BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW)

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PERANAN PEMBINAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN SIKAP KEKELUARGAAN MASYARAKAT KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dalam penelitian, berdasar pada pertanyaan penelitian serta pembahasan penelitian. Berikut hasil penelitian yang dapat disimpulkan secara keseluruhan diantaranya : 1. Sistem Kerja Program Pamsimas Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) merupakan salah satu program pembangunan yang dilaksanakan di Kelurahan Cibeunying dengan tujuan untuk membantu dan memberi pelayanan akses air bersih kepada masyarakat yang kurang terlayani akan kebutuhan air. Program Pamsimas menggunakan pendekatan pembangunan yang berbasis masyarakat, di mana masyarakat ditempatkan sebagai pengambil keputusan dan pengelola program yang dibentuk dalam sebuah organisasi bernama Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Anggota BKM merupakan masyarakat di wilayah sasaran yang dipilih dan dipercaya untuk melaksanakan serta mengelola program Pamsimas di tingkat masyarakat, dengan mempertimbangkan kemampuan, kemauan dan kepribadian individu yang bersangkutan. Hal tersebut menciptakan upaya pemberdayaan, di mana terpilihnya masyarakat di dalam organisasi BKM memberi manfaat bagi setiap anggotanya dalam hal peningkatan kemampuan yang mereka miliki sebelumnya. Karena selama proses pengelolaan program pelaksana (pengurus BKM) terus dibina melalui pelatihan-pelatihan yang sengaja dilaksanakan pemerintah di beberapa daerah. Selain itu, pelaksanaan program Pamsimas menuntun adanya partisipasi aktif dari masyarakat yaitu dengan cara mengajak warga masyarakat untuk turut membantu pembangunan sumber air. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini cukup tinggi karena memang masyarakat membutuhkan adanya akses

102 air bersih di wilayah mereka, sehingga masyarakat mau berpartisipasi membangun sumber air serta membangun dan memperbaiki fasilitas-fasilitas air lainnya. Partisipasi masyarakat yang baik ini tentu tidak terlepas dari peran seorang pemimpin yang dapat menarik masyarakat turut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Selain dalam bentuk tenaga, masyarakat turut membantu dalam hal pendanaan program untuk biaya pemasangan saluran air ke rumahnya dengan biaya atas hasil kesepakatan bersama. 2. Upaya Edukatif dalam Program Pamsimas Bentuk pembelajaran mengenai sanitasi lingkungan dalam program Pamsimas dilakukan melalui penyuluhan, baik itu pada rapat PKK maupun di posyandu-posyandu setiap RW. Penelitian ini memfokuskan pada kegiatan penyuluhan di posyandu, di mana dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada upaya pemberdayaan. Materi penyuluhan yang biasa disampaikan adalah seputar permasalahan lingkungan baik itu yang berhubungan dengan sampah maupun air, hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang sering masyarakat alami. Tujuan kegiatan penyuluhan ini untuk memberi kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat dalam menjaga, memelihara dan memperbaiki lingkungan sekitar sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan dengan proses kegiatan pembelajaran yang terus-menerus dilaksanakan (berkelanjutan). Bidan desa dalam kegiatan penyuluhan berperan sebagai fasilitator yang perlu memperhatikan aspek kognitif, sikap serta keterampilan dalam memberi pemahaman kepada masyarakat yaitu dengan melibatkan peserta atau masyarakat dalam proses pembelajaran, memotivasi, tumbuhnya sikap saling membelajarkan serta membangun kondisi belajar yang nyaman dan kondusif. Pengaruh kegiatan penyuluhan ini terhadap peningkatan kualitas lingkungan terasa oleh peserta, baik dari sisi wawasan mereka yang bertambah, juga beberapa diantara mereka mulai melakukan upaya atau kegiatan untuk menuju hidup sehat, salah satunya membuat sarana cuci tangan di halaman rumah.

103 3. Dampak Program Pamsimas dalam Menumbuhkan Perilaku Hidup Sehat Tujuan dari program Pamsimas, selain untuk membantu masyarakat yang kurang terlayani akses air bersih juga untuk menerapkan nilai dan perilaku hidup sehat di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi individu maupun kelompok. Pada individu dilihat bagaimana motivasi, kedisiplinan, tingkat kesehatan serta usaha pengembangan dirinya dalam penerapan hidup sehat. Sedangkan, pada kelompok dilihat bagaimana kebersihan lingkungan di sekitar masyarakat serta tingkat partisipasi dan kekompakan yang tumbuh di masyarakat. Motivasi yang tumbuh di masyarakat cukup baik hal tersebut dapat dilihat dari usaha serta partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pemeliharaan lingkungan. Usaha tersebut seperti membuat sarana tempat cuci tangan di halaman rumahnya dan membuat apotek serta warung hidup di rumahnya. Penggunaan sumber air dari program Pamsimas pun menunjukkan bahwa masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan untuk menggunakan sumber air dari sumur yang tercemar, sehingga keluhan masyarakat seperti gatal-gatal akibat penggunaan air yang tercemar menurun dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan masyarakat ada perubahan. Kedisiplinan masyarakat ditunjukkan dengan rutinnya mengikuti kegiatan gotong royong walaupun tidak semua masyarakat terjun langsung dalam praktek kegiatannya namun biasanya mereka tetap berpartisipasi baik dalam bentuk dana maupun bantuan berupa makanan. Hal tersebut menunjukkan bagaimana tingkat pasrtisipasi serta sikap kekompakan yang tumbuh di masyarakat. Selain itu, melalui kegiatan gotong royong ini berpengaruh pula terhadap kebersihan lingkungan di sekitar masyarakat. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pamsimas Faktor yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan program Pamsimas dilihat dari sisi kekuatan dan peluangnya yaitu terdapat pada sikap jujur dan

104 kedisiplinan dari pengurus atau anggota BKM sehingga program Pamsimas dapat berjalan dengan baik. Selain itu kesadaran masyarakat yang cukup mudah untuk diarahkan dalam kegiatan penyuluhan walaupun dalam prakteknya belum semua masyarakat mengaplikasikan perilaku-perilaku hidup sehat. Namun kemauan dan konsistensi masyarakat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan di posyandu secara rutin cukup baik, sehingga kegiatan ini pun berkelanjutan atau terus-menerus dilakukan. Kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan program Pamsimas menjadi peluang dalam pengembangan dan perluasan layanan program Pamsimas. Faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Pamsimas dilihat dari sisi kelemahan atau kendala dan ancaman yang datang yaitu dalam hal keterbatasan tenaga yang mengelola program ini sehingga pengurusnya pun merangkap dalam bertugas. Selain itu, sikap masyarakat yang terkadang acuh apabila saluran air rusak karena mereka menganggap ada yang bertanggungjawab dalam hal tersebut, padahal sebenarnya masalah seperti itu merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan pengelola program. Ancaman yang dikhawatirkan dalam berjalannya program ini adalah kembalinya masyarakat untuk menggunakan air sumur yang sudah tercemar misalnya karena masalah kenaikan biaya setiap bulannya atau karena adanya perusahaan air yang lebih baik di lingkungan masyarakat. 5. Konsep yang dapat Diaplikasikan pada Daerah yang Sejenis Program Pamsimas di Kelurahan Cibeunying ini membawa pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya dengan melihat permasalahan yang sama, sehingga dapat diambil sebuah konsep dari program Pamsimas ini untuk diterapkan atau diaplikasikan pada daerah yang sejenis, di mana dalam pelaksanaannnya perencanaan suatu program harus melibatkan seluruh kelompok masyarakat supaya program pembangunan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Bentuk kegiatan perencanaan ini dapat dilakukan melalui musyawarah. Setelah itu, perlu dilakukan upaya untuk mengaktifkan peran serta masyarakat yang memiliki keahlian dan

105 mau berpartisipasi untuk terlibat dalam program-program pembangunan. Masyarakat yang mau terlibat tersebut sebaiknya dibentuk dalam sebuah organisasi supaya peran dan tanggungjawabnya terarah. Melalui hal-hal tersebut maka akan tercipta pendekatan pembangunan yang berbasis masyarakat, di mana masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. B. Saran Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai program Pamsimas di Kelurahan Cibeunying, dapat diungkapkan beberapa saran untuk semua pihak yang diharapkan dapat berguna diantaranya : 1. Pemerintah Kelurahan Pihak pemerintah kelurahan setempat diharapkan dapat mengadakan pembinaan dengan materi penguatan dan peningkatan kinerja untuk memberdayakan dan mengoptimalkan anggota BKM serta kader-kader posyandu sebagai penggerak masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan memanfaatkan keberadaan program Pamsimas sebagai peluang usaha. 2. Pelaksana Program Pamsimas Para pelaksana program Pamsimas maupun bidan desa setempat diharapkan lebih berupaya untuk mengaktifkan semua kelompok masyarakat dalam kegiatankegiatan pemeliharaan lingkungan supaya tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu, membantu masyarakat dalam membuka peluang dan menemukan potensi untuk berwirausaha dengan memanfaatkan keberadaan program Pamsimas sebagai peningkatan perekonomiannya. 3. Masyarakat Masyarakat Kelurahan Cibeunying yang sudah mau berpartisipasi ataupun mulai menerapkan perilaku hidup sehat dalam kegiatan sehari-harinya perlu dipertahankan, dan bagi masyarakat yang kurang berkontribusi dalam pembangunan daerahnya harus lebih peduli karena dengan partisipasi masyarakat

106 yang tinggi akan mempengaruhi dan mendukung dalam berhasilnya pelaksanaan program.