PEMANFAATAN LIMBAH FURNITURE ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes) di Koen Gallery SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BRIKET BIOARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA DARI SISA BAHAN BAKAR PENGASAPAN IKAN KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

BAB III METODE PENELITIAN

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN TEMPURUNG KELAPA DAN ECENG GONDOK SERTA VARIASI UKURAN PARTIKEL TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

LAPORAN PENELITIAN BRIKET ARANG KULIT KACANG TANAH DENGAN PROSES KARBONISASI. Oleh : REZY PUTRI RAGILIA ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

OPTIMASI KONDISI OPERASI PIROLISIS SEKAM PADI UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR BRIKET BIOARANG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Pembuatan Biocoal Sebagai Bahan Bakar Alternatif dari Batubara dengan Campuran Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati,Glugu dan Sekam Padi

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI JUMLAH CAMPURAN PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

(Maryati Doloksaribu)

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DARI LIMBAH PENGASAPAN IKAN SEBAGAI BRIKET BAHAN BAKAR

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimental Penggunaan Kotoran Sapi Sebagai Bahan Bakar Alternatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT JENGKOL (Pithecellobium jiringa) MENJADI BIOARANG DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT CAMPURAN GETAH SUKUN DAN TEPUNG TAPIOKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

The effect of starch adhesive variation to the calory value of corncob briquettes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN. Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah

Studi Pemanfaatan Potensi Biomass Dari Sampah Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif (Briket) Dalam Mendukung Program Eco-Campus Di ITS Surabaya

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

ALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS. Agustin Sukarsono*)

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG DAN LIMBAH TEH SEBAGAI BAHAN BRIKET

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR

IDENTIFIKASI NILAI KALOR DAN WAKTU NYALA HASIL KOMBINASI UKURAN PARTIKEL DAN KUAT TEKAN PADA BIO-BRIKET DARI BAMBU

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PEMBUATAN BIOBRIKET DENGAN LIMBAH AMPAS DAN DAUN TEBU MENGGUNAKAN PEREKAT LIGNIN DENGAN PROSES PIROLISIS PENELITIAN. Oleh :

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT DAN TEMPURUNG KELAPA MUDA (CocosNucifera) SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET ARANG. Oleh: NICO PRADANA NIM.

PEMANFAATAN AMPAS BIOETANOL DARI KULIT PISANG (Musa Sapientum) SEBAGAI BRIKET

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN KERING MENJADI BRIKET UNTUK BAHAN BAKAR TUNGKU. Utilization of Waste to be Dry Leaves for Fuel Briquette Furnace

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH ABU KETEL, JARAK DAN GLISERIN. Samsudi Raharjo 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Studi Eksperimental Perbandingan Nilai Kalor Briket Campuran Bioarang Sekam Padi dan Tempurung Kelapa

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ALAT CETAK BRIKET SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI KEPULAUAN TERPENCIL

PEMANFAATAN KULIT KOPI MENJADI BIOBRIKET

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH FURNITURE ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes) di Koen Gallery SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BRIKET BIOARANG Arif Fajar Utomo (L2C008118) dan Nungki Primastuti (L2C008140) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof. Soedarto, SH. Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Pembimbing: Aprilina Purbasari, S.T., M.T. Abstrak Penelitian dilakukan dengan membuat briket dengan campuran enceng gondok (Euchornia crassipes), yang sebelumnya sudah dipirolisa menjadi arang, dengan dua jenis perekat, yaitu tepung terigu dan tepung tapioka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket arang dari enceng gondok, jenis perekat, ukuran ayakan, serta konsentrasi perekat yang menghasilkan brikest dengan kualitas terbaik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa briket dengan bahan perekat tepung tapioka lebih baik daripada briket dengan bahan perekat tepung terigu. Briket dengan perekat tapioka memiliki shatter index dengan loss yang paling sedikit serta stability yang lebih baik, meskipun nilai kalornya sedikit dibawah nilai kalor briket dengan perekat terigu. Nilai kalor tertinggi yang didapatkan dari penelitian ini adalah 3748.69 kal/gr, nilai dihasilkan dari briket dengan variabel perekat % dan ukuran partikel. Briket paling kuat diperoleh dari variabel % perekat dengan ukuran partikel 40 karena hanya kehilangan partikel sebesar 0,11%. Pengujian stability menunjukkan bahwa briket memiliki ukuran yang relatif konstan dari hari ke hari. Dari penelitian ini diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan limbah biomassa seperti Enceng gondok (Euchornia crassipes) sehingga menjadi kontribusi bagi upaya pengadaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Kata kunci : Euchornia crassipes, tepung terigu, tepung tapioka, pirolisa, briket arang. PENDAHULUAN Tingkat konsumsi terhadap minyak ratarata naik 6 % pertahun (Suroso, 05). Hal ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun berikutnya, sehingga mengakibatkan persediaan minyak bumi Indonesia semakin menipis (Makmuri, 03). Untuk menghindari hal itu, maka diperlukan suatu usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku minyak tersebut dengan cara memanfaatkan sumber energi alternatif terbarukan yang ada. Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui di Indonesia relatif banyak, satu diantaranya adalah biomassa ataupun bahanbahan limbah organik. Biomassa ataupun bahan-bahan limbah organik ini dapat diolah dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif, contohnya dengan pembuatan briket. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan percobaan pembuatan briket dari enceng gondok dengan berbagai variabel. Enceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh dengan cepat (3% per hari) di rawa-rawa, danau, waduk, dan sungai yang alirannya tenang. Pesatnya pertumbuhan enceng gondok ini mengakibatkan berbagai kesulitan seperti terganggunya transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lain karena penyebarannya yang menutupi permukaan perairan. Pemanfaatan eceng gondok secara komersial hingga saat ini masih terbatas pada produksi furniture dan kerajinan eceng gondok yang hanya memanfaatkan batang eceng gondok sehingga masih menghasilkan limbah berupa akar dan daun eceng gondok.

Untuk mengatasi permasalahan limbah tersebut, maka kami merekomendasikan untuk memanfaatkannya sebagai bahan dasar alternatif pembuatan briket arang. Dalam penelitian ini akan diuji cobakan penggunaan limbah akar dan daun eceng gondok yang diperoleh dari Koen Gallery dengan variable dua jenis bahan perekat yang umum digunakan dalam bahan briket (tepung tapioka dan tepung terigu), konsentrasi perekat (10%, 15%, dan %) dan juga berbagai variabel ukuran partikel dalam pembuatan briket dengan bahan utama eceng gondok (, 30, dan 40 ). METODOLOGI PENELITIAN Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : ampas furniture eceng gondok (daun dan akar eceng gondok), tepung terigu, tepung tapioka, dan air. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pirolisa, alat pengepres briket, ayakan, panci, alat aduk, boom calorimeter, timbangan, dan jangka sorong. Dalam penelitian ini, digunakan tiga variabel berubah yang diuji. Variabel tersebut adalah jenis perekat (tepung terigu dan tepung tapioka), konsentrasi perekat (10%, 15%, dan %), dan ukuran ayakan (, 30, dan 40 ). Dalam penelitian ini dilakukan uji nilai kalor dan daya tahan briket yang meliputi uji stability dan uji shatter index. Pengujian nilai kalor dari briket eceng gondok yang dihasilkan dilakukan dengan alat boom calorimeter dengan menggunakan asam benzoat dalam kalibrasinya. Sementara pengujian daya tahan index dilakukan dengan dua metode pengujian, yaitu uji stability untuk mengetahui apakah terjadi perubahan ukuran diameter dan tinggi briket dalam waktu satu minggu, serta uji shatter index dimana briket dijatuhkan pada ketinggian 1.8 meter dan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat partikel yang hilang. Langkah-langkah percobaan dibagi dalam dua tahapan, yaitu tahap pendahuluan dan tahap percobaan yang ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2. Enceng gondok kering Pirolisa Penggerusan dan pengayakan arang enceng gondok dengan ukuran Pencampuran dengan perekat 15% berat (tapioka dan tepung terigu) Pencetakan Kompaksi dengan menggunakan tekanan 150 kg/cm2 dan suhu 100 0C selama 10 menit Pengujian nilai kalor Keluarkan dari alat cetak Briket Penentuan briket dengan jenis perekat terbaik Pengujian daya tahan briket Gambar 1. Tahap Pendahuluan Enceng gondok kering Pirolisa Penggerusan dan pengayakan arang enceng gondok dengan ukuran, 30, 40 Pencampuran dengan perekat terpilih (10%, 15%, % w) Pencetakan Kompaksi dengan menggunakan tekanan 150 kg/cm2 dan suhu 100 0C selama 10 menit Keluarkan dari alat cetak Briket Analisa hasil (nilai kalor dan daya tahan briket) Gambar 2. Tahap Percobaan Dalam hal ini, dilakukan percobaan pendahuluan yang bertujuan untuk menentukan terlebih dahulu jenis perekat terbaik yang akan digunakan dalam tahap percobaan. Dalam tahap ini akan diujikan penggunaan jenis perekat tepung tapioka dan tepung terigu dengan variabel tetap jenis bahan briket (eceng gondok), ukuran ayakan ( ), dan konsentrasi perekat (15

). Penentuan jenis perekat ditentukan melalui hasil uji kalor briket sert uji daya tahan briket (shatter index dan stability). Setelah ditentukan jenis perekat yang terbaik, maka penelitian dilanjutkan ke tahap percobaan untuk menentukan konsentrasi perekat terbaik dan ukuran ayakan yang terbaik, yang akan ditentukan pula melalui uji kalor briket dan uji daya tahan briket (shatter index dan stability). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Jenis Perekat dan Pengaruh Jenis Perekat terhadap Nilai Kalor, Stabilitas, dan Shatter Index Briket Eceng Gondok. Jenis bahan perekat memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai kalor yang dimiliki oleh briket. Dari data tabel 1, nilai kalor untuk jenis perekat tepung terigu mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi (3455,89 kal/gr) bila dibandingkan dengan tepung tapioka (3332,65 kal/gr). Hal ini disebabkan kadar air pada tepung terigu (12%) lebih kecil dari kadar air pada tepung tapioka (15%). Tabel 1. Hasil Uji Nilai Kalor Briket dengan Variabel Jenis Perekat Jenis Perekat Nilai Kalor (kal/gr) Tapioka 3332.65 Terigu 3455.89 Apabila dilihat dari tabel 2 maka dapat diambil kesimpulan bahwa jenis perekat tepung tapioka memiliki shatter index (uji terhadap benturan) yang lebih baik bila dibandingkan dengan jenis perekat tepung terigu dimana tepung tapioka memiliki loss sebesar 13.32% dan tepung terigu memiliki loss sebesar.65%. Dan apabila dilihat dari tabel 3 tepung tapioka memiliki stability yang lebih baik pula dibandingkan dengan tepung terigu, karena perekat tepung tapioka mampu menjaga ukuran briket tetap pada ukuran diameter 4 cm dan tinggi 4,1 cm lebih baik daripada jenis perekat tepung terigu. Tabel 2. Hasil Uji Shatter Index Briket dengan Variabel Jenis Perekat Jenis Perekat % Loss Tapioka 13.32% Terigu.65% Tabel 3. Hasil Uji Stability Briket dengan Variabel Jenis Perekat Jenis Perekat tapioka terigu Dimensi diameter tinggi diameter tinggi stability waktu (hari) 1 2 3 4 5 4 4 4 4 4 4.2 4.2 4.1 4.1 4.1 4 4 3.9 3.9 3.9 4 4 3.9 3.9 3.9 Penentuan jenis perekat yang dipakai dalam percobaan berikutnya dititikberatkan terhadap nilai kalor, shatter index, dan stabilitas yang tinggi. Dari data yang didapatkan, tepung tapioka dinilai lebih baik dibandingkan dengan tepung terigu karena memiliki shatter index dengan loss lebih sedikit dibandingkan dengan tepung terigu dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan tepung terigu, meskipun memiliki nilai kalor yang lebih rendah daripada tepung terigu, namun perbedaan nilai kalor keduanya tidak jauh berbeda yaitu sebesar 123.24 kal/gr sehingga dalam hal ini tepung tapioka dinilai lebih layak untuk digunakan sebagai perekat dalam briket eceng gondok. Pengaruh Konsentrasi Perekat dan Ukuran Partikel terhadap Nilai Kalor Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air dari 3,50 o C 4,50 o C, dengan satuan kalori (Koesoemadinata, 1980). Dengan kata lain nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu bahan bakar dalam jumlah tertentu.

Nilai kalor tertinggi yang didapatkan pada penelitian ini adalah 3748.69 kal/gr (tabel 4). Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi dihasilkan oleh variabel % perekat, sedangkan nilai kalor terendah (5828.024 kal/gr) diperoleh dari variabel 10% perekat 30. Tabel 4. Hasil Uji Nilai Kalor Briket dengan Variabel % perekat dan ukuran partikel Variabel percobaan Nilai Kalor % perekat ukuran partikel (kal/gr) 10 2934.08 10 30 2828.02 10 40 2855.69 15 3332.65 15 30 3192.26 15 40 3593.17 3748.69 30 3298.23 40 3148.87 Data hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perekat dengan ukuran yang sama menghasilkan nilai kalor yang relatif semakin tinggi. Dalam penelitian ini digunakan tepung tapioka sebagai perekat, sebagaimana diketahui bahwa bahan perekat tersebut banyak mengandung atom C di dalamnya, sehingga semakin besar konsentrasi perekat, maka nilai kalor yang dihasilkan semakin tinggi. Sementara itu, semakin kecil ukuran partikel dengan konsentrasi perekat yang sama menghasilkan nilai kalor yang relatif semakin rendah. Hal tersebut terjadi karena semakin kecil ukuran partikel mengakibatkan meningkatnya kerapatan briket, sehingga air yang terjebak di dalamnya sulit untuk keluar. Adanya kadar air inilah yang menyebabkan turunnya nilai kalor pada briket. Pengaruh % Perekat dan Ukuran Partikel terhadap Ketahanan Briket Daya tahan briket terhadap benturan diuji dengan pengujian shatter index. Pengujian ini dilakukan untuk menguji seberapa kuatnya briket arang eceng gondok yang dihasilkan terhadap benturan yang disebabkan oleh ketinggian serta berapa % bahan yang hilang atau yang lepas dari briket akibat dijatuhkan dari ketinggian 6 ft (1,8 meter). Setelah mengetahui berapa % partikel yang hilang, kita dapat mengetahui kekuatan briket terhadap benturan. Apabila partikel yang hilang terlalu banyak, berarti briket yang dibuat tidak tahan terhadap benturan. Hasil pengujian yang diperlihatkan oleh table 5 menunjukkan bahwa briket dengan 10% perekat dan ukuran partikel adalah briket yang paling rapuh. Briket tersebut kehilangan partikel sebanyak,81%. Briket paling kuat diperoleh dari variabel % perekat dengan ukuran partikel 40 karena hanya kehilangan partikel sebesar 0,11%. Tabel 5. Hasil Uji Shatter index Briket dengan Variabel % perekat dan ukuran partikel Variabel percobaan % perekat ukuran partikel % Loss 10.81% 10 30 0.88% 10 40 0.70% 15 13.32% 15 30 0.50% 15 40 0.28% 11.37% 30 0.24% 40 0.11% Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa semakin banyak konsentrasi perekat dengan ukuran yang sama menghasilkan daya tahan terhadap benturan yang semakin kuat. Hal ini disebabkan oleh adanya daya ikat dari perekat sehingga semakin banyak perekat maka briket yang dijatuhkan akan mengalami kerontokan (terlepasnya partikel partikel briket) dalam jumlah yang sedikit. Dari konsentrasi perekat 10% sampai %, kerontokan paling sedikit dihasilkan oleh konsentrasi perekat %.

Selain itu, diketahui pula bahwa semakin kecil ukuran partikel bahan dengan %perekat yang sama menghasilkan daya tahan terhadap benturan yang semakin kuat. Hal ini dikarenakan ukuran partikel yang lebih kecil akan menghasilkan rongga yang lebih kecil pula sehingga kerapatan partikel briket akan semakin besar dan kualitas briket semakin bagus karena tidak mudah rontok/hancur. Dari ukuran partikel sampai 40 dihasilkan briket paling baik pada ukuran partikel 40 karena hanya mengalami kehilangan partikel paling sedikit. Pengaruh Konsentrasi Perekat dan Ukuran Partikel terhadap Stabilitas Briket Pengujian stability adalah pengujian untuk mengetahui perubahan bentuk dan ukuran dari briket sampai briket mempunyai ketetapan ukuran dan bentuk (stabil). Apabila briket terjadi perubahan ukuran dan bentuk secara terus-menerus, sehingga briket tidak mengalami kestabilan bentuk dan ukuran, itu dapat dipastikan dalam pembriketan gagal. Dari pengujian stability dapat dilihat pada tabel 6 bahwa tinggi briket yang dihasilkan menunjukkan ukuran yang relative konstan dari hari ke hari. Hanya pada beberapa variabel saja terjadi perubahan tetapi hal tersebut tidak terlalu signifikan. Briket dengan konsentrasi perekat 10% pada semua ukuran partikel (, 30, dan 40 ) mengalami penurunan sebesar 1 cm pada hari ke-3 tetapi setelah itu dari hari ke hari tinggi briket konstan. Pada variabel 15% perekat juga mengalami hal yang serupa, bedanya penurunan tinggi terjadi pada hari ke-2 setelah itu konstan. % perekat 10 10 10 15 15 15 Tabel 6. Hasil Uji Stability Briket dengan Variabel Konsentrasi Perekat dan Ukuran Partikel ukuran partikel 30 40 30 40 30 40 diameter Stability Dimensi tinggi 4 4 4 4 4 4.9 4.9 4.8 4.8 4.8 4 4 4 4 4 4.5 4.5 4.4 4.4 4.4 4 4 4 4 4 4.4 4.4 4.3 4.3 4.3 4 4 4 4 4 4.2 4.1 4.1 4.1 4.1 4 4 4 4 4 4.1 4.1 4.1 4.1 4.1 4 4 4 4 4 4.1 4.1 4.1 4.1 4.1 4 4 4 4 4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4 4 4 4 4 3.9 3.9 3.9 3.9 3.9 4 4 4 4 4 3.9 3.9 3.9 3.9 3.9 Bila dilihat dari diameternya, briket pada semua variabel tidak mengalami perubahan dari hari ke hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa briket yang dihasilkan telah mengalami kestabilan diameter. Kestabilan ukuran terjadi dikarenakan ikatan antara partikel yang satu dengan yang lainnya saling mengikat akibat dari pengkompaksian yang diberikan. KESIMPULAN Jenis perekat tapioka merupakan perekat yang lebih baik apabila dibandingkan dengan tepung terigu. Hal ini dikarenakan tepung tapioka memiliki nilai kalor tinggi, shatter index dan stability yang optimal. Semakin besar konsentrasi perekat dengan ukuran partikel yang sama menghasilkan briket dengan nilai kalor yang relatif semakin tinggi dan ketahanan briket yang semakin baik. Semakin kecil ukuran partikel pada konsentrasi perekat yang sama menghasilkan briket dengan ketahanan dan stabilitas yang semakin baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 06. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. www.energyefficiencyasia.org. Girrard, J.P. 1992. Smoking in Technology of Meat Products. Clermont Ferrand. Ellis Horwood, New York

Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Bogor: Puslitbang Hasil Hutan Josep, S., dan D. Hislop. 1981. Residu Briquetting in Development Countries. London: Applied Science Publisher Koesoemadinata R.P. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Bandung: ITB Mukti. 08. Penggunaan Tanaman Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) sebagai Pretreatment Pengolahan Air Minum Pada Air Selokan Mataram. Teknik Lingkungan, FTSP, UII, Yogyakarta Pari, G., Hartoyo. 1983. Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Limbah Arang Aktif. Bogor: Jurnal Penelitian Hasil Hutan Sastroutomo. 1991. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta Seran, J.B.1990. Bioarang untuk memasak. Edisi II, Liberti. Yogyakarta Silalahi. 00. Penelitian Briket Kayu dari Serbuk Gergaji Kayu. Bogor: Hasil Penelitian Industri DESPERINDAG Widianto. L.S, 1986. The Effect Of Heavy Metal On The Growth Of WaterHyacint. Proceed Syimposium on Pest Ecology and Pest management, Seameo-Biotrop. Bogor, Indonesia. Yudanto,Kusumaningrum. 10. Pembuatan Briket Bioarang dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati. Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang Sudrajat. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis perekat dan Tekanan Kempa terhadap Kualitas Briket Arang. Jakarta Soeroso. 05. Kilang Pengolahan BBM Dioptimalkan. Harian Pagi Jawa Pos 11 Maret 05. Tahir, I. 1992. Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa. http://word-tpdf.abdio.com [22 Agustus 11] Tjitrosomo.S.S.. 1983. Botani Umum II. Bandung: Angkasa Bandung