4.2. Kedudukan Wilayah Pesisir Terhadap Pusat-Pusat Pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

I. Pengantar. A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB III TINJAUAN WILAYAH

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 1. Kondisi Teluk Benoa saat surut. (

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Umum Wilayah Secara geografis Kabupaten Seram Bagian Barat terletak pada dua wilayah yang secara fisik memiliki jarak yang relatif jauh, karenanya dalam kajian ini wilayah kedua ini dimasukan dalam satu wilayah ekologis. Kedua wilayah yang dimaksud yaitu: wilayah di Pulau Seram dan yang kedua Kepulauan Lucipara. Untuk wilayah di kawasan pulau Seram batas koordinat wilayah mulai dari 127 o 28 16,33-128 o 50 31,59 Bujur Timur dan 2 o 49 46,93-3 o 34 15,45 Lintang Selatan. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Lucipara batas koordinat wilayah mulai dari 127 o 27 7,64-127 o 48 27,69 Bujur Timur dan 5 o 20 17,65-5 o 35 25,65 Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Seram Bagian Barat berbatasan : 1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Seram. 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kota Ambon, Maluku Tengah dan Laut Banda. 3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Buru. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Maluku Tengah. Wilayah ini terdiri dari 33 pulau termasuk Pulau Seram dan 32 pulau kecil lainnya di sekitar pulau Seram dengan luas total mencapai 5.067 Km 2, sedangkan di wilayah Kepulauan Lucipara terdiri 9 pulau (awalnya teridentifikasi 7 pulau) dengan luas total mencapai 3,206 Km 2. Secara administratif Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari 4 kecamatan dengan total jumlah desa sebanyak 89 buah desa. Keempat kecamatan yang dimaksud antara lain : Kecamatan Seram Barat dengan jumlah desa sebanyak 12 buah, Kecamatan Huamual Belakang sebanyak 14 buah desa, Kecamatan Taniwel 34 buah desa dan Kecamatan Kairatu sebanyak 29 buah desa. 4.2. Kedudukan Wilayah Pesisir Terhadap Pusat-Pusat Pengembangan Hampir semua desa atau pemukiman di Seram Bagian Barat terkonsentrasi di pesisir pantai, walaupun terhitung hampir di tiap kecamatan terdapat 4 sampai 6 desa berada jauh dari pantai. Hal ini dimungkinkan karena ukuran pulau-pulau yang kecil 56

dan sempit yang memudahkan akses mereka untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Akses terhadap sumber daya alam darat sebagian besar terkonsetrasi di Pulau Seram sebagai salah pulau terbesar di Provinsi Maluku. Terkonsentasinya pusat-pusat pemukiman di kawasan pesisir sangat berkaitan dengan kondisi lahan yang cukup datar yang selalu dimanfaatkan untuk kepentingan pemukiman dan fasilitas publik lainnya. Keterkaitan Seram Bagian Barat dengan Ibukota Propinsi Maluku di Ambon diakses melalui darat dan laut, demikan juga untuk mengakses wilayah lain di Maluku. Beberapa pusat utama yang berfungsi dalam melayani interaksi antar wilayah antara lain Taniwel, Piru dan Kairatu, sedangkan Waesala merupakan pusat baru yang masih harus dikembangkan daya layannya untuk membina interaksi antar pusat internal wilayah Seram Bagian Barat maupun desa-desa sekitar. Terbentuknya pusat baru seperti Waesala juga memberikan peluang bagi terbukanya akses dan interaksi sebagian besar wilayah di Seram Bagian Barat dengan kawasan Huamual Belakang. Walaupun selama ini aksesnya cukup lemah, namun orientasi wilayah ini ialah pada sub pusat di bagian Utara Pulau Ambon, terutama untuk mengakses ibukota provinsi. 4.3. Kondisi Fisik Pesisir dan Laut Relief/Morfologi dan proses geomorfologi Pantai Perairan Teluk Piru memiliki luas 1.554 km 2, kedudukannya relatif terbuka terhadap pengaruh angin Tenggara dan Barat Daya yang berkembang dalam musim Timur sepanjang tahun. Wilayah Teluk Piru memiliki variasi relief topografi pesisir yang sangat bervarariasi. Topografi datar hingga landai umumnya ditemukan pada kawasan Eti Piru dan Waisarissa. Kawasan lainnya memiliki topografi berbukit hingga bergelombang dengan lereng miring hingga sangat miring ditemukan pada kawasan Kaibobu dan sekitarnya yang tersusun oleh satuan kompleks Taunusa dan batuan Ultra Mafik. Pada kawasan ekologis Kotania, topografi dataran ditemukan sepanjang pesisir Pelita Jaya Kawa, Wael hingga Masika Jaya dan Alang Asaude yang tersusun oleh batuan aluvium. Sedangkan kawasan lainnya memiliki topografi berbukit dan bergelombang dengan variasi lereng miring hingga terjal terutama pada 57

kawasan pesisir yang satuan penyusunnya asal vulkanik dan denudasional pada formasi kompleks Tehuru dan Kanikeh di Waisalah dan Alang Asaude, serta formasi Manusela di pulau pulau Buano. Pada kawasan ekologis Seram Barat Utara (Taniwel), topografi dataran ditemukan sepanjang pesisir yang tersusun oleh batuan aluvium. Topografi berbukit, bergelombang dengan lereng sangat miring hingga sangat terjal ditemukan pada satuan-satuan perbukitan dan pegunungan yang tersusun oleh formasi Manusela dan Kompleks Tehuru. Pada kawasan ekologis Huamual belakang ditemukan topografi perbukitan dengan lereng majemuk. Topografi dataran umumnya ditemukan sepanjang pesisir pantai dengan area yang cukup sempit dengan jarak dari garis pantai hingga mencapai elevasi 100 meter bervariasi dari 0,1 2,5 km. Elevasi tertinggi di pulau Kelang mencapai 657 m. Di pulau Manipa, topografi dataran pesisirnya lebih luas dari pesisir pulau Kelang terutama pada bagian utara-barat laut dan bagian selatan timur pulau. Elevasi maksimum di pulau Manipa 554 m membentuk topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng miring hingga sangat terjal. Di bagian Barat Jazirah Huamual (Seram bagian Barat), topografi topografi dataran pesisirnya sangat sempit sepanjang tanjung Sial hingga Talaga Nipah. Di pulau Babi daerah dataran ditemukan hanya pada bagian sempit pada sisi timur pulau. (BPS, Seram Bagian Barat, 2008) Iklim Perairan Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki tipe iklim laut tropis dan iklim musim. Tipe iklim di beberapa lokasi ervariasi menurut lokasi. Misalnya wilayah Teluk Piru memiliki tipe iklim B dengan nilai Q = 0,232 dan nilai indeks batas iklim (R) = 1,51. Ririrng, Honotetu dan Teluk Elpaputih memiliki tipe iklim A dengan nilai Q masing-masing 0,065, 0.057 dan 0.048 dengan nilai R = 0.49, 0.43 dan 0.37. Nilai nilai tersebut menunjukkan bahwa jumlah bulan basah di kawasan Seram Bagian Barat lebih sedikit dari jumlah bulan kering sehinga tergolong tipe iklim kering. Jumlah presipitasi rata-rata tahunan berkisar dari 2763 (Teluk Piru) 3657 mm (Teluk Elpaputih). Ada empat musim yang berpengaruh terhadap perairan yakni musim Barat (Desember Pebruari), musim Pancaroba 1 (Maret Mei), musim Timur (Juni Agustus), dan musim Pancaroba 2 (September November). Setiap 58

musim memiliki karakteristik cuaca yang berbeda-beda yang ditunjukkan dengan suhu udara, pola angin, curah hujan, dan faktor cuaca lainnya. Suhu udara rata-rata lima tahunan di wilayah ekologis Kabupaten Seram Bagian Barat berdasarkan data meteorologi stasiun Kairatu, Amahai dan Namlea berkisar dari 20,2 33,2 o C dengan rata-rata 26,2 26,3 o C. Suhu rata-rata tahunan di wilayah Kairatu dan sekitarnya sedikit lebih rendah dari suhu tahunan di Amahai dan Namlea. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan berkisar dari 10,9 18,0 mm, penyinaran matahari 54-61 % dan kelembaban udara relatif 84 87 %. Pada stasiun Namlea jumlah hari hujan rata-rata bulanan berkisar antara 9 12 hari, penyinaran matahari 59,3 78 % dan kelembaban udara relatif 71 81 %. Kecepatan angin rata-rata tahunan berkisar dari 2,9 3,6 knot (arah 120 135 o ) dengan kecepatan terbesar 13,4-19,0 knot (Arah 135 180 o ). Pada stasiun Namlea tercatat kecepatan angin rata-rata tahunan berkisar dari 8,2 9,2 knot (arah 110-200 o ), kecepatan terbesar berkisar dari 23,8 38,1 knot dengan arah 167 369 o. Kecepatan angin maksimum biasanya terjadi pada musim Timur (Juni Agustus). Sedangkan pada kawasan Kairatu dan sekitarnya, kecepatan angin rata-rata bulanan relatif stabil setiap bulannya dan cukup kecil sepanjang tahun. Berdasarkan klasifikasi data Iklim menurut Oldeman (1980), maka pengelompokan wilayah curah hujan dalam bentuk zone Agroklimat maka sebagian wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat masuk katagori zone II.6 yakni Curah hujan Tahunan 2500-4000 mm, dan zone B2 (7-9 BB, < 2 BK). (BPS, Seram Bagian Barat 2008) Pasang Surut Tipe pasang surut perairan Seram Barat adalah pasang campuran mirip harian ganda (the mixed prevaling semi-diurnal tide). Pasang surut terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, pasang pertama umumnya lebih besar dari pasang yang kedua dan juga berbeda waktu pasang tingginya. Kisaran maksimum pasang surut di perairan ini umumnya berkisar dari 2 2,5 m. Gelombang dan Arus Gelombang Gelombang di seluruh perairan kabupaten Seram Bagian Barat merupakan gelombang angin (variasi sea dan swell). Letak dan kedudukan tiap wilayah sangat 59

berpengaruh terhadap arah rambatan serta kekuatan gelombang musim yang terjadi. Pada musim Timur (Juni Agustus) perairan Teluk Piru mendapat tekanan gelombang yang cukup signifikan mulai dari kawasan sekitar tanjung Sial hingga Torung, Pesisir Kaibobu, dan sepanjang pesisir Waisarissa hingga tanjung Kamariang. Gelombang datang bervariasi dari 150 270 dengan sudut jangkauan gelombang 10 45. Kedudukan perairan Teluk Piru relatif terbuka terhadap angin Tenggara-Barat Daya yang digerakkan oleh Musim Timur, sehingga ketika kecepatan angin mencapai > 10 knot akan menghasilkan tinggi gelombang > 1 m dan tingkat kekasaran muka laut mencapai skala Beaufort 4 5. Tipe gelombang pecah di perairan Teluk Piru pada empat lokasi (pantai Piru, Loki, Pulau Babi, Kaibobu dan Waisarissa) bervariasi dari spilling plunging dengan dominasi plunging. Tinggi gelombang berkisar dari 0,23 0,44 m (rata-rata 0,25 0.31 m). Energi gelombang yang dihasilkan berkisar dari 64 214 Joule/m² dengan rata-rata 76 115 Joule/m². Pada wilayah Ekologis Kotania, di perairan Alang Asaude, tinggi gelombang pecah berkisar dari 0,27 0,44 m (rata-rata 0,33 m) dengan tipe plunging. Kecepatan arus sepanjang pantai berkisar dari 0,75 2,05 m/detik (rata-rata 1,20 m/detik), dan energi gelombang pecah berkisar dari 88,8 243 Joule/m². Pada musim Timur, perairan peisisir Kotania - Masika Jaya sangat dinamik dimana terjadi perubahan kondisi muka laut secara cepat dari skala Beaufort 1 4. Angin dari Tenggara (140 ) sebagai pemicu turbulensi perairan, menyebabkan resuspensi sedimen dasar laut dangkal. Pada perairan Huamual Belakang, di Haya dan Waringin (Kelang), gelombang datang dari arah 230-240 (Barat Daya), tinggi gelombang berkisar dari 0,2 0,51 m/detik dengan rata-rata 0,29 0,39 m. Kecepatan arus sepanjang pantai berkisar dari 0,69 4,47 m/detik dengan rata-rata 1,64 2,61 m/detik. Di perairan Selat Seram khususnya di Rumahkai tinggi gelombang pecah berkisar dari 0,28 0,48 m (rata-rata 0,36 m) dengan tipe plunging. Energi gelombang pecah berkisar dari 97,14 287,75 Joule/m² dan kecepatan arus sepanjang pantai berkisar dari 1,54 6,13 m/detik (rata-rata 2,79 m/detik). (RTRW Seram Bagian Barat, 2006) 60

Pada dasarnya plunging memiliki daya penghancur pantai sangat besar, tetapi teridentifikasi bahwa pengaruh gelombang pecah terhadap pantai berpasir di pulau itu tidak cukup berarti selama musim barat. Kondisi pantai masih tetap baik, walaupun ada zone-zone abrasi skala kecil yang dapat diamati. Di sepanjang pantai ada tanaman pelindung pantai dengan struktur akar yang kokoh mencegah laju transportasi pasir dalam jumlah besar. Arus Perairan Teluk Piru kecamatan Seram Barat dipengaruhi oleh 2 tipe arus yaitu arus yang dibangkitkan pasang surut dan oleh angin permukaan laut, dengan didominasi oleh arus pasang surut. Hasil pengukuran magnitude arus dengan menggunakan metode Lagrangian menunjukkan bahwa umumnya ketika air pasang, arus permukaan bergerak masuk melalui inlet teluk menuju outlet dengan kecepatan bervariasi dari 0.1 0.38 m/det. Selama pasang, arus bergerak menyusuri sisi Barat menuju bagian outlet dan ketika periode surut arus menyusuri sisi pantai bagian Timur sampai menuju inlet selanjutnya ke luar teluk. Kecepatan arus pada periode surut bervariasi antara 0.18 0.25 m/det. Arus permukaan di selat antara Kaibobu dan pulau Babi bervariasi dari 0.28 m/det 0,46 m/det dengan rata-rata 0,36 m/detik. Di perairan kepulauan Latuani (Alang Asaudi) kecepatan arus permukaan pada periode air bergerak pasang berkisar dari 0,90 0.99 m/detik dengan rata-rata 0,98 m/detik. Arus tersebut melintasi selat sempit antara pulau Seram, Hofman dan pulau Air menuju Barat Daya (Pulau Babi dan Kelang) dengan kekuatan pusaran terpusat pada perairan Alang Asaudi membentuk frontal arus. Lidah arus yang terbentuk memiliki batas yang sangat jelas dengan orientasi 210. Lokasi-lokasi pusaran arus juga ditemukan pada sisi timur Kepulauan Latuani terutama di perairan desa Tanunu. Secara ekologis lokasi-lokasi frontal arus ini sangat potensial sebagai daerah konsentrasi ikan pelagis karena terjadi agregasi plankton dalam jumlah besar sepanjang lintasan front yang menjadi dasar rantai makanan ikan pelagis (RTRW Seram Bagian Barat, 2006). Suhu dan Salinitas Suhu perairan pada Wilayah Teluk Piru Kecamatan Seram Barat yang diukur pada enam lokasi berkisar dari 25,8 (lokasi tanjung Lampira) hingga 28,0 61

(Waisarissa) dengan rata-rata 27,3 C. Suhu pada kedalaman 25 60 m berkisar dari 27,3-24,3 C. Suhu minimum ditemukan pada perairan Kaibobu di kedalaman 25 m dan suhu maksimum di perairan Eti pada kedalaman 25 m. Salinitas permukaan berkisar dari 25 (Teluk Piru-Dermaga Lama) hingga 34,0 ppt (tanjung Lampira dan Kairatu) dengan rata-rata 31.2 ppt. Oksigen Oksigen terlarut (DO) sangat dibutuhkan untuk kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesa tanaman akuatik, dimana jumlahnya tidak tetap karena tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer atau melalui difusi udara yang masuk ke dalam air dengan jumlah yang terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer, sehingga variasi kadar oksigen terlarut secara harian dan musiman, tergantung pada proses percampuran dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesa, respirasi organisme dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. DO perairan Teluk Piru dan sekitarnya bervariasi antara 6.7 8.6. Nilai DO minimum 6.7 berada pada daerah Ani, Tanjung Lampira, dan Teluk Piru 1. Nilai DO maximum 6.7. Nilai DO rata-rata pada Wilayah Ekologis Teluk Piru adalah 7.7. DO perairan Teluk Kotania dan sekitarnya bervariasi antara 7.4 9.3. Nilai DO minimum 7.4 berada pada perairan desa Alang Asaude. Nilai DO maximum 8.6. Nilai DO rata-rata pada Wilayah Ekologis Teluk Kotania adalah 8.7. DO perairan Taniwel dan sekitarnya bervariasi antara 7,9 9.4. Nilai DO minimum 7.9 berada pada perairan permukaan sekitar desa Hulung - Akasie. Nilai DO maximum 9.4 pada perairan sekitar Muara Sapalewa. Nilai DO rata-rata pada Wilayah Perairan Taniwel adalah 8.6. DO perairan Huamual Belakang dan sekitarnya antara 7.5 9.6. Nilai DO minimum 7.5 berada pada perairan sekitar Tanjung Lasua. Nilai DO maximum 9.6. Nilai DO rata-rata pada Wilayah Huamual Belakang adalah 9.2. DO perairan Selat Seram dan sekitarnya bervariasi antara 8.5 9.6. Nilai DO minimum 8.5. Nilai DO maximum 9.6. Nilai DO rata-rata pada Wilayah Selat Seram adalah 8.6. Kandungan oksigen terlarut di lapisan permukaan perairan Teluk Piru berkisar dari 7.8 8.1 mg/l)(rata-rata 7,61 m/l) (16,78%). Nilai terendah ditemukan pada inlet 62

Teluk Piru (dermaga lama), Ani (0 m), Tanjung Lampira (60 m) dan tertinggi pada perairan Kaibobo (60 m). Unsur Hara (Fosfat, Nitrat, Nitrit) Posfat (PO 4 ) Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktifitas perairan. Di perairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus-menerus, akibat proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Hasil pengukuran kadar Posfat di perairan Buru Selatan pada bulan Januari berkisar dari 0,09 0,109 mg/l (rata-rata 0,09 mg/l) dengan variasi 6,25 %. Nilai tertinggi ditemukan di perairan Teluk Leksula. Konsentrasi PO 4 perairan Teluk Piru kecaaamatan Seram Barat dan sekitarnya berkisar antara 0.2 0.7 mg/l. Nilai PO 4 minimum 0.2 mg/l. Nilai PO 4 maximum 0.7 mg/l. Nilai konsentarsi PO 4 rata-rata pada Wilayah Teluk Piru adalah 0.5 mg/l. PO 4 perairan Teluk Kotania dan sekitarnya berkisar antara 0.1 0.7 mg/l. Nilai PO 4 minimum adalah 0.1 mg/l. Nilai PO 4 maximum adalah 0.7 mg/l. Nilai PO 4 rata-rata pada Wilayah Teluk Kotania kecamatan Seram Barat adalah 0.4 mg/l. Konsentrasi PO 4 perairan Taniwel dan sekitarnya berkisar antara 0.2 0.5 mg/l. Nilai konsentrasi PO 4 minimum 0.2 mg/l dan nilai maximum 0.5 mg/l. Nilai konsentrasi PO 4 rata-rata pada Wilayah kecamatan Taniwel adalah 0.4 mg/l. Konsentrasi PO 4 perairan Huamual Belakang dan sekitarnya berkisar antara 0.2 0.5 mg/l. Nilai konsentrasi PO 4 minimum 0.2 mg/l dan nilai maximum 0.5 mg/l. Nilai konsentrasi PO 4 rata-rata pada Wilayah kecamatan Huamual Belakang 0.4 mg/l. Kandungan PO 4 perairan Selat Seram pada wilayah kecamatan Kairatu dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.6 mg/l. Nilai konsentarsi PO 4 minimum 0.0 mg/l dan nilai maximum 0.6 mg/l. Nilai konsentrasi PO 4 rata-rata pada Wilayah Ekologis Selat Seram adalah 0.4 mg/l. 63

Kandungan Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2) Nitrat (NO 3 ) dan Nitrit (NO 2 ) selain Amonium (NH 4 ) adalah sumber utama nitrogen di perairan. Namun, amonium lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar NO 3 di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar NH 4. Kadar nitratnitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l (Lalli dan Parsons, 1997). NO 2 (Nitrit) Konsentrasi NO 2 yang terdapat di perairan Teluk Piru dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 minimum 0.0 mg/l dan nilai maximum 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 rata-rata pada Wilayah Ekologis Teluk Piru 0.0 mg/l. NO 2 perairan Teluk Kotania dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 minimum 0.0 mg/l dan nilai maximum 0.0 mg/l. Nilai NO 2 ratarata pada Wilayah Ekologis Teluk Kotania 0.0 mg/l. Konsentrasi NO 2 perairan Taniwel dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 minimum 0.0 mg/l nilai NO 2 maximum 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 rata-rata pada Wilayah Ekologis perairan Taniwel 0.0 mg/l. Konsentarsi NO 2 perairan Huamual Belakang dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 minimum 0.0 mg/l dan nilai NO 2 maximum 0.0 mg/l. Nilai konsentarsi NO 2 rata-rata pada Wilayah Kecamatan Huamual Belakang 0.0 mg/l. Konsentrasi NO 2 perairan Selat Seram pada wilayah Kecamatan Kairatu dan sekitarnya berkisar antara 0.0 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 minimum 0.0 mg/l. Dan nilai NO 2 maximum 0.0 mg/l. Nilai konsentrasi NO 2 rata-rata pada Wilayah Selat Seram adalah 0.0 mg/l. NO 3 (Nitrat) Konsentrasi NO 3 yang terdapat di perairan Teluk Piru dan sekitarnya berkisar antara 0.3 1.6 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 minimum 0.3 mg/l dan nilai NO 3 maximum adalah 1.6 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 rata-rata pada Wilayah Teluk Piru adalah 1.3 mg/l. NO 3 perairan Teluk Kotania dan sekitarnya berkisar antara 1.1 1.6 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 minimum 1.1 mg/l dan nilai NO 3 maximum 1.6 mg/l. Nilai NO 3 rata-rata pada Wilayah Teluk Kotania adalah 1.3 mg/l. 64

Konsentrasi NO 3 perairan Taniwel dan sekitarnya berkisar antara 1.0 2.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 minimum 1.0 mg/l dan nilai NO 3 maximum 2.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 rata-rata pada wilayah Ekologis perairan Taniwel 1.6 mg/l. Konsentrasi NO 3 perairan Huamual Belakang dan sekitarnya berkisar antara 1.0 1.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 minimum 1.0 mg/l dan nilai NO 3 maximum 1.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 rata-rata pada Wilayah Ekologis Huamual Belakang adalah 1.1 mg/l. Konsentrasi NO 3 perairan Selat Seram dan sekitarnya berkisar antara 0.8 2.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 minimum 0.8 mg/l dan niilai NO 3 maximum 2.2 mg/l. Nilai konsentrasi NO 3 rata-rata pada wilayah Ekologis Selat Seram adalah 1.5 mg/l. ph dan Substrat ph perairan Teluk Piru dan sekitarnya berkisar dari 7.8 8.65 dengan nilai rata-rata 8,1. Nilai ph minimum 7.8 berada pada bagian outlet teluk, terutama daerah sekitar desa Eti. Nilai ph maximum ditemukan sekitar perairan tanjung Lompira pada lapisan permukaan. ph perairan ekologis Teluk Kotania dan sekitarnya di kecamatan Seram Barat pada lapisan permukaan berkisar dari 7,9 8,7 (dengan rata-rata 8,2). Nilai ph minimum berada pada perairan sekitar Pulau Air dan ph maksimum pada perairan Kawah. ph perairan Taniwel dan sekitarnya pada lapisan permukaan bervariasi antara 8.0 8.2. Nilai ph minimum 8.0 berada pada perairan sekitar desa Hulung - Kasie. Nilai ph maximum 8.2. ph perairan Huamual Belakang dan sekitarnya pada lapisan permukaan bervariasi antara 8.0 8.2. Nilai ph minimum 8.0 berada pada perairan daerah sekitar Pulau Kelang. Nilai ph maximum 8.2. Nilai ph rata-rata pada wilayah pesisir Kecamatan Huamual Belakang adalah 8.1. ph perairan Selat Seram dan sekitarnya pada lapisan permukaan bervariasi antara 8.0 8.2. Nilai ph rata-rata pada wilayah pesisir kecamatan Kairatu adalah 8.1. Substrat pada wilayah pesisir kabupaten Seram Bagian Barat bervariasi mulai dari berpasir, pasir berlumpur, lumpur berpasir hingga lumpur, spesies-spesies dari famili Rhizophoraceae menyukai susbtrat lumpur berpasir hingga berlumpur sedangkan famili Sonneratiaceae dan famili Verbenaceae lebih menyukai substrat pasir berlumpur. 65

4.4. Peluang Pengembangan Ekosistem Hutan Mangrove Hutan mangrove dapat dijadikan tempat untuk mencari anakan biota laut yang berpotensi untuk dibudidayakan. Kawasan mangrove yang terdapat di perairan pantai di Teluk Kotania, Teluk Piru, Selat Seram dan Pulau Lucipara Kabupaten Seram Bagian Barat dapat dikembangkan menjadi areal konservasi dan areal rekreasi yang ramah lingkungan (Ecotourism), sehingga kegiatan pemanfaatan daerah tersebut dapat digunakan untuk menunjang perekonomian masyarakat sekitarnya. Aktivitas pemanfaatan di ekosistem mangrove memberikan dampak pada sumberdaya dan lingkungan sekitarnya, disamping manusia sebagai pengguna utama ekosistem ini. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan ke depan, ekosistem mangrove di daerah ini dapat dihijaukan sesuai dengan jenis yang pernah ada atau jenis yang sesuai dengan kondisi substrat saat ini pada daerah yang tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Mangrove yang tumbuh di perairan pantai harus mendapat perhatian untuk direhabilitasi kembali karena kondisinya saat ini sudah cenderung berkurang, terutama pada lokasi-lokasi yang pernah ditumbuhi mangrove. Hal ini disebabkan mangrove berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang nmerugikan dari perubahan lingkungan utama dan sebagai sumber makanan bagi berbagai biota laut. Berdasarkan deskripsi geomorfologi pesisir, kondisi oseanografi dan kehadiran habitat utama dengan keanekaragaman sumberdaya hayati di dalamnya maka terdapat sejumlah lokasi di perairan pesisir dan laut Kabupaten Seram Bagian Barat yang layak dikembangkan menjadi daerah wisata pantai. Lokasi-lokasi yang menjadi target pengembangan wisata pantai dimaksud adalah: a. Kecamatan Seram Barat: Ekosistem mangrove, terumbu karang dan tebing terumbu terjal (Cliff) sekitar Pulau babi ; Ekosistem mangrove dan terumbu karang di Pulau Kasa; Ekosistem mangrove dan terumbu Karang Pulau Pulau Kecil di dalam kawasan teluk; Ekosistem mangrove dan terumbu karang pulau Buano; Nesting penyu dan habitat burung maleo di kawasan mangrove P. Buano bagian selatan dan Barat. 66

b. Kecamatan Kairatu Ekosistem mangrove dan terumbu karang Desa Rumahkay; c. Kecamatan Huamul Belakang Ekosistem mangrove dan terumbu Karang Pulau kelang; Ekosistem mangrove dan terumbu karang Pulau Manipa. Seluruh lokasi yang disebut di atas memiliki keindahan pesisir pantai, hutan mangrove, terumbu karang dan keragaman biota yang cukup tinggi, sehingga memberikan nuansa panorama pesisir dan bawah laut yang unik dan menarik. Lokasilokasi tersebut merupakan spot untuk berenang (Skin Diving) dan menyelam (Scuba Diving) baru, serta ekowisata yang menarik dan perlu dikembangkan. Beberapa lokasi dapat digunakan untuk ekowisata nesting penyu dan burung Maleo yang penting, juga lingkungan perairan pesisir sangat potensial bagi olah raga pancing dengan sasaran utama adalah ikan-ikan dasar dan ikan pelagis besar. Selain itu lokasi-lokasi ini dapat digunakan untuk kegiatan budidaya laut yang potensial. 67