barang-barang tetap. c. Melakukan perbuatan lain mengenai hak milik. d. Mewakili perseroan di dalam dan di luar Pengadilan. 4) Dalam hal berhubungan dengan pihak ke-3, baik secara bersama-sama atau masing-masing mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. B. Tata Cara Pemilihan dan Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Tidak ada satu rumusan yang jelas dan pasti mengenai kedudukan direksi dalam suatu perseroan terbatas, yang jelas direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan. Pembicaraan mengenai pengangkatan direksi meliputi pokok-pokok yang berkenaan dengan jumlah direksi, syarat pengangkatan, pembagian tugas, metode pemilihan, gaji dan tunjangan, penggantian dan pemberhentian direksi. 26 Berapa banyaknya anggota direksi, digantungkan pada faktor kegiatan usaha yang dilakukannya dengan klasifikasi sebagai berikut. 27 1. Jumlah Direksi a. Perseroan yang bersifat umum, boleh 1 (satu) orang Berdasar Pasal 92 ayat (3), perseroan yang kegiatan usahanya bersifat umum boleh terdiri dari 1( satu) orang saja anggota direksinya, atau boleh lebih dari 1 (satu) orang b. Perseroan yang melakukan kegiatan usaha tertentu, minimal 2 (dua) orang Pasal 92 ayat (4) menentukan secara imperatif jumlah anggota direksi bagi perseroan tertentu, minimal atau paling sedikit 2 (dua) orang. Kedalamannya termasuk perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan: menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka. 2. Syarat Pengangkatan Dalam Pasal 93 UUPT Nomor 40 tahun 2007 disebutkan bahwa yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perorangan yang cakap melakukan 26 M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar grafika, Jakarta, 2009, Hal 352. 27 Ibid., Hal 350.

perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah: 28 a. Dinyatakan pailit b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan Persyaratan tentang kemampuan melaksanakan perbuatan hukum, tidak cukup orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan transaksi, melainkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya orang yang bersangkutan mampu mengelolah perseroan. Selain itu juga karakter atau watak seseorang sangat memperngaruhi dalam kepengurusan perseroan. Mengenai syarat tidak pernah dinyatakan pailit, ini dalam hubungannya dengan tingkat kepercayaan seseorang. Orang yang pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, itu karena yang bersangkutan dalam keadaan tidak mampu (berhenti) membayar utang-utangnya. Sesuai undang-undang kepailitan dengan adanya putusan pailit, sipailit tidak berhak lagi melakukan pengurusan terhadap harta bendanya, sebab yang pengurus adalah balai harta peninggalan selaku kurator agar barang-barang tidak disalah gunakan si pailit. 29 Kemudian tidak berbeda pula dengan anggota direksi atau komisaris yang pernah dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. Kalau ada anggota direksi atau komisaris pernah diperkarakan dan diputuskan oleh pengadilan bersalah seperti itu, dipandang reputasinya tidak baik dalam mengelola suatu perseroan. Orang tersebut dinilai tidak mampu mengurus perseroan, sehingga perseroan menjadi jatuh dan tidak mampu membayar utang. Anggota direksi atau komisaris yang dalam menjalankan tugasnya memiliki cacat yang mengakibatkan kerugian perseroan sebagaimana dimaksud, jelas tidak dapat untuk diangkat menjadi direksi baik dalam perseroan yang sama maupun 30 perseroan lain, karena diragukan kemampuannya untuk mengurus perseroan. 74 28 Op.Cit, Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 93 29 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, Djambatan, Jakarta, 1996, Hal 30 Ibid., Hal 75

Mengenai syarat tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara selama lima tahun sebelum pengangkatan. Bahwa tindak pidana yang merugikan keuangan negara misalnya kejahatan korupsi maupun penggelapan. Orang yang pernah dihukum karena kejahatan yang menyebabkan kerugian keuangan negara dapat menjadi catatan hitam bagi dunia usaha. Mantan terpidana tidak dapat diangkat menjadi anggota direksi, karena dikhawatirkan akan merugikan perseron dan merugikan negara pula. 31 Pengangkatan direksi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. 32 1. Diangkat oleh RUPS dengan suara terbanyak sebesar yang diatur dalam Anggaran Dasar perseroan 2. Diangkat oleh RUPS berdasarkan sistem penjatahan asalkan cara tersebut ditentukan dalam RUPS. Misalnya, setiap pemegang saham 20% (dua puluh persen) masing-masing mendapat jatah 1 (satu) orang direksi. 3. Diangkat dengan cara mencantumkan dalam anggran dasar. Dalam hal ini dilakukan terhadap direksi yang pertama kali (Lihat Pasal 94 UUPT). Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi, direksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud belum dilakukan, Menteri menolak setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan. Pemberitahuan tersebut tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh direksi baru atas pengangkatan dirinya sendiri. 33 Pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persayaratanpersyaratan di atas adalah batal demi hukum. Dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan komisaris wajib mengumumkan batalnya pengangkatan anggota direksi yang tidak 31 Ibid., Hal 76. 32 Munir Fuady. Pengantar Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, Hal 35. 33 Op.Cit. Pasal 94.

memenuhi persyaratan tersebut dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan. 34 3. Pembagian tugas direksi Pada prinsipnya ada 2 (dua) fungsi utama dari direksi suatu perseroan, yaitu sebagai berikut: a. Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin perusahaan, dan b. Fungsi representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan menyebabkan perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan untuk kepentingan perseroan. Apabila anggota direksi terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, harus dilakukan pembagian tugas dan wewenang pengurusan perseroan diantara anggota direksi tersebut. Menurut pasal 92 ayat (5), pembagian tugas dan wewenang dimaksud, ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Akan tetapi, apabila RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, ditetapkan berdasar keputusan direksi. Dengan demikian, kekuasaan untuk menetapkan pembagian tugas dan wewenang tersebut, dapat beralih dari RUPS kepada direksi. Hal itu untuk menghindari terjadinya ketidakpastian fungsi dan wewenang masing-masing anggota direksi. Dan menurut penjelasan pasal 92 ayat (6), direksi sebagai organ perseroan yang melakukan pengurusan perseroan, dianggap memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, 35 sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri. Dalam hal terjadinya benturan kepentingan dari Direksi maka anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila dilakukan oleh pihak ketiga 34 Ibid., Pasal 92 35 M Yahya Harahap. Op,Cit, Hal 353

sebagai agen dari perseroan. 36 Tugas mewakili perseroan di dalam atau di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 37 1. Terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; atau 2. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan. a. Dilakukan sendiri b. Dilakukan oleh pegawainya yang ditunjuk untuk itu c. Dilakukan oleh Komisaris jika Direksi berhalangan, sesuai ketentuan anggaran dasar. Tugas representasi di luar pengadilan adalah mewakili perseroan dalam menandatangani kontrak-kontrak, menghadao pejabat-pejabat negara untuk dan atas nama perseroan. Baik tugas representasi maupun tugas kepengurusan dari direksi adalah fenomena bagi tugas direksi dalam suatu sistem hukum yang modern, dimana tata cara pelaksanaannya bervariasi satu sama lain. Dalam hukum Jerman misalnya, tugas atau representasi dari Direksi ini dikenal dengan istilah Vertterungsmacht, sedangkan untuk kepengurusan dikenal dengan istilah Gescahfsfungrungsbefugnis. Dalam menjalankan tugas representasi maupun tugas kepengurusan seperti tersebut diatas, maka Direksi haruslah melakukan dengan cara-cara yang baik, layak dan beritikad baik. Dalam hal ini Direksi harus memperhatikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang bersumber dari: 38 1. Doktrin atau kaidah hukum perseroan yang berlaku universal 2. Perundang-undangan yang berlaku 3. Anggaran dasar perseroan 4. Kebiasaan dalam praktek untuk perusahaan sejenis. Tugas-tugas yang bersumber kepada perundang-undangan yang berlaku. sejauh merupakan hukum memaksa wajib dilakukan oleh direksi. Dalam hal ini, 39 pihak direksi dianggap bersalah jika terjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut: 1. Tidak melakukan yang diharuskan oleh perundang-undangan 2. Melakukan apa yang dilarang oleh perundang-undangan 36 I.G. Ray Wijaya, Hukum Perseroan Terbatas, Megapoint, Jakarta, 2002, Hal 75. 37 Munir fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal 58. 38 Ibid., Hal 61-62. 39 Ibid., Hal 62.

3. Melakukan secara tidak sempurna, yakni tidak seperti yang dipersyaratkan oleh perundang-undangan. 4. Gaji dan tunjangan direksi Pasal 96 dinyatakan besarnya gaji dan tunjangan direktur ditetapkan berdasarkan keputusan rups, dan untuk kewenangan ini oleh RUPS dapat dilimpahkan kepada dewan komisaris. 40 Dalam ketentuan tradisional, anggota direksi tidak mempunyai hak imbalan jasa atas pelayanan (service) yang diberikannya dalam mengurus perseroan. Pada masa yang lalu, anggota direksi pada umumnya adalah pemegang saham mayoritas yang akan mendapat kompensasi dalam bentuk dividen. Akan tetapi dalam hukum perseroan modern, praktik tradisional itu, tidak dapatditerapkan. Sebab pada umumnya dalam korporasi modern, kedudukan anggota Direksi bukan lagi disadarkan atas fakor pemegang atau kepemilikan saham dalam perseroan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang adalah keharusan memberi imbalan jasa atau kompensasi kepada anggota Direksi dan karena itu pada umumnya dalam anggaran dasar 41 perseron terdapat ketentuan yang mengatur gaji anggota Direksi. 5. Pemberhentian Direksi Sejalan dengan prinsip siapa yang berwenang mengangkat, dialah yang berwenang memberhentikannya. Karena anggota direksi diangkat oleh RUPS, maka yang berwenang memberhentikannya adalah RUPS pula. anggota direksi adalah menghentikan yang bersangkutan dari jabatan direksi sebelum masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar atau keputusan RUPS berakhir. UUPT 2007 memperkenalkan dua jenis pemberhentian anggota direksi (removal of directors). Pertama, pemberhentian sewaktu-waktu. Hal itu diatur 42 Pemberhentian 30. 40 Rudhi Prasetya. Teori dan Praktek Perseroam Terbatas, PT. Sinar Grafika, Jakarta, Hal 41 M. Yahya Harahap. Op.Cit, Hal 369. 42 Gatot Supramono. Op.Cit, Hal 85.

pada pasal 105. Kedua, pemberhentian sementara (schorshing, suspension) diatur pada pasal 106 UUPT 2007. 43 a. Pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Dengan demikian kedudukannya 44 sebagai anggota Direksi berakhir. b. Pemberhentian sementara 45 Pemberhentian sementara maksudnya: 1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara oleh RUPS atau oleh Komisaris dengan menyebutkan alasannya yang diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan, sehingga anggota Direksi yang bersangkutan tidak berwenang melakukan tugasnya. Mengingat pemberhentian hanya dapat dilakukan dalam RUPS yang memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, maka untuk kepentingan perseroan tidak dapat ditunggu sampai dilakukan RUPS. Oleh karena itu, wajar sebagai organ pengawas diberi kewenangan untuk melakukan pemberhentian sementara 2) Paling lambat tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara itu, harus dilakukan RUPS dan yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Panggilan RUPS harus dilakukan oleh organ perseroan yang memberhentikan sementara itu. 3) RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian tersebut atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. 4) Apabila dalam tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal. 5) Dalam anggaran dasar daitur ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi kosong, atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk sementara atau berhalangan. Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai, tata cara pengunduran diri anggota Direksi, tata cara pengisian jabatan anggota direksi yang lowong dam pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. 46 Biasanya seorang Direksi dapat diberhentikan, baik karena sebab tertentu (for cause) maupun tanpa menyebutkan alasan/sebab tertentu (no cause). Menurut 43 M. Yahya Harahap. Op.Cit, Hal 416. 44 I.G Ray Wijaya. Op.Cit, Hal 66. 45 Ibid., Hal 67. 46 Op.Cit, Hal 107.

UUPT, secara eksplisit menyatakan bahwa pemberhentian direksi (dalam hal ini RUPS) haruslah dengan menyebutkan alasannya dan harus pula kepada Direksi tersebut diberikan kebebasan untuk membela diri, pembelaan diri tersebut dilakukan dalam RUPS yang bersangkutan. Akan tetapi, meskipun pemberhentian direksi harus disertai dengan alasan tertentu, penilaian (judgment) terhadap alasan tersebut ada di tangan RUPS. Meskipun begitu, pihak direksi dapat mempersoalkannya ke pengadilan seandainya alasan pemberhentian dirinya sebagai direksi dapat pula berhenti dari jabatannya karena sebab-sebab sebagai berikut. 47 1) Masa jabatannya telah berakhir dan tidak lagi diangkat untuk masa jabatan berikutnya. 2) Berhenti atas permintaan direksi yang bersangkutan, dengan atau tanpa sebab apa pun. 3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai direksi sebagaimana diatur dalam anggaran dasar atau dalam perundang-undangan yang berlaku. 4) Direktur secara pribadi dinyatakan pailit oleh pengadilan. 5) Sakit terus-menerus yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. Menderita tekanan mental atau gangguan jiwa yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. 6) Dihukum penjara karena bersalah dalam waktu yang relatif lama sehingga dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur. 7) Meninggalkan tugas atau menghilang tanpa berita secara terus-menerus. C. Kewenangan dan Kewajiban Direksi Ruang lingkup kewenangan direksi dalam pengurusan perseroan yang diamanatkan oleh UUPT No. 40 Tahun 2007 sangatlah luas dan menunjukkan ciri suatu sistem. Sistem yang digunakan untuk menunjukkan pengertian skema atau 47 Munir Fuady. Op.Cit,Hal 57

metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu metode tata cara. 48 Mengenai kewenangan direksi sebagaimana ketentuan ayat (3), direksi mewakili perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undangundang dan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS. Adapun kewenangan direksi perseroan demi hukum berakhir dengan dipailitkannya perseroan tersebut, dimana kewenangan direksi tersebut beralih kepada kurator sepanjang kewenangan direksi berkaitan dengan pengurusan dan perbuatan pemilikan harta kekayaan perseroan pailit. Agar direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan sehari-hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan perseroan, maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan kewenangan direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang individu (direksi) untuk melaksanakan aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. 49 Tanggung jawab dapat berlangsung terus atau dapat berhenti apabila tugas tertentu yang dibebankan kepadanya telah selesai dilaksanakan. Dalam perseroan biasanya antara wewenang dan tanggung jawab seorang direksi harus mempunyai tingkatan yang sama. Dengan demikian, wewenang seorang direksi memberikan kepadanya kekuasaan untuk membuat serta menjalankan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan bidang tugasnya yang telah ditetapkan dan tanggung jawab dalam bidang tugasnya tersebut menimbulkan kewajiban baginya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan jalan menggunakan wewenangan yang ada untuk mencapai tujuan perseroan. Tanggung jawab direksi timbul apabila direksi yang memiliki wewenang atau direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pengurusan 48 Tatang M. Amrin. Pokok-Pokok Teori Sistem, PT Raja grafindo Persada, Jakarta, 1996, Hal.7. 49 Nindyo Pramono. Winardi. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT menurut UUPT, Pradnya Pramita, Jakarta, 1983, Hal 20.

perseroan, mulai menggunakan wewenangnya tersebut. Agar wewenang atau kewajiban direksi tersebut dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, maka idealnya wewenang itu dapat dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang ada. 50 Apabila direksi bertindak melampaui wewenang yang diberikan kepadanya tersebut, direksi tersebut ikut bertanggung jawab secara pribadi. Jika perusahaan yang bersangkutan kemudian jatuh pailit, beban tanggung jawab tidak cukup ditampung oleh harta perusahaan (harta pailit), maka direksi pun ikut bertanggung jawab secara renteng. 51 Direksi diberikan kewenangan untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Untuk dan atas nama perseroan kewenangan ini ditegaskan pada Pasal 1 angka (5) dan Pasal 99 ayat (1). Sehubungan dengan kewenangan direksi, M. Yahya Harahap, membaginya ke dalam 3 (tiga) hal, yaitu : 52 a. Kualitas kewenangan direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat. Artinya dalam hal bertindak untuk perseroan direksi tidak perlu mendapatkan kuasa dari perseroan sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan direksi berdasarkan undang-undang. b. Setiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Ketentuan UUPT yang berkenaan dengan ini dalam Pasal 98 ayat (2) yaitu apabila anggota direksi terdiri dari lebih dari 1 (satu) orang, maka setiap anggota direksi itu berwenang mewakili perseroan. c. Dalam hal tertentu anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan. Yaitu, sesuai dengan Pasal 99 UUPT dalam hal : 53 1) Terjadi perkara di Pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; 2) Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan. Wewenang direksi erat kaitannya dengan kewajiban direksi, maka dalam UUPT kewajiban direksi itu dapat kita lihat di dalam Pasal 100 ayat (1) yang menyatakan bahwa kewajiban direksi itu adalah : 54 50 Ibid.,Hal 2. 51 Munir. Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, Hal 93. 52 M Yahya. Harahap,Op.Cit, Hal 349-35. 53 Undang-Undang Perseroan Terbatas, Op.Cit. Pasal 99. 54 Ibid., Pasal 100 (1).

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi; b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud Pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Dokumen Perusahaan; c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan dan dokumen lainnya. Selanjutnya Pasal 101 ayat (1) menentukan anggota direksi wajib melaporkan kepada PT mengenai saham yang dimilikinya dan/atau keluarganya dan PT lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus, anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian PT, ia akan dipertanggung jawabkan secara pribadi atas kerugian PT. Kemudian kewajiban direksi yang lain adalah sebagaimana diatur di dalam Pasal 102 adalah direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk : 55 a. Mengalihkan kekayaan perseroan; b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. Kewajiban direksi membuat laporan tahunan telah diperintahkan juga oleh Pasal 66 UUPT No. 40 Tahun 2007. Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir. Anggota direksi diangkat oleh RUPS untuk mengurus perseroan. Dalam tugasnya melakukan mengurus perseroan, diwajibkan mengurus perseroan berdasarkan prinsip itikad baik. Kewajiban tersebut ditegaskan dalam pasal 85 ayat 1 UUPT, bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan berlandaskan itikad baik, undang-undang bermaksud agar setiap anggota direksi dapat menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi dengan merugikan kepentingan perseroan. 55 Ibid., Hal 350.

Makna itikad baik dalam konteks pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin hukum, memiliki jangkauan yang luas, antara lain sebagai berikut : 56 1. Wajib dipercaya (fiduciary duty) 2. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar (duty to act for a proper purpose) 3. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan (statutory duty) 4. Wajib loyal terhadap perseroan (loyalty duty) 5. Wajib menghindari benturan kepentingan (avoid conflict of interest) Ruang lingkup kewajiban anggota direksi menghindari benturan kepentingan dalam melaksanakan pengurusan perseroan, meliputi : 57 a. Kewajiban untuk tidak mempergunakan uang dan kekayaan (money and property) perseroan untuk kepentingan pribadinya. b. Mempergunakan informasi perseroan untuk kepentingan pribadi. c. Tidak mempergunakan posisi untuk memperoleh keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi, seperti menerima sogokan atau suap. d. Tidak menahan atau mengambil sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi. e. Dilarang melakukan transaksi antara pribadinya dengan perseroan. f. Larangan bersaing dengan perseroan. Demikian luas jangkauan atau ruang lingkup makna dan aspek itikad baik pengurusan perseroan yang wajib dilaksanakan anggota direksi. D. Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan 1. Direksi sebagai pengurus perseroan Tugas atau fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan pengurusan (beheer, administration or management) perseroan. Jadi perseroan diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ketentuan, seperti: pasal 1 angka 5 yang menegaskan, Direksi sebagai organ perseroan, berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan 56 Ibid., Hal 355. 57 Ibid., Hal 377.

untuk kepentingan perseroan dan pasal 92 ayat (1) mengemukakan, Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan. 58 Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan, meliputi tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan undang-undang dan Anggaran Dasar kepadanya. 59 Direksi sebagai pengurus (beheerder, administrator or manager) perseroan, adalah pejabat perseroan. Jabatannya adalah anggota Direksi atau Direktur perseroan (a Director is an officier of the company). Anggota Direksi atau Direktur bukan pegawai atau karyawan ( he is not an employee). Oleh karena itu, dia tidak berhak mendapat pembayaran prefensial (preferential payment) apabila perseroan dilikuidasi. 60 Pengurusan oleh Direksi sangat terkait dengan pertanyaan untuk siapa pengurusan tersebut? Terdapat dua mazhab besar yang melihat kepentingan dari pengurusan sautu perseroan. Pertama, mazhab sahreholder interest. Pemikiran ini dipelopori oleh Adolph A. Berle, dimana pengurusan perseroan semata-mata untuk kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dari korporasi. Banyak pendapat yang menentang bahwa pemegang saham adalah pemilik dari korporasi dengan dasar konsistensi pada konsep korporasi yang merupakan entitas mandiri, sedangkan pemilik hanya sebagai pemilik saham dari korporasi tersebut, tetapi tetap saja logika hukum dan praktik ekonomi menunjukkan bahwa korporasi tersebut adalah milik pemegang saham. Hal ini karena berdasarkan konsep property law yang salah satu cirinya adalah transferable, contoh yang paling konkret adalah saham. Saham merupakan suatu bentuk kepemilikan properti karena dapat diperjulbelikan atau dialihkan kepemilikannya. 61 58 Ibid., Hal 346. 59 Ibid., Hal 347. 60 Ibid., Hal 348. 61 Freddy Harris dan Teddy Anggoro. Op.Cit, Hal 40.

Kedua, mazhab stakeholder interest, dimana tujuan korporasi tidak sematamata mencari keuntungan bagi pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan lainnya, termasuk di dalamnya kepentingan sosial. Mazhab inilah yang kemudian akan melahirkan team production doctrine dan Director primary doctrine. Menurut Nindyo Pramono, dalam hukum korporasi modern, kepentingan kepengurusan pada pokoknya adalah untuk kepentingan pemegang saham dan kepentingan perseroan itu sendiri (het vennootschap belang), dan dikaitkan dengan penerapan prinsip tata kelola korporasi yang baik dan benar (good corporate governance), dimasukkan pula kepentingan lain, seperti kepentingan karyawan, kepentingan pihak ketiga atau kreditur, kepentingan loyal society. 62 Berdasarkan undang-undang Perseroan Terbatas bahwa Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, antara lain pengurusan sehari-hari perseroan. Sejalan dengan pengaturan undang-undang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa pengurusan ditujukan untuk kepentingan perseroan. Dalam sistem hukum common law, terdapat pula konsep serupa yang penerapannya terdapat dalam putusan perkara Guttman Huang. Pengadilan Delaware menyebutkan bahwa seorang Direksi tidak dapat dikatakan bertindak loyal kepada korporasi, kecuali kalau dia bertindak dengan itikad baik dan tindakan itu untuk kepentingan terbaik (best interest) bagi korporasi. Adapun anak kalimat pengurusan sehari-hari perseroan atau day to day activities dalam undang-undang Perseroan Terbatas adalah sejalan dengan pandangan para ahli hukum. Seperti Nindyo Pramono yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan pengurusan (beheer van daden) adalah tiap-tiap perbuatan yang perlu atau termasuk golongan perbuatan yang biasa dilakukan untuk mengurus atau memelihara perserikatan perdata, termasuk perseroan. Aiman Nariman Mohamad Sulaiman mengatakan bahwa pengurusan sehari-hari adalah implementasi dari standart of care seorang Direksi. 63 62 Ibid., Hal 40-41. 63 Ibid., Hal 41.

2. Direksi sebagai wakil perseroan Direksi sebagai salah satu organ atau alat perlengkapan perseroan, selain mempunyai kedudukan dan kewenangan mengurus perseroan, juga diberi wewenang untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama perseroan. Kewenangan ini ditegaskan pada: a. Pasal 1 angka 5; Direksi sebagai organ perseroan berwenang mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan AD; b. Pasal 99 ayat (1) Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. 64 Kualitas kewenangan Direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat kapasitas atau kewenangan yang dimiliki Direksi mewakili perseroan karena undang-undang. Artinya, undang-undang sendiri dalam hal ini Pasal 1 angka 5 dan Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007 yang memberi kewenangan itu kepada Direksi untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, kapasitas mewakili yang dimilikinya, adalah kuasa atau perwakilan karena undang-undang (wettelijke vertegenwoordig, legal or statutory representative). Dengan demikian, untuk bertindak mewakili perseroan, tidak memerlukan kuasa dari perseroan. Sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan Direksi berdasar undang-undang. 65 Sehubungan dengan itu, sesuai dengan kapasitasnya sebagai kuasa mewakili perseroan berdasar undang-undang, Direksi berwenang memberi kuasa kepada orang yang ditunjuknya untuk bertindak mewakili perseroan. Tindakan pemberian kuasa yang demikian dapat dilakukan Direksi tanpa memerlukan persetujuan dari organ perseroan yang lain. Tidak memerlukan persetujuan RUPS maupun Dewan Komisaris. 66 Akan tetapi, apa yang dijelaskan di atas merupakan ketentuan dan prinsip umum. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan, untuk melakukan tindakan tertentu harus lebih dahulu mendapat kuasa atau persetujuan dari RUPS, apabila 64 Op.Cit., Hal 349. 65 M. Yahya. Harahap. Op.Cit., Hal 350. 66 Ibid., Hal 351.

hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasar. Kemungkinan yang demikian dijelaskan dalam Pasal 98 ayat (2). 67 Menurut pasal ini, pada dasarnya kewenangan Direksi untuk mewakili perseroan adalah tidak terbatas (unlimited) dan tidak bersayarat (unconditional), kecuali UU ini, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS menentukan lain. 68 a. Setiap Anggota Direksi Berwenang Mewakili Perseroan Pada prinsipnya, setiap anggota Direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Hal itu ditegaskan dalam pasal 98 ayat (1) bahwa Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukn lain dalam anggaran dasar. 69 b. Pasal 98 ayat (2) menegakkan prinsip bahwa tiap-tiap anggota Direksimewakili perseroan. Menurut penjelasan pasal ini, UUPT 2007 pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial. c. Dalam hal tertentu anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseron. Berdasarkan Pasal 99 UUPT 2007 ditegaskan bahwa: 1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila: a) terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau b) anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan. 2) Dalam hal terdapat keadaan sebagimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak mewakili perseroan adalah: a) Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan. b) Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan, atau c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan. 67 Ibid., Hal 352. 68 UUPT. Op.Cit, pasal 98 ayat 3. 69 Op.Cit, M. Yahya Harahap, Hal 350.