BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bisa bepergian kemana saja. Banyak maskapai melihat ini. persaingan penerbangan nasional yang semakin ketat.

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis)

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

BAB I PENDAHULUAN.

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. daya saing. Oleh karena itu, pengendalian sebagai tahap terakhir dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 56,5 persen dari total jumlah penduduk (Kelas Menengah dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan mensejahterakan masyarakat. Dalam mendukung peran pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif di era globalisasi

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi dalam kegiatan bisnisnya. Penggunaan teknologi informasi dalam

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi dunia yang dimulai dari krisis harga minyak global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. layanan transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara. Semuanya

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif pesat dari tahun ke tahun. Keterkaitan dengan kondisi ekonomi global menjadi salah satu penyebab yang menjadikan industri penerbangan tumbuh dengan pesat serta menjadi bagian utama dari dunia bisnis. Kontribusi yang paling besar dari pesatnya pertumbuhan penumpang udara dunia berasal dari Asia. Di China, bandara di Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Shenzhen memiliki total lebih dari 200 juta penumpang per tahunnya dan tumbuh signifikan pada tahun 2011. 1 Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi di industri penerbangan. Indonesia merupakan negara Asia Tenggara dengan lebih dari 100.000 pulau adalah yang terbesar di dunia sebagai negara kepulauan. Kondisi geografis yang berbentuk kepulauan menyebabkan transportasi udara menjadi salah satu transportasi utama di negara ini. Fungsi transportasi udara sangat penting mengingat penerbangan domestik dapat mencapai seluruh kota di Indonesia, terutama ketika transportasi darat dan laut tidak dapat menjangkaunya. Selain itu, sejak tahun 2000, regulasi penerbangan di Indonesia tidak terlalu ketat, dan banyak perusahaan penerbangan baru di Indonesia. 1 Bambang Susantono, Transportasi & Investasi, Tantangan dan Perspektif Multidimensi, Buku Kompas, Jakarta, 2013, halaman 254. 1

Oleh karena itu, transportasi udara merupakan transportasi yang berkembang paling pesat di Indonesia dari tahun ke tahun dibandingkan dengan transportasi darat dan laut. Hal ini juga didukung dengan perkembangan jumlah penumpang penerbangan yang relatif meningkat setiap tahunnya. Dari tahun 2004 sampai tahun 2012, baik penerbangan domestik maupun internasional mengalami peningkatan yang relatif tinggi (gambar 1.1). Gambar 1.1 Jumlah Penumpang Transportasi Udara Indonesia, Tahun 2004-2012 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000-2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Domestik Internasional Total Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Berdasarkan gambar 1.1, dari tahun 2004 sampai tahun 2012, pertumbuhan penumpang transportasi udara memiliki trend yang meningkat. Meski demikian, pada tahun 2008, jumlah penumpang domestik mengalami penurunan, meski secara agregat, total jumlah penumpang transportasi udara pada tahun 2008 meningkat. Penurunan jumlah penumpang pada tahun 2008 kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti krisis ekonomi yang 2

terjadi di Amerika dan Eropa, harga tiket serta harga bahan bakar yang tinggi, dan serangkaian kecelakaan pesawat yang terjadi pada tahun 2008. Tingginya jumlah penumpang penerbangan di Indonesia juga tercermin dari banyaknya maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satu maskapai penerbangan yang juga merupakan pemain besar dalam industri penerbangan Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Sejak awal tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan pemimpin dalam industri penerbangan di Indonesia. Hal ini dikarenakan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan maskapai penerbangan plat merah. Selain itu, maskapai-maskapai milik swasta yang merupakan pemain baru dalam industri penerbangan Indonesia belum terlalu berkembang. Namun penggunaan transportasi udara di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan akibat berkembangnya maskapai-maskapai lain serta munculnya maskapai berbiaya murah (low cost carrier atau LCC). Tahun 2006, persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar domestik berjadwal dalam maskapai penerbangan di Indonesia mulai terlihat ketat. Salah satu pesaing kuat PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. ialah PT. Lion Mentari Airlines yang menggunakan blue ocean strategy. Maskapai swasta milik Rusdi Kirana ini mulai menunjukkan peningkatan persentase jumlah penumpang yang relatif tinggi untuk pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal. Dengan peningkatan tersebut, persaingan antara keduanya mulai terlihat sekitar tahun 2006 dan 2007. Pada kedua tahun itu persaingan 3

Persentase pangsa pasar untuk penerbangan domestik berjadwal di Indonesia sangatlah ketat, dimana PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. hanya unggul tidak lebih dari 2,5 persen (gambar 1.2). Gambar 1.2 Pangsa Pasar Industri Penerbangan Domestik Berjadwal Indonesia, Tahun 2006-2012 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Garuda Indonesia 20.45% 18.82% 20.49% 19.17% 19.30% 22.76% 21.43% Lion Mentari Airlines 19.52% 16.69% 24.63% 30.54% 38.05% 41.48% 41.22% Wings 5.94% 6.00% 6.21% 2.90% 1.61% 3.32% 3.64% Air Asia 4.43% 4.51% 4.02% 3.32% 2.05% 2.17% 3.04% Mandala Airlines 4.94% 4.42% 9.22% 8.11% 4.54% 0.00% 0.18% Metro Batavia Air 11.67% 13.57% 12.76% 13.94% 13.08% 11.22% 9.76% Sriwijaya Air 9.23% 9.13% 11.42% 12.47% 13.55% 12.26% 11.34% Lainnya 9.51% 26.84% 11.23% 9.21% 7.40% 6.44% 8.85% Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Puncaknya, tahun 2008 PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. bukanlah leader dalam penerbangan domestik berjadwal. Sebab PT. Lion Mentari Airlines berhasil mengungguli PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. sebesar 4,14 persen untuk penerbangan domestik berjadwal. Dua tahun berikutnya, PT. Lion Mentari Airlines kembali mengungguli PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Bahkan di tahun 2010 PT. Lion Mentari Airlines semakin menunjukkan 4

keberhasilan dengan menguasai pangsa pasar sebesar 39,66 persen sedangkan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. hanya 19,30 persen atau dalam hal ini PT. Lion Mentari Airlines mengungguli PT. Garuda Indonesia sebesar 18,75 persen. Pertumbuhan jumlah penumpang domestik berjadwal PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. yang tidak sebesar pertumbuhan penumpang PT. Lion Mentari Airlines tidak terlepas dari perbedaan strategi market yang dilakukan oleh kedua maskapai tersebut. PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan maskapai penerbangan yang berorientasi pada pasar yang ada pada saat itu saja (red ocean strategy) dan tidak berusaha menciptakan pasar baru. Sedangkan PT. Lion Mentari Airlines menerapkan blue ocean strategy untuk menghadapi persaingan dan menciptakan pertumbuhan usaha yang tinggi, yaitu dengan menciptakan pasar baru atau yang belum pernah ada didalam industri penerbangan. Dalam hal ini, PT. Lion Mentari Airlines berfokus pada pangsa pasar domestik yang low cost carrier. Dengan menggunakan strategi tersebut, PT. Lion Mentari Airlines berhasil merebut pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal dari PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah penumpang untuk penerbangan domestik berjadwal. Peningkatan jumlah penumpang PT. Lion Mentari Airlines relatif tergolong tinggi, sedangkan peningkatan jumlah penumpang untuk PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif tidak terlalu besar (gambar 1.3). 5

Jumlah Penumpang Gambar 1.3 Perbandingan jumlah penumpang PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dengan PT. Lion Mentari Airlines, Tahun 2008-2012 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Garuda Indonesia Airways 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,87915,304,472 Lion Mentari Airlines 9,213,333 13,377,826 19,698,493 24,971,795 29,441,502 Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Faktor lainnya ialah adanya perbedaan harga tiket dan rute penerbangan. PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan premium airlines sehingga cenderung menawarkan tiket yang relatif mahal. Berbeda dengan PT. Lion Mentari Airlines yang mengutamakan low cost carrier dan berorientasi pada masyarakat kelas menengah bawah, harga tiket PT. Lion Mentari Airlines jauh lebih murah jika dibandingkan dengan tiket pesawat PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Selain itu, untuk rute domestik, PT. Lion Mentari Airines memiliki rute penerbangan yang lebih banyak dibandingkan dengan PT. Garuda Indonesia. Atas dasar faktor-faktor tersebut, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. semakin menghadapi persaingan yang lebih ketat dalam industri 6

penerbangan di Indonesia, salah satunya untuk pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal. Tidak hanya pangsa pasar domestik, untuk kategori penerbangan tujuan luar negeri, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. kembali memiliki pesaing potensial dan bukanlah leader dari pangsa pasar tersebut sejak tahun 2010. Pesaing potensial PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. untuk pangsa pasar penerbangan tujuan luar negeri adalah PT. Air Asia. Sama seperti PT. Lion Mentari Airlines, PT. Air Asia juga menerapkan konsep LCC untuk penerbangan tujuan luar negeri. Sejak tahun 2006, PT. Air Asia tidak terlihat menonjol dalam pangsa pasar tujuan luar negeri. Tetapi, tahun 2009, jumlah penumpang PT. Air Asia meningkat sampai dua kali lipat lebih dibanding tahun sebelumnya. Berbeda dengan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. yang peningkatan jumlah penumpang tujuan luar negerinya tidak terlalu massive setiap tahunnya. Kembali perbedaan strategi dan faktor seperti harga yang menjadi penyebab terambilnya pangsa pasar yang sudah dikuasai oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. oleh pesaing-pesaing potensialnya. Perbedaan dalam kategori jumlah penumpang maskapai penerbangan tujuan luar negeri dapat ditunjukkan pada gambar 1.4. 7

Persentase Gambar 1.4 Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan Tujuan Luar Negeri, Tahun 2006-2012 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Garuda Indonesia 72.06% 67.98% 57.49% 44.34% 36.95% 38.03% 34.91% Merpati Nusantara 3.32% 3.65% 2.94% 2.34% 1.81% 1.06% 0.76% Lion Mentari Airlines 9.23% 9.50% 11.35% 7.67% 12.55% 11.80% 14.83% Air Asia 6.14% 8.74% 22.61% 39.72% 41.09% 41.58% 39.59% Metro Batavia Air 2.31% 2.09% 1.58% 1.22% 3.28% 3.59% 4.76% Lainnya 6.94% 8.03% 4.03% 4.72% 4.31% 3.95% 3.14% Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Meskipun kehilangan pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal serta penerbangan tujuan luar negeri, pendapatan serta laba bersih atau net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. masih tergolong stabil dan cenderung meningkat, meski terdapat juga penurunan pendapatan atau rugi untuk tahun tertentu. Hal ini terlihat dari data pendapatan dan laba bersih PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. sepanjang tahun 2006-2013 (tabel 1.1). 8

Tabel 1.1 Data Pendapatan dan Laba Bersih (Net Income) PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk., Tahun 2006-2012 (dalam juta Rupiah) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan Usaha 12.343.168 14.042.430 19.349.675 17.860.374 19.534.331 27.164.569 33.634.334 45.521.938 Laba (Rugi) (197.077) 152.735 975.049 1.018.616 515.521 805.529 1.073.621 137.204 Bersih Sumber: Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia, diolah peneliti Berdasarkan trend dari tahun 2006 sampai tahun 2013, pendapatan usaha serta laba (rugi) bersih atau net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif meningkat setiap tahunnya. Penurunan serta kerugian yang didapat pun hanya tahun tertentu. Tahun 2009, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. mengalami penurunan pendapatan usaha sebesar Rp 1.489.301.000.000., yaitu dari Rp 19.349.675.000.000 di tahun 2008 menjadi Rp 17.860.374.000.000. Sedangkan kerugian didapat pada tahun 2005 ketika itu net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. minus Rp 197.077.000.000. Selebihnya, pendapatan usaha serta net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif meningkat. Secara garis besar, dari aspek keuangan, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. tidak mengalami perubahan yang signifikan akibat terebutnya pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal serta penerbangan tujuan luar negeri. Meski untuk saat ini PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. telah kehilangan posisinya sebagai leader dalam industri penerbangan Indonesia serta 9

sempat mengalami penurunan pendapatan perusahaan di tahun 2009, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. terus melakukan berbagai inovasi dan perubahan. Strategi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dalam menghadapi kuatnya persaingan dalam industri penerbangan yaitu dengan melakukan peremajaan pesawat, tampilan maskapai serta konsep pelayanan baru. Khusus untuk peremajaan pesawat, strategi ini merupakan investasi yang tergolong mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sejak menjadi perusahaan go public pada 2011, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. telah merencanakan berbagai pembelian pesawat. Salah satu pembelian pesawat Airbus yang relatif banyak oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. ialah pada tanggal 2 Agustus 2011. Ketika itu PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dan Airbus menandatangani perjanjian untuk pembelian 25 pesawat Airbus tipe A320-200. Di tahun 2011 tersebut, harga dasar pesawat ketika PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. melakukan pembelian adalah USD 83.041.000. Total harga 25 pesawat Airbus A320-200 tersebut adalah USD 4.000.660.924. Investasi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan investasi yang relatif besar. Sehingga investasi besar pasti akan mendatangkan keuntungan yang besar disamping juga akan menimbulkan risiko yang besar, atau dalam hal ini high risk-high return. Inilah yang terlihat dari investasi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Pembelian Airbus tipe A320-200 yang bersifat jangka panjang ini pastinya memiliki perencanaan penganggaran modal atau capital budgeting yang sangat besar. Tetapi yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana investasi tersebut dapat 10

memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Perubahan variabel-variabel ekonomi seperti perubahan tingkat inflasi, suku bunga, dan kurs bisa mempengaruhi jalannya investasi. Selain itu, biaya besar yang dikeluarkan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. untuk membeli Airbus tipe A320-200 pasti mendorong perusahaan untuk menekan biaya yang ada. Ditambah lagi dengan berapa lama tingkat pengembalian modal untuk investasi tersebut. Atas pertimbangan tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai studi kelayakan pembelian Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. di tahun 2011. 1.2.Rumusan Masalah Investasi Pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 di tahun 2011 yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan salah satu investasi terbesar yang pernah dilakukan dalam industri penerbangan Indonesia. Pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dilakukan atas dasar ekspansi perusahaan. Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini ialah apakah investasi pembelian Airbus tipe A320-200 yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. memberikan return on investment yang menguntungkan di masa depan atau tidak. 11

1.3.Batasan Masalah Penelitian ini akan membahas mengenai analisis keuangan dalam rangka menilai kelayakan pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. di tahun 2011. Pembahasan mengenai kelayakan investasi proyek yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dipilih untuk dapat mengetahui apakah strategi investasi tersebut layak dilakukan atau tidak. Penelitian ini juga membahas tentang kondisi makro dan industri PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dalam industri penerbangan di Indonesia. 1.4.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kondisi makro dan industri PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. 2. Menganalisis kelayakan pembelian Airbus oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. 12

1.5.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. pada umumnya dan para manajer pada khususnya yang akan melakukan kegiatan investasi untuk mengembangkan perusahaannya. Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, terutama bagi dunia bisnis, serta bisa menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian yang dilakukan ini juga memberikan manfaat bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. 1.6.Sistematika Penulisan Sistematika penulisan akan penulis sajikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penelitian 2. Rumusan Penelitian 3. Batasan Penelitian 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Sistematika Penulisan 13

Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis 1. Landasan Teori 2. Hasil Penelitian Terdahulu 3. Metodologi Penelitian 4. Alat Analisis Penilaian Investasi Bab III Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Profil PT. Garuda Indonesia 2. Analisis Makro 3. Analisis Industri 4. Analisis Keuangan Bab IV Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran 14