BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dapat dilakukan secara formal,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meldalina Agustina Mare-Mare, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut perlunya

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan. Salah satu hal yang perlu dilakukan guru dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pendidikan, Indonesia masih menghadapi berbagai macam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Charles W. Keenan, Dunald. C. Kleinfelter dan Jasses H. Wood, 1996: 2).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran sehari-hari dikelas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. wajib yang harus ada di lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. sejarah di SMA Negeri 2 Ende, dapat diambil kesimpulan antara lain :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ifah Silfianah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN : Mendikbud Anies Baswedan Putuskan Kurikulum 2013 Dihentikan)

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. afektif atau perubahan perilaku dan Kompetensi yang ingin dicapai adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN:

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mochammad Ramdhani, 2013

I. PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan di Indinesia yang sering kali terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ina Oktarina Rahman, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. memprihatinkan. Guru dengan lancarnya menerangkan berbagai macam teori,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dapat dilakukan secara formal, non-formal, maupun informal. Pendidikan mengacu pada tujuan yang sama yaitu membentuk karakter sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi intelektual, maupun keterampilan. Fungsi pendidikan adalah membimbing peserta didik ke arah suatu tujuan. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa peserta didik kepada tujuan tersebut. Pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara peserta didik dan pendidik. Keberhasilan pembelajaran tidak terlepas dari tiga faktor utama proses pembelajaran, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa) dan bahan ajar (Anwar, 2010). Karena dalam menunjang tercapainya Proses Belajar Mengajar (PBM) yang optimal, diperlukan bahan ajar (materi pengajaran) yang merupakan komponen sangat penting. Kenyataannya, masih banyak materi pengajaran yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa sehingga tidak mudah untuk diterima dan dipahami oleh siswa (Anwar, 2010). Pada umumnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa, hal ini disebabkan oleh materi pelajaran IPA yang disajikan dalam bentuk yang kurang menarik. Di samping itu bahwa materi IPA yang harus diajarkan banyak yang bersifat abstrak. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep-konsep materi ilmu pengetahuan alam (Anwar, 2010). Berdasarkan kondisi diatas, perlu dicari solusi agar siswa lebih mudah memahami materi kimia. Solusinya adalah dengan pengembangan bahan ajar melalui Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA). Kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar terkait dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru seperti yang tercantum dalam lampiran Pemendiknas Nomor 16 tahun 2007, bahwa guru sebagai

2 pendidik profesional diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai mekanisme yang ada dengan memperhatikan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik. Pada dasarnya setiap guru memiliki kemampuan untuk mengolah bahan ajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Namun pengolahan yang di dilakukan oleh guru, tidak sepenuhnya dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil evaluasi, supervisi dan evaluasi keterlaksanaan RSKM/RSSN, RPBKL, RPSB dan KTSP Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Dit. Pembinaan SMA, ditemukan bahwa masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri (Depdiknas, 2010). Guru lebih banyak mengandalkan buku paket karena kurangnya kesadaran akan pentingnya menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengolahan bahan ajar yang sistematis, sesuai antara keluasan dan kedalaman materi serta sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam Pengolahan bahan ajar, terdapat empat tahap yang harus dilakukan. Tahapan tersebut adalah proses seleksi, strukturisasi, karakterisasi dan reduksi didaktik (Anwar 2010). Pada proses seleksi, guru dituntut untuk cermat dalam pemilihan berbagai informasi yang diperlukan. Selain itu, guru dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga informasi yang diperoleh merupakan informasi yang terbaru. Proses ini diperlukan untuk menyeleksi materi-materi yang esensial bagi siswa sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan kognitif siswa. Proses strukturisasi membantu siswa dalam memahami hubungan satu konsep dengan konsep lain. Karena pada proses ini, hierarki konsep dapat digambarkan. Proses karakterisasi merupakan proses pembagian karakter materi yang khas berupa mudah dan sulit (sukar). Konsepkonsep yang sukar memiliki karakter abstrak, rumit dan kompleks. Proses reduksi dilakukan agar materi yang memiliki karakter sulit, dapat lebih mudah dipahami siswa dengan adanya pengurangan tingkat kesulitan suatu bahan ajar menjadi bahan ajar yang lebih sederhana.

3 Mereduksi secara didaktis bahan ajar artinya meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan ajar. Proses ini dikenal dengan istilah reduksi didaktik. Secara sempit pengertian reduksi didaktik dapat disamakan dengan penyederhanaan. Dalam arti luas, reduksi didaktik diartikan sebagai pengurangan tingkat kesulitan bahan ajar secara kualitatif maupun kuantitatif, dengan cara membuat materi sesederhana mungkin sehingga lebih mudah dipahami oleh tingkat tertentu peserta didik (Anwar, 2010). Keberhasilan siswa didalam belajar sangat ditentukan oleh bagaimana siswa menyimpan abstraksi bahan ajar tersebut di dalam struktur kognitif mereka dengan baik. Oleh karena reduksi didaktik diolah sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Mengingat demikian pentingnya peran bahan ajar dalam pembelajaran, maka pengolahan bahan ajar yang bertujuan agar diperoleh bahan ajar yang isinya tepat dan sesuai dengan kondisi kognitif siswa, sehingga menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dengan adanya teori Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA) ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengolah bahan ajar untuk proses belajar mengajar sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memahami bahan ajar yang telah dijelaskan. Selain itu, upaya ini dapat menentukan keberhasilan proses belajar. Penggunaan empat tahap pengolahan bahan ajar tersebut sebagai dasar pengolahan bahan ajar, diharapkan dapat memenuhi kepentingan proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba mengangkat masalah dalam penelitian yang berjudul: Pengembangan Bahan Ajar Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang Diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini adalah : Bagaimanakah Pengembangan Bahan Ajar Pokok Bahasan

4 Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang Diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA)? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, untuk memperjelas dan mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Bagimanakah pengolahan bahan ajar dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA)? 2. Bagaimanakah aspek keterbacaan bahan ajar kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA) terhadap sumber belajar siswa? 3. Bagaimanakah aspek kesesuaian isi dengan indikator belajar, penyajian materi, bahasa dan grafika bahan ajar pada materi kelarutan dan hasil kelarutan yang telah diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA)? C. Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlalu meluas, maka masalah yang ada perlu dibatasi. Batasan-batasan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bahan ajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah bahan ajar yang telah diolah melalui Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar. 2. Bahan kajian terbatas pada materi pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan yang merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XI IPA semester 2. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat siswa dan guru terhadap bahan ajar pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diolah dengan Empat Tahap Peengolahan Bahan Ajar (ETPBA).

5 Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka secara khusus tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui proses pengembangan bahan ajar yang diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA). 2. Mengetahui aspek keterbacaan bahan ajar siswa pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA) menurut pandangan siswa. 3. Mengetahui aspek kelayakan isi, penyajian materi, dan grafika bahan ajar pada materi kelarutan dan hasil kelarutan yang telah diolah dengan Empat Tahap Pengolahan Bahan Ajar (ETPBA) menurut pandangan guru. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Melatih siswa agar lebih aktif, dan mandiri dalam belajar menyelesaikan masalah-masalah kimia sehingga dapat meningkatkan sikap positif pada siswa untuk berfikir kritis, dan sistematis. Selain itu, merangsang siswa untuk lebih berminat dengan pembelajaran kimia karena bahan ajar yang digunakan diharapkan memberikan pemahaman yang lebih terstruktur. 2. Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru untuk memberikan inovasi dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Karena pengemasannya diharapkan dapat membuat siswa lebih mudah berimajinasi dalam pemahaman kimia. Serta sebagai motivasi dalam peningkatan profesionalitas. 3. Bagi Sekolah Dapat membantu menciptakan panduan pembuatan bahan ajar dalam proses belajar mengajar pada pelajaran lain dan sebagai bahan pertimbangan

dalam memilih bahan ajar demi kemajuan proses pembelajaran di masa yang akan datang. 6 4. Bagi Peneliti Dapat menjadi bahan referensi ataupun dikembangkan lebih lanjut terhadap penelitian yang relevan dengan permasalahan yang sejenis. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut : 1. Keterbacaan bahan ajar dilihat dari aspek: a. Kesesuaian isi dengan kurikulum : Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan standar kompetensi/kompetensi dasar (Depdiknas, 2010). b. Penyajian materi : Aspek penyajian materi yang dimaksud adalah ruang lingkup dan urutan bahan ajar yang akan dikembangkan (Depdiknas, 2010). c. Grafika bahan ajar :Segala cara pengungkapan dan perwuju dan dalam bentuk huruf, tanda, dan gambar yang diperbanyak melalui proses percetakan guna disampaikan kepada khalayak (KBBI, 2011). d. Keterbacaan : Perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami dan diingat (KBBI, 2011). 2. Bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Sudjana, 2010). 3. Empat tahap pengolahan bahan ajar menurut Anwar (2010) meliputi proses seleksi, strukturisasi, karakterisasi serta reduksi.

7 a. Proses seleksi adalah proses memilih dan memilah berbagai informasi yang diperlukan sehingga informasi yang diambil merupakan informasi yang benar-benar diperlukan dan berhubungan langsung dengan materi bahan ajar. b. Proses strukturisasi adalah proses dimana informasi yang berhubungan langsung dengan materi bahan ajar dibuat strukturnya, sesuai dengan struktur bidang keilmuan masing-masing. c. Proses karakterisasi adalah proses mengelompokan materi bahan ajar dalam bentuk yang abstrak, konkret, kompleks, simpel, rumit dan sederhana. d. Proses reduksi (Reduksi Didaktik) adalah suatu proses penyederhanaan atau pengurangan tingkat kesulitan materi pengajaran dengan kriteria tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan cara membuat materi sesederhana mungkin sehingga lebih mudah dipahami oleh tingkat tertentu peserta didik.