BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Gambar 2.1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BAB II TINJUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Organoleptik Ikan Mujair

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Taksonomi Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu Macan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siripnya. Badannya tertutup oleh sisik yang besar-besar, terlihat kasar dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerapu Macan Perairan Indonesia terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan kerapu (Serranidae). Ikan tersebut bersifat karnivora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan, cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967). Ikan kerapu macan mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih besar dan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan jenis ikan lain (Sunaryat & Minjoyo, 2004). Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan budidayanya karena harganya cukup mahal. Kebutuhan ikan kerapu hidup semakin meningkat baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor (Nurjana, 2007 dalam Bunga, 2008). Ikan kerapu di Indonesia umumnya mempunyai daerah penyebaran di perairan karang-karang di seluruh perairan Indonesia diantaranya di Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Karimun Jawa, NTB (Manyunar et al., 1991). Dan di seluruh perairan Indo-Pasifik lainnya seperti Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina, selat dan bagian perairan utara Australia (Djamali et al., 1998). Menurut Dennis et al., (2006), ciri-ciri morfologis ikan kerapu macan adalah bentuknya agak bulat memanjang dan mempunyai ukuran badan lebih tinggi, sirip dada berwarna kemerahan dan sirip lainnya mempunyai tepi kecoklatan. Ikan kerapu termasuk ikan pemakan aktif dan sensitif terhadap perubahan kualitas air yang fluktuatif, perlu cahaya tetapi tidak langsung dari matahari, hidup di daerah karang, berenang di dasar air dengan temperatur optimal 26 ºC, panjang rata-

rata maksimal 90 cm. Tubuh kerapu macan dipenuhi sisik yang berukuran kecil yang berbentuk sikloid. Nama kerapu diberikan biasanya untuk empat genus Serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropampus dan Cromileptes. Di Indonesia Epinephelus sendiri mempunyai 38 spesies. Sebagian besar famili Serranidae hidup di perairan dangkal dengan dasar pasir berkarang, walaupun beberapa jenis dapat ditemukan di perairan dalam (Burgess et al., 1990). Menurut Heemstra & Randall (1999), ikan kerapu berjumlah 110 jenis dari 11 genus seperti Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopolis, Cromileptes, Dermatolepis, Ephinephelus, Gracila, Plectropomus, Saloptia, Triso, dan Variola. Kerapu macan memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi) dan sirip caudal (ekor). Sirip dorsal memanjang hampir sepanjang bagian punggung, bagian jari-jari kerasnya memiliki jumlah yang sama dengan jari-jari lunaknya, jumlah jari-jari adalah 13-15 buah. Sirip anal terdiri dari 3 buah jari-jari. Sedangkan jumlah jari-jari di sirip ekor adalah 15-17 buah dan bercabang dengan jumlah 13-15 buah. Sisik yang menutupi seluruh permukaan tubuh berbentuk kecil, mengkilat dengan bentuk sikloid. Warna dasar kerapu macan adalah cokelat, dengan perut berwarna putih serta bercak hitam dan putih disekujur tubuh yang tidak beraturan. Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed) atau agak membulat. Ketebalan tubuh 2,6 2,9 cm dari panjang standar, dengan skala garis lateral adalah 53-58 cm. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Lubang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit (Abduh, 2007). Laju pertumbuhan ikan kerapu yang dibudidaya sangat lambat, seperti yang dilaporkan oleh Soni (2002), ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 0,45 g/hari dan sebesar 0,60 g/hari, sedangkan kerapu lumpur sebesar 0,61 g/hari. Laju pertumbuhan tersebut dapat menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga kurang menguntungkan secara ekonomis. Namun demikian sebagian pertumbuhan ikan kerapu akhir-akhir ini sudah menunjukkan peningkatan. Akbar & Sudaryanto (2001) melaporkan bahwa ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 2,30 g/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan kerapu lumpur 3,59 g/hari.

2.2 Salinitas Air Salinitas adalah komposisi ion-ion dalam perairan (Wetzel, 1983). Ion-ion yang terdapat dalam perairan laut terdiri dari enam elemen, yaitu klorin, sodium, magnesium, sulfur, kalsium dan potassium. Menurut Dawes (1993), salinitas merupakan faktor kimia yang mempengaruhi sifat fisik air, diantaranya adalah tekanan osmotik dan densitas air. Salinitas perairan laut yang normal berkisar antara 33 ppt hingga 37 ppt. Salinitas berpengaruh terhadap proses fisiologis seluruh organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Andrews et al., (2003) salinitas atau kadar garam merupakan jumlah total material terlarut dalam air. Menurut Subyakto & Cahyaningsih (2003), salinitas ideal untuk pemeliharaan kerapu adalah 28 33 ppt. Salinitas pada penelitian sedikit diatas salinitas optimun untuk kerapu, tetapi benih kerapu masih bisa beradaptasi terhadap salinitas tersebut. Sedangkan kondisi lingkungan perairan pada lokasi penangkapan ikan kerapu di alam, seperti suhu berkisar antara 27-29,62 o C, dengan salinitas berkisar antara 34,259 34,351, oksigen terlarut berkisar antara 3,95-4,28 ml/l, nitrat berkisar antara 1-6 μg.at/l dan posfat berkisar antara 0,80-1,40 μg.at/l (Langkosono & Wenno, 2003). Menurut Chua & Teng (1978), kualitas perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24-31 o C, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan ph berkisar antara 7,8-8,0. Sementara itu Suprakto & Fahlivi (2007) melaporkan kualitas air pada lokasi budidaya yaitu kecepatan arus 15-30 cm/s, suhu 27-29º C, salinitas 30-33 ppt, ph 8,0-8,2; oksigen >5 ppm dan kedalaman > 5m. Menurut Nontji (1993), di samudera salinitas berkisar antara 34 35 ppt. Variasi salinitas di permukaan air sangat mirip dengan keseimbangan evaporasi dan presipitasi. Salinitas merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan terutama yang berada pada range yang sempit. Densitas air laut naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta penurunan temperatur. Satu bagian per 1000 garam kenaikan densitasnya sekitar 0,8 bagian per 1000.

2.3 Penyakit Akibat Infeksi Parasit Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit (Hepper & Prugnin, 1984). Parasit merupakan suatu organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya dan merugikan bagi inang tersebut., sehingga parasit tidak dapat hidup lama di luar tubuh inangnya (Alifuddin, 2004). Kisaran batas toleransi temperatur yang sesuai untuk ikan adalah sekitar 20 32 o C, sedangkan untuk daerah tropis sebaiknya 27 o C dengan fluktuasi 30 o C (Riani, 2004). Menurut Supriyadi (2004), berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu obligat dan fakultatif. Parasit obligat yaitu parasit yang hanya bisa hidup jika berada pada inang. Parasit fakultatif yaitu parasit yang mampu hidup di lingkungan air jika tidak ada inang disekitarnya. Ekosistem perairan tambak merupakan ekosistem binaan yang bertujuan untuk produksi udang maupun ikan. Menurut Afrianto & Liviawaty (1992), penyakit adalah suatu gangguan pada organisme yang disebabkan oleh parasit, kekurangan gizi atau faktor fisik dan lingkungan serta menyebabkan daya tahan tubuh ikan melemah. Penyakit dalam budidaya ikan dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi yang besar (Sudjiharno, 2003). Menurut Reantoso et al., (2004), mengemukakan bahwa permasalahan penyakit pada budidaya ikan laut di Asia Timur dan Asia Tenggara telah diidentifikasi dengan beberapa faktor dalam budidaya yaitu melalui perbaikan lingkungan (polusi dan racun dari akibat kelimpahan plankton) dan perbaikan manajemen (aklimatisasi, penanganan mortalitas dan tranportasi mortalitas) pada juvenil. Program manajemen kesehatan harus memenuhi beberapa persyaratan dan dapat mencakup semua aktifititas budidaya. Pada tingkat produksi, syarat yang harus dipenuhi adalah pemilihan benih, nutrisi, penanganan limbah, optimalisasi kualitas air dan monitor berkala.

2.4 Hubungan antara Inang dan Parasit Pengertian inang menurut Kusumah (1976), adalah organisme hidup yang dipendeki (ditempati) oleh parasit. Antara inang dan parasit terdapat hubungan simbiosis parasitisme yaitu bentuk kehidupan bersama antara dua spesies organisme yang berbeda atau lebih dan organisme yang ditumpanginya akan mendapat kerugian karenanya. Parasit ada di lingkungan perairan seperti juga ikan hidup di lingkungan air. Jika kualitasnya air jelek mengakibatkan ikan stress, tetapi kondisi ini justru merupakan media yang baik bagi parasit sehingga mereka berkembang biak dan populasinya cukup untuk menginfeksi ikan hingga sakit (Taukhid, 2006). Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan inangnya, dan merugikan organisme yang ditempatinya (inangnya). Dimana inang spesifik sebagai inang yang dapat menyediakan kebutuhan parasit yang bersangkutan dan parasit tersebut mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam inang tanpa adanya hambatan-hambatan (Noble & Noble, 1989). Salah satu parasit pada ikan kerapu macan adalah dari kelompok protozoa. Protozoa dicirikan dengan ukurannya yang mikroskopik bersel satu dan termasuk eukariotik. Ukuran protozoa berkisar dari 1-50 μm atau lebih. Bersifat holozoik atau sporozoik, tetapi sedikit yang holopitik. Reproduksi organisme ini dapat berlangsung secara seksual dan aseksual tergantung kepada kelompoknya. Beberapa spesies protozoa hidup bebas atau bersifat parasit. Kemampuannya yang tinggi untuk memperbanyak diri pada inang telah menyebabkan parasit protozoa sangat berbahaya pada ikan (Dana et al., 1994). Populasi gabungan organisme yang hidup bersama di dalam suatu jaringan organ insang dikenal sebagai campuran parasit. Selanjutnya dikatakan bahwa, parasit di dalam inangnya dipengaruhi oleh adanya parasit spesies lain. Infeksi bersama antara spesies yang berbeda dapat bersifat antagonistik, dimana keberadaan suatu spesies akan menghambat perkembangan atau dapat bersifat sinergistik atau saling menunjang kehidupan masing-masing spesies (Noble & Noble, 1989).

Menurut Kabata (1985), parasit dapat ditinjau dari tempat hidupnya yaitu parasit ekto dan endo. Jika ditinjau dari segi siklus hidupnya, Kusumah (1976) mengatakan ada tiga penggolongan parasit yaitu intermitter parasit yaitu siklus hidupnya secara periodik dalam waktu tertentu berada di dalam inang, tetapi di waktu lain meningggalkan inang yang ditumpanginya. Siklus hidup yang lain adalah fakultatif parasit dimana dapat hidup tanpa organisme lain. Kemudian obligateri parasit yang mana siklus hidupnya membutuhkan organisme lain dan hidup selamanya. 2.5 Ektoparasit pada Kerapu Macan Menurut Widyastuti (2002), bahwa parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada permukaan luar tubuh inang atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai hubungan dengan dunia luar. Endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh ikan seperti hati, limfa, otak dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi darah, pencernaan, sirkulasi darah, pernafasan, dalam rongga perut, otot, daging, dan jaringan tubuh lain. Ektoparasit merupakan parasit yang menyerang tubuh ikan bagian luar (Bhagawati et al., 1991). Ektoparasit dapat menyebabkan mortalitas tinggi yang bersifat akut. Infeksi ektoparasit juga menimbulkan kerugian non letal yaitu pertumbuhan yang lambat, penurunan efisiensi pencernaan dan faktor predisposisi bagi infeksi jamur, bakteri dan virus (Sommerville, 1998 dalam Mulia, 2005). A B Gambar 2. Jenis-jenis ektoparasit pada kerapu macan 10 x 40 (A. Diplectanum; B. Trichodina sp.)

Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh kelas monogenea yaitu Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan bahwa ada sekitar 1500 spesies monogenea yang ditemukan pada ikan (Gusrina, 2008). Menurut Kabata (1985), bahwa Monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Menurut Noga (1996), monogenea merupakan parasit yang umum ditemukan di insang dan kulit ikan air tawar maupun laut. Menurut Prayitno, (1998), parasit monogenea menyebabkan rusaknya insang ditambah dengan produksi lendir yang berlebihan ini akan mengganggu pertukaran gas oksigen. Akibatnya sel-sel mati dan tidak berfungsi sehingga ikan akan mati karena tidak bernafas dengan baik. Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus) melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang.