TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN TARIK LAPISAN PELAT BETON YANG DILAPISI BETON BERONGGA.

dokumen-dokumen yang mirip
UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

Jumadi 1) M. Yusuf 2 : Hj. Vivi Bachtiar, ST. MT 2

SAMBUNGAN KOMBINASI BIBIR LURUS-BIBIR MIRING TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TARIK BELAH BETON YANG MENGGUNAKAN TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT KASAR

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini merupakan hasil limbah olahan besi-besi bekas produksi dari PT. Inti General Yaja

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT KASAR DAUR ULANG DAN SILICA FUME TERHADAP KUAT TEKAN BETON*

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sengkang (TPSK) disimpulkan sebagai berikut : 1. Beban retak pertama pada balok beton ringan citicon variasi sengkang 200

PERILAKU LEKATAN WIREMESH TERHADAP MATERIAL SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB V HASIL PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

PENGARUH STYROFOAM DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA CAMPURAN ASPAL LAPIS PERMUKAAN (AC WC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

Augustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

Beton Ringan ber-agregat Limbah botol plastik jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN TARIK LAPISAN PELAT BETON YANG DILAPISI BETON BERONGGA. OLEH: DERRY PERDANA MUNSIL D11110 317 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

ANALISA TEGANGAN TARIK LAPISAN PELAT BETON YANG DILAPISI BETON BERONGGA. ANALYSIS OF PULL PRESSUREOF LINING CONCRETE PLATE COATED BY CONCRETE POROUS Derry Perdana Munsil.,W. Tjaronge.,Subhan Mustari Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi Derry Perdana Munsil Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp : 085298739370 Email : dhery_and@yahoo.com

ANALISA TEGANGAN TARIK LAPISAN PELAT BETON YANG DILAPISI BETON BERONGGA. ANALYSIS OF PULL PRESSUREOF LINING CONCRETE PLATE COATED BY CONCRETE POROUS D. P. Munsil 1, W. Tjaronge 2, S. Mustari 2 ABSTRAK Perkerasan jalan yang ada pada umumnya seringkali cepat rusak dikarenakan, saat terjadi hujan maka permukaan perkerasan jalan akan tergenang air. Proses yang terus menerus seperti itu akhirnya membuat perkerasan aspal cepat keropos. Dalam penelitian ini, teknologi perkerasan yang menggunakan beton berongga sebagai lapisan atas ialah sebuah upaya agar air yang diatas permukaan jalan tidak tergenang begitu saja tapi langsung mengalir kebawah melalui pori-pori beton berongga. Pada penelitian ini peneliti sendiri membuat sebuah pelat beton berukuran 1 x 1 meter dengan ketebalan 15 cm yang kemudian dilapisi beton berongga ketebalan 5 cm serta lapisan paling bawah subgrade dengan ketebalan 40 cm. Adapun hasil pengujian struktur perkerasan komposit memiliki kemampuan dalam menerima beban maksimum hingga 214 kn. Regangan yang terjadi berdasarkan pengujian, yang terbaca pada strain gauge di permukaan beton menunjukkan nilai tekan hingga 2,04x10-4 sedangkan perilaku tarik di bawah pelat menunjukkan nilai regangan 1,96 x10-4. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini membandingkan pengujian di laboratorium dengan teori westergaard untuk pembebanan tengah. Pada pembebanan maksimum, tegangan yang terjadi mencapai 13.359 MPa, sedangkan hasil perhitungan metode westergaard mencapai 8.613 MPa. Kata Kunci : Teori Westergaard, Komposit, Beton Berongga. ABSTRACT Existing pavement in general is often quickly broken because when it rains the pavement surface will be flooded. This ongoing process as it finally made the asphalt pavement "porous" sooner. In this study, the technology that uses hollow concrete pavement as the top layer is an effort to prevent water on the road surface is not inundated simply but directly flow down through the pores of the hollow concrete. In this study, researcher makes a concrete slab measures 1 x 1 meter with a thickness of 15 cm then coated by hollow concrete thickness of 5 cm and the bottom layer of subgrade with a thickness of 40 cm. The test results of composite pavement structure has the ability to receive up to a maximum load of 214 kn. Strain occurs based on test, which is readon the strain gauge on the concrete surface shows the pressurevalueuntil 2,04x10-4 whereaspull behavior under plate shows the strain value of 1.96 x10-4. The analysis used in this study compared the test in the laboratory with the theory of Westergaard for middle loading. At maximum load, the pressure occurring reach 13 359 MPa, while the results of the calculation method of Westergaard reached 8,613 MPa. Keywords: Theory Westergaard, Composites, Concrete Porous. 1 Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 2 Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

1. PENDAHULUAN Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik(portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi daripada kuat tariknya.nilai kuat tariknya hanya sekitar 9% hingga 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaannya sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton bertulang diperkuat dengan tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu menutupi kelemahannya, terutama kelemahan pada bagian menahan gaya tarik, dimana berarti tulangan baja berfungsi untuk memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton berfungsi untuk menahan gaya tekan. Seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan, bangunan jalan atau lebih dikenal dengan perkerasan jalan terbuat dari campuran agregat dan bahan pengikat lain sebagai lapis permukaan. Perkerasan jalan yang ada pada umumnya seringkali cepat rusak dikarenakan, saat terjadi hujan maka permukaan perkerasan jalan akan tergenang air. Proses yang terus menerus seperti itu akhirnya membuat perkerasan aspal cepat keropos. Dalam penelitian ini, teknologi perkerasan yang menggunakan beton berongga sebagai lapisan atas ialah upaya agar air yang diatas permukaan jalan tidak tergenang tapi langsung mengalir kebawah melalui pori-pori beton berongga. Penelitian lain yang pernah dilakukan di tahun 2012 struktur perkerasan jalan beton yang dilapisi aspal AC-WC ternayata hanya mampu menahan beban hingga 178,59 kn setelah dilakukan pengujian berkali-kali di Laboratorium. Tentu saja penelitian kali ini akan menjadi parameter untuk membandingkan hasil pengujian dengan jalan beton yang dilapisi beton berongga. Kemudian agar persyaratan suatu perkerasan jalan dapat terpenuhi, maka diperlukan perencanaan struktur yang baik. Sedangkan pada penelitian ini peneliti sendiri membuat sebuah pelat beton berukuran 1 x 1 meter dengan ketebalan 15 cm yang kemudian dilapisi beton berongga ketebalan 5 cm serta lapisan paling bawah subgrade dengan ketebalan 40 cm. Sebagai titik tolak dalam merencanakan suatu perkerasan harus diketahui tegangan yang timbul, khususnya terkait tegangan tarik akibat beban yang bekerja pada jalan tersebut. 2. PROGRAM EKSPERIMENTAL Studi laboratorium dilakukan untuk mengetahui tegangan tarik yang terjadi pada struktur perkerasan pelat beton yang dilapisi beton berongga. Material Semen Portland Komposit dari Tonasa (40 kg per zak) adalah material digunakan. Pengujian agregat dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Pengujian agregat berupa agregat kasar (batu pecah) dan agregat halus (pasir). Pengujian agregat didasarkan. Pada standar ASTM, Hasil rekapitulasi pengujian agregat dapat dilihat pada Tabel 1.. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus No. Karakterstik Agregat Satuan Interval Hasil Keterangan 1. Analisa saringan Gradasi 1 Memenuhi 2. Modulus Kehalusan 2,3 3,1 3,07 Memenuhi 3. Berat jenis spesifik a. BJ nyata 1,6 3,3 2,48 Memenuhi b. BJ Dasar kering 1,6 3,3 2,37 Memenuhi c. BJ Kering permukaan 1,6 3,3 2,42 Memenuhi 4. Penyerapan air % 0,2-2 1,75 Memenuhi 5. Berat volume a. Kondisi lepas kg/liter 1,4 1,9 1,6 Memenuhi b. Kondisi padat kg/liter 1,4 1,9 1,85 Memenuhi

6. Kadar Air % 3-5 4,64 Memenuhi 7. Kadar lumpur % 0,2-5 3,05 Memenuhi 8. Kadar Organik <No. 3 No. 1 Memenuhi Sumber: Hasil Pengujian- Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH 2015 Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar No. Karakteristik Agregat Interval Hasil Pengamatan Keterangan 1. Analisa saringan 4,75 37,5 Memenuhi 2. Modulus kehalusan 5,5 8,5 7 Memenuhi 3. Berat jenis spesifik a. BJ semu 1,6 3,3 2,72 Memenuhi b. BJ dasar kering 1,6 3,3 2,61 Memenuhi c. BJ kering 1,6 3,3 2,65 Memenuhi permukaan 4. Penyerapan air 0,2% - 4% 1,50% Memenuhi 5. Berat volume a. Kondisi lepas 1,6 1,9 kg/liter 1,75 Memenuhi b Kondisi padat 1,6 1,9 kg/liter 1,87 Memenuhi 6. Kadar air 3% - 5% 3,42% Memenuhi 7. Kadar lumpur 0,2% - 1% 0,66% Memenuhi 8. Keausan 15% - 40% 21,08% Memenuhi Sumber: Hasil Pengujian- Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH 2015 Deskripsi benda uji Dari hasil pemeriksaan material dan hasil perhitungan mix design beton, diperoleh komposisi agregat dan faktor air semen dapat dilihat pada Tabel 2. Pemeriksaan sampel silinder beton sebelum pembuatan benda uji dilakukan dengan melakukan pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarikdengan masing-masing tiga variasi sampel diperoleh hasil pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian kekuatan beton Kuat Tekan (MPa) Kuat Lentur (MPa) Kuat Tarik (MPa) 35,75 5,82 4,23 Sumber: Hasil Pengujian- Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH 2015 Hasil pengujian pembebanan untuk mengetahui kekuatan beton ditunjukkan pada Tabel 3. dimana diperoleh nilai rata-rata kuat tekan adalah 35,75 MPa atau setara K-400. Mutu beton ini telah memenuhi dalam standar penggunaan pelat beton (K-350 s.d K-425) sebagai struktur perkerasan jalan.sedangkan nilai rata-rata kuat tarik belah adalah 4,23 MPa, dan kuat lentur 5,82 MPa.

3. HASIL DAN DISKUSI Gambar 1. Grafik hubungan tegangan dan regangan horizontal Gambar 2. Grafik hubungan tegangan dan regangan vertikal Batas elastis terjadi pada tegangan 14,07 MPa dengan regangan vertikal maksimum rata-rata adalah 23,8x10-4 dan regangan horizontal maksimum rata-rata adalah 9,4x10-4 ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2, dimana dari hasil tersebut diperoleh perbandingan regangan vertikal dan horizontal menghasilkan nilai poisson sebesar 0,185 dan digunakan untuk analisa tegangan beton pada struktur perkerasan kaku dan lapis komposit.

Gambar 3. Grafik hubungan regangan beton dengan tegangan permukaan -0,000020-0,000062-0,000204 50 KN 100 KN 214 KN 0,000030 Gambar 4. Diagram regangan beton Gambar 3 dan 4 menunjukkan peningkatan beban pada saat pembebanan menimbulkan reaksi yang berbeda pada regangan betondibawah beton berongga sebagai lapis permukaan. Regangan pada titik strain gauge di permukaan beton menunjukkan nilai tekan hingga 2,04x10-4 sedangkan perilaku tarik di bawah pelatdengan regangan 1,96 x10-4. Teori Westergaard Pendekatan analisis menggunakan teori Westergaarduntuk mendapatkan perbandingan hasil pengujian nilai tegangan maksimumdan lendutan yang terjadi pada pelat beton. Tabel 4. Perbandingan hasil pengujian dengan teori Westergaard Pengujian Laboratorium Teori Westergaard Selisih Tegangan (MPa) Lendutan (mm) Tegangan (MPa) 0,000067 0,000196 Lendutan (mm) Tegangan (MPa) Lendutan (mm) 13.359 5,238 8,613 2,685 4.746 2,553 Selisih tegangan mencapai 4.746 MPa dan lendutan 2.553 mm.nilai tegangan yang diperoleh dari pembebanan monotonik pada perkerasan kaku (beton) merupakan batas tegangan atau tegangan kritis terhadap tegangan-tegangan yang timbul akibat pembebanan yang bertambah hingga terjadinya kerusakan pada struktur perkerasan.

Rekapitulasi hasil pengujian Dari hasil pengujian dilakukan rekapitulasi beban pada keseluruhan pengujian seperti yang ditunjukkan pada Tabel dibawah ini. Tabel 5.Rekapitulasi hasil pengujian Beban Maks (KN) Tegangan Teg. Tanah (MPa) Regangan Beton (MPa) Vertikal Horisontal Tarik Tekan 214,00 4,363 0,299-0,00019 0,00020 4. KESIMPULAN 1. Pengujian struktur perkerasan komposit memiliki kemampuan dalam menerima beban maksimum hingga 214 kn. Regangan yang terjadi berdasarkan pengujian, yang terbaca pada strain gauge di permukaan beton menunjukkan nilai tekan hingga 2,04x10-4 sedangkan perilaku tarik di bawah pelat menunjukkan nilai regangan 1,96 x10-4. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini membandingkan pengujian di laboratorium dengan teori westergaard untuk pembebanan tengah. Pada pembebanan maksimum, tegangan yang terjadi mencapai 13.359 MPa, sedangkan hasil perhitungan metode westergaard mencapai 8.613 MPa. 2. Dalam penelitian ini, batas elastis regangan horisontal menunjukkan pengaruh yang lebih besar dalam membuat beton mulai mengalami keruntuhan dengan regangan 1,76 x10-4, sedangkan dalam pengujian komposit kondisi failure/keruntuhan terjadi ketika regangan 1,96 x10-4. Saran: Agar penelitian ini dapat dianalisa dan dikembangkan lagi, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Perlu penelitian lebih lanjut yang memperhitungkan permeabilitas dan daya redam bising beton berongga untuk dipergunakan sebagai struktur perkerasan jalan multifungsi. 2. Perlu penelitian lebih lanjut yang melakukan perbandingan antara beton berongga dan aspal porous yang dilapisi diatas pelat beton. 3. Pembebanan fatik dan statik dapat menjadi penelitian berikutnya untuk memperoleh hasil analisa yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Dualembang, Hery. 2014. Studi Perkuatan lentur balok beton bertulang dengan metode retrofit menggunakan wiremesh dan SCC.Makassar: Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. JIS R 5201, 1997. Japanese Industrial Standard. Nawy, Edward G., Tavio, dan Kusuma, Benny. 2010. Beton Bertulang Jilid I. Surabaya: itspress. Nugraha, Paul Antoni, 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi. Penuntun Praktikum Laboratorium Struktur dan Bahan. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 2007. PT. Sika Indonesia. 2005. Sika Viscocrate -3115 ID Concrete Admixture for High Flow / Self-Compacting Concrete. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SNI 03-1974-1990. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. SNI 03-2491-2002. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1991. Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton. SNI 07-2529-1991. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SNI-03-2847- 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI). 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SNI 02-2847- 2002 Terzaghi, K., 1987, Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa, Edisi kedua Erlangga, Jakarta. Timoshenko, S. P., dan Gare, J. M. 1987. Mekanika Bahan. Jakarta: Erlangga. Ujianto, Muhammad. 2006. Lendutan dan kekakuan balok beton bertulang dengan lubang segi empat di badan. eco REKAYASA.