MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINEWL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WMOR : 015 TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2052 K/40/MEM/2001 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1094 K/30/MEM/2003 TENTANG STANDAR LATIH KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mineral tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Ta

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pasal 1

HENTERI ENERGT DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1273 K/30/MEM/2002 TENTANG KOMISI AKREDITASI KOMPETENSI KETENAGALISTRIKAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

: I. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3317);

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

KEPMEN NO. 227 TH 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN IZIN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERl ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 0001 ~xrm 2005 PELAKSANAAN PEKERJAAN JARINGAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Kompetensi Kerja. Jabatan Kerja. Manajer Energi. Industri dan Bangunan Gedung. Pemberlakuan. Pencabutan.

2017, No Perjanjian Perdagangan Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang dibuat secara tertulis untuk meningkatka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2017 TENTANG TIM PERUNDING PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

nl[eeiwri ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Menteri ESDM Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

2016, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 33 Tahun 2014 ten

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REP UBli KI NDONES IA

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bida

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SELAKU KETUA HARlAN DEWAN ENERGI NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Standar Nasional Indonesia. Pemutus Sirkit. Proteksi Arus. Rumah Tangga.

2 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara

NIENFERl ENERGl DAN SUMBER DAYA MlMEfftAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR LAMPUNG. DENGAN RAHMAT TUHAl'f YANG MARA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENEWGl DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2016, No dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Keduduka

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINEWL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WMOR : 015 TAHUN 2007 PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PJlENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 2052 W40lMEM12001 TENTANG STANDARDISASI KOILIPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENTEKI ENEHGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksariaan sertifikasi kompetensi tenaga teknik diperlukan asesor dan lernbaga sertifikasi kompetensi asesor untuk mewujudkan penyediaan tenaga listrik yang aman, andal dan akrab lingkungan; b. bahwa Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 W40/MEM/2001 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan belum mengatur ketentuan mengenai asesor dan lembaga sertifikasi kompetensi asesor; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Perc~bahan Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 W40/MEM/2001 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI 7-ahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3317); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nonior 3833); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara RI Norrior 4279); 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lernbaran Negara RI Nomor 4301); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara RI Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3394) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4628);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 46, Tamhahan Lembaran Negara RI Nomor 3603); 7. Peraturar! Pemerintah Nomor 23 Tahun 20'34 tentang Badan Nasiorlal Sertifikasi Profesi (Lembaran Neyara RI Tahun 2004 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 4408); 8. Keputusan Presiden Nomor 187lM Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengar~ Keputusan Presider~ Nomor 31/P Tahun 2007 tanggal 7 Mei 2007; 9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 2052 Kl40lMEMl2001 TENTANG STANDAHDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 W40/MEM/2001 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikst : "Pasal 1 Daiam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik dan Ko~npetensi Asesor Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Standardisasi Kompetensi adalah proses merumuskan, menetapkan, memberlakukan, menerapkan, dan meninjau kembali standar kompetensi serta akl-editasi, sertifikasi kompetensi dan sertifikasi kompetensi asesor. 2. Standar Kompetensi Tenaga Tekn~k dan Standar Kompetensi Asesor Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Standar Kornpetensi adalah rumusan suatu kemampuan yang dilanclasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung sikap serta penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk kerja yang dipersyaratkan. 3. Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yaeg selanjutnya disebut Tenaga Teknik adalah seseorang yang berpendidikan di bidang teknik danlatau memiliki pengalaman kerja di bidang ketenagalistrikan. 4. Asesor Ketenagalistrikan yang selanjtitnya disebut Asesor adalah seseorang yang berpendidikan minimal D3 di bidang teknik dan memiliki sertifikat kompetensi asesor.

5. Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Kompetensi adalah kemampuan Tenaga Teknik untuk rnengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. 6. Kompetensi Asesor Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Kompetensi Asesor adalah kemampuan Asesor untuk melaksanakan pengujian kompetensi tenaya teknik yang dilarldasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. 7. Perumusan Standar Kompetensi adalah rangkaian kegiatan sejak pengumpulan dan psngolahan data untuk menyusun rancangan Standar Kompetensi sampai tercapainya konsensus dari semua pihak yang terkait. 8. Penetapan Standar Kompetensi adalah kegiatan n~enetapkan rancangan Standar Kompetensi menjadi Standar Kompetensi. 9. Pernberlakuan Standar Kompetensi adalah keg iatan memberlakukan Standar Kompetensi secara wajib. 10. Penerapan Standar Kompetensi adalah kegiatan menggunakan Standar Kompetensi. 11. Peninjauan Kenibali Standar Kompetensi adalah kegiatan menyempurnakan Standar Kompetensi sesuai dengan kebutuhan. 22. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal kepada suatu lembaga sertifikasi yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi kompetensi dan sertifikasi kompetensi asesor. 13. Komisi Akreditasi Kompetensi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Komisi Akreditasi adalah komisi yang memberi kan Akreditasi. 14. Lembaga Sertifikasi Kompetensi adalah lembaga yang telah diakreditasi untu k mela ksanakan Sertifikasi Kompetensi. 15. Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor adalah lembaga yang telah diakreditasi untuk melaksanakan Sertifikasi Kompetensi Asesor. 16. Sertifikasi Kompetensi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat kompetensi kepada Tenaga Teknik oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi. 1 7. Sertifikasi Kompetensi Asesor adalah rangkaian keg iatan penefbitan sertifikat kompetensi asesor kepada Asesor oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor. 18. Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lem baga Sefiifikasi I<ompetensi yang menyatakan bahwa Tenaga Teknik telah memiliki Kompetensi. 19. Sertifikat Kompetensi Asesor adalah psngakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor yang menyatakan bahwa Asesor telah memiliki Kompetensi. 20. Registrasi Sertifikat Kompetensi dan Sertifikat Kompetensi Asesor adalah proses pengesahan Sedifikat Kompetensi dan Sertifikat Kompetensi Asesor oleh Komisi Akreditasi melalui pemberian Leges.

21. hlenteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan. 22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan." 2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 3 Standardisasi Kompetensi bertujuan untuk a. menunjang usaha ketenagalistrikan dalam mewujudkan penyediaar~ tenaga listrik yang andal, aman, dan akrab Iingkunyan; b. mewujudkan peningkatan Kompetensi dan Kompetensi Asesor; c. mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan pada usaha ketenagalistrikan; d. mewujudkan tertib penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Kornpetensi Asesor." 3. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga keseluruhan Pasal 5 herbunyi sebagai berikut: "Pasal 5 (1) Standar Kompetensi disusun berdasarkan : a. Data yang lengliap dan dapat dipertanggungjawabkan; b. Kuallfikasi dan klasifikasi teknis ketenagalistrikan; c. Acuan standar internasional, standar negara lain atau acuan iainnya yarlg relevan; dan d. Pedoman Standardisasi Kompetensi (2) Konsep Standar Kompetensi yang dihasilkan oleh Panitia Teknik Perurnusan Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sebelum dibahas dalam Forum Konsensus terlebih dahulu disebarluaskan oleh Direktur Jenderal kepada instansi dan masyarakat terkait lainnya untuk memperoleii tanggapan danlatau masukan. (3) Tanggapan danlatau masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Direktur Jenderal dalam periode 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal penyebarluasan. (4) Konsep Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta tanggapan danlatau masukar! dari instansi dan masyarakat terkait sebagairnana dimaksud pada ayat (3) dibahas dalam Forum Konsensus untuk mencapai konsensus menjadi rancangan Starldar Kompetensi."

4. Ketentuan Pasal S diubah sehingga keseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 9 (1) Standar Kompetensi yang telsh ditetapkan dan diberlakukan menjadi acuan dalam perumusan Standar Lztih Kompetsnsi. (2) Standar Kompetensi yang telah ditetapkan dan diberlakukan dapat dipetakan menurut kelompok unit kompetensi sesuai kebutl~han jabatan dalam usaha ketenagalistrikan. (3) Lembaga Sertifikasi Kornpetensi menerapkan Standar Kompetensi melaiui Sertifikasi Kompetensi. (4) Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor menerapkan Standar Kompete~si melalui Sertifikasi Kompetensi Asesor. (5) Pelaku Usaha di sektor ketenagalistrikan menerapkan Standar Kompetensi di ternpat kerja." 5. Ketentuan Paszl 11 diubah sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 11 (1) I<omisi Akreditasi melakukan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor. (2) Komisi Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Keputusan Menteri, yang susunail keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, organisasi atau asosiasi perusahaan, organisasi masyarakat, organisas1 profesi, dan para pakar di bidang ketenagalistrikan. (3) Komisi Akreditas~ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain mernpunyai tugas menetapkan Akreditasi dapat memberikan pertimbangan seria saran kepada Menteri dalam pelaksanaan Akreditasi dan Sertifikasi Kompetensi." 6. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga keseluruhan Pasal 12 herbunyi sebagai berikut: "Pasal 12 (1) Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang telah diakrediiasi oleh Komisi Akreditasi rnelakukan Sertifikasi Kompetensi. (2) Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang telah diakreditasi sebagaimana d~maksud pada ayat (I) dapat mengajukan permohonan lisensi/sertifikasi kepada Badan atau Lembaga yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor yang telah diakreditasi oleh Komisi Akreditasi melakukan Sertifikasi Kompetensi Asesor.

(4) Akreditasi secara internasional terhadap Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor didasarkan pada perjanjian saling pengakuan antara Komisi Akreditasi baik secara bilateral maupun multilateral. (5) Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikat Kompetensi Asesor yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor harus diregistrasi pada Komisi Akreditasi. (6) Persyaratan dan tata cara Akreditasi dan Sertifikasi Kompetensi serta Persyaratan dan tata cara Akreditasi dan Sertifikasi Kompetensi Asesor ditetapkan lebih lanjut oleh Ketua Komisi Akreditasi." 7. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga keseluruhan Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: 1 "Pasal 13 (1) Pembebanan biaya Akreditasi, Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Asesor, serta biaya Registrasi Sertifikat Kompetensi, dan Sertifikat Kompetensi Asesor ditetapkan sebagai berikut : a. dalam proses Akreditasi, biaya ditanggung oleh Lembaga yang mengajukan permohonan kepada Komisi Akreditasi untuk diakreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi Kompetensi atau Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor; b. dalam proses Sertifikasi Kompetensi, biaya ditanggung oleh Tenaga Teknik yang mengajukan permohonan kepada Lembaga Sertifikasi Kompetensi; c. dalam proses Sertifikasi Kompetensi Asesor, biaya ditanggung oleh Asesor yang mengajukan permohonan kepada Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor; d. dalam proses Registrasi Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Kompetensi Asesor kepada Komisi Akreditasi, biaya ditanggung oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi atau Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor. (2) Pengaturan pemb&banan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut masing-masing oleh : a. Komisi Akreditasi untuk Proses Akreditasi dan Registrasi Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Kompetensi Asesor; b. Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk proses Sertifikasi Kompetensi; dan c. Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor untuk proses Sertifikasi Kompetensi Asesor." 8. Di antara BAB V dan BAB VI disisipkan 1 (satu) Bab, yakni BAE? V A dan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 13 A sehingga berbunyi sebagai berikut :

"BAB V A PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 13 A (1) Tenaga teknik yang tidak lulus uji kompetensi diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan berbasrs kompetensi yang terakreditasi. (2) Asesor sebelum diases harus mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi yang terakreditasi." 9. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga keseluruhan Pasal 14 berbunyi sebayai berikut: "Pasal 14 (1) Direktur Jenderal menyelenggarakan pembinaan Standardisasi Kompetensi. (2) Dalarn tnenyelenggarakan pembir~aan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Direktur Jenderal melakukan penyebaran informasi dan penyusunan Pedoman Standardisasi Kompetensi. (3) Pedoman Standardisasi Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Pedoman Perumusan Standar Kompetensi dan Pedoman Sertifikasi Kompetensi. (4) Pedoman Standardisasi Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan dasar dalam pelaksanaan Standardisasi Kompetensi." 10.Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga keseluruhan Pasal 15 berbunyi sebagai berikut: "Pasal 15 (1) Direktur Jenderal melakukan pengawasan atas : a. penerapan Standar Kompetensi oleh pelaku usaha; b. pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Asesor oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor. (2) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Direktur Jenderal menyusun Pedoman Pengawasan Sertifikasi Kompetensi dan Pedoman Pengawasan Sertifikasi Kompetensi Asesor. (3) Pengawasan pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Asesor dilakukan oleh Pejabat Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi yang ditunjuk oleh Direktur Tekriik dan Lingkungan Ketenagalistrikan melalui surat penugasan.

(4) Komisi Akreditasi melakukan pengawasan terhadap unjuk kerja Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor. (5) Lembaga Sertifikasi Kompetensi melakukan pengawasan terhadap unjuk kerja Tenaga Teknik yang telah memperoleh Sertifikat Kompetensi. (6) Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor melakukan pengawasan terhadap unjuk. kerja Asesor yang telah memperoleh Sertifikat Kompetensi Asesor." 11. Ketentuan Pasai 16 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 16 berbunyi sebagai berikut: (1) Lembaga Sertifikasi Kornpetensi yang tidak memenuhi unjuk kerja atau memberikan Sertifikat Kompetensi kepada Tenaga Teknik yang tidak memsnuhi kompetensi yang ditetapkan, dikenakan sanksi administratif oleh Komisi Akreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Lembaga Sertifikasi Kompetensi Asesor yang tidak rnemenuhi unjuk kerja atau member-ikan Sertifikat Kompetensi Asesor kepada Asesor yang tidak memenuhi kompetensi yang ditetapkan dikenakan sanksi administratif oleh Komisi Akreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan." Pasal II Dalam ha1 belum ada Lembaga Sertifikasi Asesor yang terakreditasi sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 12 ayat (3), Direktur Jenderal dapat menunjuk Lembaga Sertifikasi Kompetensi untuk melakukan Sertifikasi Kompetensi Asesor. Pasal Ill Peraturan Menteri ini mylai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 September 2007 TERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, I